11

5.8K 382 93
                                    

Forth POV

Aku menatap jamku. Sudah pukul 1 pagi. Jalanan kota bangkok macet berat membuat aku terlambat pulang. Aku berdiri didepan pintu kamar beam. Aku tidak tahu apakah dia masih bangun atau tidak, tapi aku merindukannya. Aku menarik nafas panjang dan mencoba menelponnya.

"Halo" aku merasa lega ketika dia mengangkat telponku. Suara beam terdengar serak.

"Be....maaf membangunkanmu tapi bisakah kamu membuka pintu kamarmu untukku" pintaku

"Maaf...kamu siapa?" tanyanya dengan suara dingin

Aku mengigit bibir bawahku. Beam serius marah padaku.

"Sorry na beam....aku ingin tiba lebih cepat tapi jalanan macet dan-" aku belum menyelesaikan kalimatku ketika aku melihat beam membuka pintu kamarnya dan menatapku cemberut

"Diamlah. Kamu ingin membangunkan seluruh lorong ini?" dia menarikku masuk

Aku tersenyum lebar dan masuk ke kamarnya. Aku meletakkan tasku di pinggir tempat tidur. Beam mencoba naik ke atas tempat tidur tapi aku memeluknya dari belakang dan mencium tekuknya. Beam membalik tubuhnya dan menatapku dengan ekspresi kesal.

"Kamu tahu jam berapa sekarang? Kenapa tidak kembali ke tempatmu saja"

Aku menarik pinggang beam agar jarak di tubuh kami hilang. Aku menatap kedua matanya yang masih menyiratkan kemarahan.

"Karena aku merindukanmu" ujarku sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya "Apa beam tidak merindukan forth?" tanyaku. Aku bisa melihat matanya yang melembut. Beam kemudian merangkul leherku dan memiringkan wajahnya.

"Jika aku tidak merindukanmu, apa kamu pikir aku akan membiarkanmu masuk ke kamarku"

Aku tersenyum mendengar perkataannya dan mengusapkan hidungku ke pipinya.

"Terima kasih. Sudah menungguku" bisikku. Beam mendesah dan menatapku.

"Terima kasih saja tidak cukup" ujarnya sebelum dia menarik leherku dan mencium bibirku pelan. Tangan kananku menyusuri punggungnya sementara tangan kiriku menarik pinggulnya agar jarak tubuh kami semakin berkurang. Aku membalas ciuman beam. Beam menyusuri rambut dan tekukku dengan jemarinya sambil terus membalas ciumanku. Ciuman lembut kami berubah menjadi panas hanya dalam hitungan detik. Erangan pelan keluar dari bibir beam ketika aku menyusupkan kakiku diantara kakinya. Shit. Beam benar-benar seksi. Ciumannya bisa membuat tubuhku memanas. Aku melepaskan ciuman kami sebelum semuanya menjadi diluar kendali.

Beam menatapku bingung.

"Aku sangat kotor saat ini" aku mencoba menjelaskan

"Benarkah" ujar beam sambil mencium bibirku sekilas dan menatapku dengan tatapan penuh gairah.

Tuhan

Jika aku tidak ingat kalau Beam harus mengikuti ujian pagi ini aku mungkin sudah menariknya ke tempat tidur dan tidak akan melepaskannya hingga matahari terbit.

"Baumu seperti matahari" ujar beam sambil menyusuri leherku dengan hidungnya. Memberikan sensasi hebat ke seluruh tubuhku. Aku bahkan harus mengigit bibirku kuat untuk mengendalikan hasratku. Tapi kemudian beam melepaskan rangkulannya dari leherku dan bergerak menjauh dari pelukanku "mandilah" ujarnya sambil duduk di sisi tempat tidur sambil menatapku.

Hatiku merasa lega dan kecewa secara bersamaan. Aku berjalan mendekat pada beam dan mencium kepalanya sekilas

"Kalau kamu lelah, tidurlah lebih dulu" ujarku. Beam tersenyum lembut dan mengangguk. Damn dia terlihat menggoda hanya dengan kaos dan boxernya.

Aku harus menguatkan hatiku untuk berjalan menjauh darinya dan masuk ke kamar mandi. Aku mendesah dan menatap wajahku di cermin.

"Kamu sudah melakukan hal hebat forth" aku mencoba meyakinkan diriku Lalu berjalan ke shower dan mencoba mendinginkan kepalaku dengan air dingin. Ketika aku selesai mandi aku melihat beam sudah terlelap di tempat tidur. Aku naik ke tempat tidur dan memeluknya dari belakang secara perlahan. Tapi Beam tetap terbangun dan membalik tubuhnya lalu memeluk tubuhku erat. Dia masih memejamkan matanya ketika dia bertanya "Bagaimana campingnya?"

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang