ㄴ 32 ㄱ : The Time Was Ending

936 83 5
                                    


/ flashback /

Namanya, Mark Lee. Sena membaca nama itu pada salah satu daftar nama anak baru saat masuk hari pertama dikelas 9. Otaknya terputar mengingat peristiwa pada masa lampau. Canada, satu perempuan kecil yang sedang menangis dan satu laki-laki dewasa membuka pintu lalu memenangkannya, ditemani satu laki-laki kecil yang memilih untuk tetap tinggal dirumah daripada menerima ajakan teman-temannya untuk main. Sena tidak menyangka akan sesempit ini. Matanya beralih menatap kerumunan dan langsung tertuju pada sekumpulan laki-laki didekat lapangan.

"Sena!" Mark lebih dulu memanggilnya saat pandangan mereka bertemu. "How are you? I really miss you, baby girl!"

Langkah Sena semakin dekat dan ingin memeluk Mark. Namun langkah itu terhenti ketika diujung sana, pacarnya, Park Jihoon, memeringati.

Sena akhirnya mengulurkan tangan. Mark bingung namun tetap menjabat tangannya penuh dengan ekspresi bahagia. "I'm great! How about you, baby lion? Ouh, I think I'm double miss you!"

Mark tertawa kecil sambil melihat sepatunya lalu menaikkan kepala untuk menatap Sena. "It's been a long time ago, right? As you see, I'm fine and always fine. By the way, who's that guy? He looks at you from the beginning."

Senyum Sena memudar, benar-benar menatap Mark penuh dengan penyesalan. "My boyfriend," Kepala Sena mengangguk, "Yes, he is my boyfriend,"

"Ah... I'm sorry..." Mark menjilat bibir bawahnya, "I think he is jealous because of me."

Sena berusaha keluar dari rasa canggung ini. Ia tertawa kecil, "No, you don't have to be worry,"

Mark menerima lemparan bola basket dari Jeno. Lalu cowok itu dengan cuek kembali pada kekasihnya, Kim Sohye, yang tengah duduk dipinggir tribun sambil memegangi botol air mineral dan handuk kecil.

Haechan menyenggol lengan Mark, "Jangan deket-deket, Pak. Nanti susah move on-Nya,"

"Don't listen to him!" seru Mark. Meski dalam hati berdoa. "I think he lost his brain just the way patrick did to his brain too,"

Haechan merangkul Sena penuh rasa sombong, "Kalau gue sih baru boleh. Gue kan sahabatnya. Iya nggak, Sen?" tanya Haechan penuh dengan rasa yakin.

"Enggak, sih. Gue lebih deket sama Mark sebenernya. Dia sahabat gue dari kecil,"

"Sumpah?" Haechan kaget, "Wow, ja-jadi ini Mark yang lo bilang ㅡMMHMPHH,"

"Bilang what?" Mark menaikkan salah satu alis, "Tell me, Sena,"

Sena menggeleng sambil tersenyum malu. Setelah Haechan melepas rangkulan, ada rangkulan lain yang bertengger pada bahunya. "Ji-Jihoon..."

"Dia siapa, hm...?" Jihoon menatap Mark dengan pandangan datar, seperti, not really bad. "Sahabat kamu yang itu?"

Mark menyela sebelum Sena menjelaskan. "Mark Lee, her bestfriend from Canada."

Semenjak pertemuan pertama itu, Sena tidak pernah menyangka memori yang terkubur dalam-dalam akan kembali. Mark begitu menjaganya sama seperti dulu. Mark lebih sering menginap dikamar Sena untuk menemani perempuan itu karena orang tua Sena sibuk, begitupun dengan Kak Daniel. Mereka bermain bersama, memasak bersama; meskipun Mark hanya menemani, berdebat tentang PlayStation, mengajari Mark mempelajari bahasa, melakukan movie maraton, bersepeda dan jogging setiap pagi serta hal-hal yang lain.

like me better ㅡlee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang