ㄴ 34 ㄱ : The First Snow

890 95 4
                                    


Jeno pernah bertanya, apa yang kamu ketahui tentang salju yang jatuh pertama kali?

Aku tidak bisa menjawab.

Tentu aku hapal reaksi Jeno, Ia akan tersenyum lebar dihiasi dengan kedua mata berbentuk bulan sabit. Tangannya terulur mengacak rambutku gemas.

Salju pertama, itu penting, katanya. Jeno berharap Ia menghabiskan hari pertama itu denganku. Disinilah kisah salju pertama dimulai, dimana telah lewat 9 hari dari pernyataan Jeno tentang melepaskan apa yang harusnya dilepaskan.

Jeno masih tidak memberiku keterangan apa-apa.

Dirinya bungkam.

Seakan-akan berharap aku tidak pernah membahasnya lagi, atau berpura-pura bahwa Jeno tidak pernah mengatakan itu.

"Terima kasih."

Jeno tersenyum lembut padaku. Aku hapal, senyum itu biasa Ia tunjukan saat dirinya sedang rapuh.

"Are you okay?"

Aku mendekat, membalas senyumnya penuh simpati.

"Hei, what's wrong?"

"Bukan apa-apa." Lagi, lagi, Jeno memaksa senyumnya. Aku tidak pernah melihatnya setertutup ini. "Kamu udah makan?"

"Belum."

"Kenapa?"

"Males buatnya, hehe," Aku menyengir, Jeno tampaknya ingin marah. Namun mungkin Ia sudah lelah menghadapi keras kepalaku ini. "Kamu nginep?"

"Iya. Btw, kamu harus pake jaket, udara dingin banget. Ini salju pertama loh! Ayo kita sarapan lalu main diluar pakai pakaian dingin!"

Ini bukan Jeno. He's not fine. Namun aku berusaha mengikuti drama yang Jeno buat. "Okey. Mau sarapan apa?"

"Yang hangat? Bubur?"

Aku memicingkan mata tidak suka. "Mie kuah?"

Jeno melotot, "Gak."

Tuh kan! Selalu deh! "Please,"

"Enggak! Kamu lupa? Dulu kamu muntah-muntah karena kebanyakan konsumsi yang gak sehat."

Aku menatapnya sengit, "Kamu juga lupa? Dulu aku gak makan micin selama 2 bulan gara-gara kamu!"

"Ya, bagus. Biar nggak bodoh."

"TAPI TEMEN AKU KERJAANNYA MAKAN MICIN TERUS GAK BODOH TAUUUU!"

"Ya kan temen kamu," Jeno dengan santai meledekku sambil berekspresi puas. Seakan-akan ini adalah hiburan. Padahal, makan mie itu sesuatu yang tidak boleh dilewatkan jika ada kesempatan. "Kamu-nya mah enggak pinter. Segitu-gitu aja kok ilmunya, malah gak nambah, drakor doang digedein, pendek pula."

"JENOOOOOOOOO!"

"Apa sayang?"

HNNNGGGHHHH. bingung mau marah atau baper...

like me better ㅡlee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang