Taehyung👻 53

1.2K 156 16
                                    

"SIAPA ITU?!" Ji Eun berteriak saat sekelebat bayangan hitam terlihat keluar ke arah pintu kaca yang berada di sudut dapur. Pintu kaca itu menghadap tepat ke halaman belakang rumahnya.

"Nuna? Wae geurae?" tanya Taehyung pada sambungan telepon yang masih terhubung itu.

"SIAPA DI SANA?!" teriak Ji Eun sekali lagi dengan menaikkan nada bicara satu oktaf. Dia melihat tirai yang menutupi pintu kaca itu melambai-lambai terbawa angin dari arah luar rumah. Demi Tuhan, pintu itu selalu dalam keadaan terkunci karena Ji Eun nyaris tidak pernah ke halaman belakang rumahnya. Menjemur baju pun di balkon lantai dua bukan di halaman belakang. Halaman belakang hanya terdapat hamparan rumput setinggi mata kaki, ring basket, dan sebuah trampolin yang sudah usang.

"Nuna, jawab aku. Sebenernya, ada apa?" tanya Taehyung menyadarkan Ji Eun dari bayang-bayang ketakutan yang terus menghantui.

"Taehyung jangan tutup teleponnya. Aku takut," bisik Ji Eun setengah terisak.

Sungguh, jantungnya kini berdegup sangat kencang, napasnya pun begitu cepat, dan keringat dingin pun mulai membarisi dahi. Dengan segenap keberanian yang tersisa, Ji Eun berjalan pelan menuju pintu kaca itu. Lambat-lambat dia melangkah mengitari meja dapur, melewati jajaran kursi kayu, dan di sinilah dia sekarang, beridiri tepat di ambang pintu yang terbuka lebar. Namun, bukannya sosok yang menyeramkan atau seorang penyusup yang ia temui, Ji Eun justru mendapati seekor kucing berbulu lebat yang kini sedang bermain-main dengan seekor tikus.

"Nuna? Nuna, ada apa? Takut kenapa? Ada siapa? Halo? Nuna? Kamu denger aku?"

Sepersekian detik pendengaran Ji Eun seakan tidak berfungsi, satu-satunya yang ia dengar hanyalah degupan jantungnya yang berpacu kencang, tarikan napasnya, dan bunyi jarum jam dari arah jam dinding yang tergantung di ruang tengah.

Ji Eun menelan gumpalan salivanya dengan susah payah. "Tae, aku tutup dulu teleponnya." Ji Eun pun menutup sambungan telepon begitu saja. Ponsel yang sejak tadi berada di genggaman kini ia taruh di dalam saku seragam sekolahnya yang belum sempat ia ganti.

Antara perasaan lega dan janggal bercampur aduk. Di satu sisi dia lega karena "perkiraannya" ternyata salah, tapi di satu sisi ia merasa janggal karena seekor kucing mustahil bisa membuka knop pintu yang berada tepat sejajar pinggang manusia. Akan tetapi, persetan apa pun itu, yang jelas, Ji Eun harus segera menutup pintu kaca itu dan memastikannya benar-benar terkunci rapat. Setelah yakin pintu telah terkunci dan tirai pun sudah menutupi dari atas sampai bawah pintu kaca itu, Ji Eun segera menyalakan seluruh saklar lampu yang ada di rumahnya hingga semua sudut terkena sinar. Keadaan rumah yang terang benderang mampu membuat rasa takut Ji Eun berkurang banyak.

🎫🎫🎫

Paginya, bahkan saat fajar belum sempurna mencium rerumputan, Ji Eun sudah berdiri tegap di depan pagar rumahnya. Dia tidak sedang menunggu siapa pun. Dia hanya merasa di luar rumah jauh lebih aman jika dibandingkan di dalam rumah. Dia takut teror yang tengah ramai diperbincangkan oleh masyarakat daerah Anyang benar-benar terjadi padanya. Namun, dia pun enggan untuk melapor polisi atau bahkan untuk sekadar memberitahu Taehyung mengenai apa yang semalam terjadi pun ia enggan. Dia tidak yakin kejadian tadi malam itu hanya sebatas halusinasi belaka karena hari sebelumnya ia kurang tidur, atau itu adalah kenyataan yang sesungguhnya. Ji Eun tidak yakin dengan apa yang ia lihat.

"Nuna!"

Panggilan itu mengalihkan pandangan Ji Eun dari aspal kelabu ke pada tiga sosok yang kini berlari menghambur padanya. Ketiga sosok itu tak lain adalah Taehyung, Jin, dan ... Chae Rim. Mereka bertiga baru saja turun dari mobil silver yang terparkir tak jauh dari rumah Ji Eun.

"Lihat, dia baik-baik aja," Jin mendecakkan lidah, "lo terlalu mengkhawatirkan segala hal, Tae."

"Kalo Ji Eun baik-baik aja, ngapain dia diem di luar pagi-pagi begini?" sambar Taehyung. "Lagi pula Chae Rim bilang ada penyusup, kan, di rumah Ji Eun?"

Chae Rim mengangguk mengiyakan.

"Terus tadi malem juga waktu gue free call, nuna tiba-tiba berteriak dan menutup telepon. Gue spam chat juga gak dibales," tambah Taehyung.

"Itu cuma perasaan lo aja kali. Sial, gue dibangunin pagi-pagi padahal ini hari Minggu. Ji Eun, rumah lo sepi, kan? Taehyung bilang orang tua lo masih di Jeju. Gue ikut tidur bentar di rumah lo, ya? Gue ngantuk, bahaya kalo nyetir, tadi juga gue maksain nyetir gara-gara tuh bocah," omel Jin sambil menunjuk Taehyung menggunakan dagunya. Namun, belum sempat Jin jauh melangkah, Taehyung memiting batang leher Jin dan menyeretnya masuk ke dalam rumah Ji Eun untuk membantunya mengecek kondisi rumah.

Akhirnya Taehyung dan Jin memeriksa seluruh penjuru rumah Ji Eun, tapi tak seorang pun yang mereka temukan, baik di dalam lemari ataupun di balik tirai. Mereka mengakhiri pencariannya dengan duduk di sofa memanjang di ruang tengah bersama Ji Eun dan Chae Rim.

"Aneh, padahal Chae Rim bermimpi ada orang aneh yang bersembunyi di dalem rumah nuna," gumam Taehyung setelah membenamkan diri di sofa itu.

Jin pun ikut menimpali, "Mimpi kamu pernah salah gak, Chae Rim?"

Chae Rim menggeleng. "Nyaris gak pernah."

"Nyaris? Berarti ada kemungkinan pernah salah. Oke, masalah selesai, sekarang biarkan gue tidur." Jin menaikkan kakinya ke atas sofa, mengubah posisi duduknya menjadi telentang, dan memejamkan mata.

"Chae Rim, ada apa ini? Kenapa kamu datang bersama mereka? Dan mereka juga udah tau soal 'kemampuan' lo itu?" bisik Ji Eun bertubi-tubi setelah diam seribu bahasa.

"Aku yang memberitau mereka," ucap Chae Rim.

"Iya, nuna, jadi semalem karna aku khawatir aku menelpon Chae Rim, soalnya dia yang paling deket sama nuna. Nah, pas aku nelpon ternyata Chae Rim belom tidur. Dia bilang dia terbangun setelah memimpikan nuna. Dia bilang nuna dalam bahaya, tapi aku masih gak percaya ucapannya. Akhirnya dia cerita soal dia yang punya 'kemampuan' khusus untuk melihat masa depan. Aku emang sempet gak percaya, tapi entah kenapa aku punya firasat kalo nuna bener-bener dalem bahaya. Jadi, paginya aku langsung jemput Chae Rim dan aku pikir lebih baik kalo ajak Jin juga, jadi kalo ada apa-apa setidaknya aku gak sendiri," jelas Taehyung panjang lebar.

Ji Eun mengangguk paham. Untuk kesekian kalinya dia menghela napas kasar. Kedatangan mereka bertiga nyatanya tak mampu memberikan efek yang berarti. Dia masih saja merasa ada yang mengawasinya dari suatu tempat.

Melihat Ji Eun duduk tak tenang, membuat Taehyung pun ikut menjadi resah. "Tidak bisa. Ayo, semua berdiri. Kita jalan-jalan."

Bersambung...

---------------------------------

1. Wae geurae? = Apa yang terjadi? / Ada apa?

[13 Agustus 2018]

My Perfect Happy VirusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang