Pertemuan Kembali

924 46 1
  • Didedikasikan kepada Icha
                                    

           Aku mungkin orang ternaif sedunia. Semua orang menjauh tapi aku mendekati vampire bermasalah ini. Bahkan sesama vampire saja lari apalagi manusia. Tapi entah kenapa, aku merasa keberadaan dirinya menarikku. Instingnya bagus, dalam jarak 20 meter dia langsung berbalik dengan cepat dan menatapku.

          Matanya biru seperti milikku. Matanya terlihat sangat haus. Tapi sebenarnya wajah tampannya sangat menderita dan tersiksa. Mungkin rasa kemanusiaanku lebih besar daripada rasa takutku. Jadi aku mendekatinya tanpa ragu.

       Teman-temanku meneriakiku untuk menjauh, tapi semakin dekat dengan vampire ini, semakin kuat magnet yang menarikku. Dia mendekatiku dan menyambar tangan kananku, menyikap gelang rantaiku dan menggigit di sekitar nadi tanganku. Saat dia menghisap darahku, aku mengingat masa lalu yang terlupakan. Saat keluargaku masih utuh dan bahagia. Tepatnya saat aku berumur 5 tahun.

          “Eca! Tidak boleh menggoda adikmu dengan darahmu terus!” tegur bunda.

          “Aku kan hanya melatihnya supaya tahan dengan darah kok bun.” Theresa kecil mengelak.

        “Briant. Kamu dilahirkan mempunyai kekuatan yang hebat. Jadi kekuatan itu untuk melindungi semua orang yang kamu sayang terutama kakak mu. Intinya, jangan pernah gigit dan menghisap darah siapapun, terutama kakakmu!” kata ayah tegas.

          “Tapi bau darah Eca enak yah! Dan lagi, dia selalu menjijilkannya padaku!” protes Briant.

          “Eca juga. Walau kamu bukan vampire, kamu harus tetap melindungi adikmu dengan otakmu. Ingat, tubuhmu lemah lho. Detak jantungmu apalagi.” Kata ayahnya lembut tapi tegas.

        "Yah! Bun! Kalau tidak salah, vampire kan bisa buas dan tidak terkendali kalau minum darah manusia. Kalau Briant kayak gitu, aku harus gimana? Aku kan lemah dalam kondisi tubuh.” Tanya Theresa kecil polos.

          “Ingat lah satu hal penting ini. Di leher kiri adikmu ada ayah tanamkan segel berupa garis hitam. Itu akan terlihat jika dalam keadaan tidak bisa di kendalikan dan pemicunya tanganmu.” Kata ayah sambil merapalkan mantra dalam kedua telapak tanganku.

          “Lalu? Aku harus apain?” tanya Theresa kecil lagi.

         “Kamu cukup menyentuhnya dengan jarimu. Tidak bisa pakai perantara. Walau dia terkena racun atau terkendali, dia akan kembali seperti semula.” Kata bunda sambil mengusap-usap kepala Theresa kecil.

          “Sekarang bisa? Biar aku coba dulu.” Kata Theresa kecil dengan senyuman jahat.

         “Tidak, itu hanya berfungsi dalam keadaan teracuni atau terkendali. Dan hanya tanganmu.” Kata Ayah tegas dan seperti mengerti maksud dari kata-kata Theresa kecil.

          “Wee!!” Briant menjulurkan lidahnya dan menghinaku habis-habisan. Karena kami twins, Briant dan Theresa kecil lebih mengerti dari pada saudara biasanya. Theresa kecil di karuniakan kepintaran otak dan Briant kekuatan fisik. Seperti akan saling membantu.

          Ulang tahunku yang ke-6, adalah hari terindah bagiku. Aku mendapat hadiah kalung berlambang crystal dari bunda dan kalung untuk di dahi dari ayah. Briant sebenarnya bingung ingin memberiku apa, karena saat di tanya, aku tidak pernah menjawab dengan serius.

          Saat malam hari, aku menyelinap ke kamar Briant dan mendapati Briant mau tidur.

        “Hei! Aku ingin hadiah ulang tahunku sekarang dong!” kata Theresa kecil melompat diatas kasur empuk Briant.

        “Dari kemarin aku tanya kamu jawabnya ngaur, sekarang kamu minta apa?” tanya Briant setengah kesal karena sikap Theresa kecil.

        “Kamu kan vampire , terus kuat kan?” tanya Theresa kecil.

        “Iya, terus? ... Yawn!!” tanya Briant sambil menguap.

        “Jangan tidur dulu! Gendong aku terus ajak aku lari yang cepet~ banget ya! Ini kan ulang tahunku!” rengut Theresa kecil.

        “Dasar! Menyusahkan.” Kata Briant kesal.

        “Mau ya? Please!!” pinta Theresa kecil ke Briant.

     “Ah, Oke. Naik ke punggung aku cepetan!” kata Briant tidak sabaran. Aku buru-buru menaikki punggungnya dan dia dengan cengkraman kuat menggendongku lalu mengajakku berlari sangat kencang. Dan aku berteriak kegirangan. Dan 2 hari kemudian, hari itu, adalah titik balik semua kebahagiaan masa kecilku. Titik kelam dalam hidup yang seharusnya bahagia ini.

         Perang di mulai. Aku dititipkan ke rumah kerabat dan Briant sendiri aku tidak tahu di mana.

        Aku akhirnya ingat, tujuan utamaku mengorbankan masa kecilku. Untuk menghancurkan Negri Selatan (3 tetua) dan menemukan Briant. Mengingat wajah Briant, aku seperti mendapat kekuatan untuk melawan vampire ini.

        Hampir setengah darahku telah di hisap olehnya. Dengan sisa-sisa tenagaku, aku menggerakan tanga kirku dan berusaha menyentuhkan jari-jari tanganku ke leher kirinya.

       Jujur saja, aku sempat meruntuki diriku karena itu adalah tindakan terbodoh yang pernah aku lakukan. Tapi nyatanya, aku berhasil. Dia seperti kehilangan tenaga di kakinya dan duduk berlutut. Aku sendiri rubuh karena kekurangan darah. Semua mata warga Negri Selatan yang di lihat vampire tersebut adalah tatapn benci, takut, dan lain-lain. Tapi juga ada tatapan bersyukur karena ada yang mau berkorban.

       “Maaf. Maafkan aku.” Katanya menyesal. Dia mengangkat tanganku dan menggenggamnya. Tiba-tiba dia terpaku karena melihat segel hitam di sekeliling bekas gigitannya. Dan bekas gigitannya hilang beriringan dengan hilangnya segel hitam itu. Dia menyadari sesuatu, dan seperti mengingat hal penting.

        Dengan cepat dia mengangkat tubuhku dan memeluknya dengan erat. Dia menangis di bahuku. Dan aku sendiri seperti telah mengenalnya tapi tidak ingat di mana. Merasakan pelukan hangat dan erat ini seperti deja vu.

      “Maaf, maaf, maaf, aku minta maaf. Aku berjanji tidak akan menggigit manusia, tapi aku malah menggigit orang yang terutama.” Kata vampire itu terisak.

        “Apa maksudmu terutama? Kamu mengenalku?” tanyaku bingung dan parau di telinganya.

       “Tentu saja, kamu adalah orang terutama yang harus aku lindungi dengan anugrah kekuatanku. Aku pantas menerima hukuman.” Katanya masih memelukku.

          “Hukuman, kenapa aku harus menghukummu?” tanyaku makin bingung.

          “Karena telah melanggar janji pada ayah untuk melindungimu, terutama menggigit dan menghisap darahmu.” Katanya menatapku dalam-dalam. Matanya benar-benar mirip dengan milikku. Dan kata-katanya seperti memberi alaram bagiku.

          “B-briant? Is that you?” kataku lemah tapi aku senang sekali.

      “Iya, iya. Ini aku Ca, Briant. Aku benar-benar minta maaf, aku tidak menepati janjiku pada ayah dan kamu.” Kata Briant masih memelukku dengan erat dan sangat hangat.

          Finally i found him. My twin brother. Briant. Nama yang selalu aku dengung-dengungkan untuk menambah kekuatanku menghadapi kejamnya dunia. Adikku sekaligus orang yang paling mengerti diriku. Seseorang yang aku cari selama ini. Tak sadar, aku menitikkan air mata. Aku rindu wajah ini, suara ini, pelukan hangan miliknya. Aku seperti kehilangan jiwa tanpa adikku ini. Aku menyenderkan kepalaku ke bahu tegapnya.

Perlahan-lahan alam mimpi mulai menarikku kesana. Dan tanpa perlawanan aku mengikutinya. Walau banyak hal yang aku ingin ceritakan, dan ucapkan. Sepertinya untuk kali ini aku ingin beristirahat sejenak. Aku terlalu kecil dan lemah menghadapi dunia kejam ini sendirian. Setidaknya ada adik kecilku disini, jadi aku bisa tidur dengan tenang. Dan akhirnya Theresa tertidur di bahu Briant.

My Sweetest Experience LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang