Taehyung👻 21

1.5K 198 3
                                    

Dengan raut wajah yang sulit 'tuk diartikan Taehyung pergi meninggalkan Ji Eun begitu saja. Sementara Ji Eun hanya dapat diam, menatap nanar punggung Taehyung yang kian lama kian menghilang dari pandangan.

Ji Eun kini tersadar bahwa keputusannya ini justru menciptakan sebuah jurang yang tiada tepi.

🚨 🚨 🚨

Setelah semua orang berhamburan ke sana ke mari, entah bagaimana ceritanya Ji Eun malah berlari sambil memapah Eun Woo ke sebuah bangunan tua yang tak lain adalah basecamp SMA Sungji. Entahlah, suasana begitu kacau tak terkendali setelah sirine polisi terdengar.

"Kenapa menghilang tiba-tiba? Setidaknya bilang agar gue gak khawa-- Aww!"

"Diem, jangan bergerak," ucap Ji Eun yang kini sedang mengobati luka pada wajah Eun Woo.

Eun Woo mengamati wajah Ji Eun lekat-lekat. Menyelami kedua manik mata gadis yang tengah sibuk mengobatinya itu. Inilah, inilah yang ia suka dari sosok Ji Eun; perhatian serta karismanya yang sungguh luar biasa. "Gue seneng lo gak berubah. Aww! Iya. Iya. Gue diem. Gue diem. Pelan-pelan! Ini sakit!"

Ji Eun tak membalas. Pikirannya terlalu sibuk akan bayang-bayang Taehyung yang sejak tadi menghantui. Wajah Taehyung yang penuh kekecewaan membuat hati Ji Eun teriris. Dia tak mau karenanya senyum ceria di wajah Taehyung menghilang. Sungguh, dia tak mau. Namun, sepertinya semua sudah terlambat. Jembatan yang selama ini sempat roboh di antara mereka, mungkin kini telah roboh seutuhnya.

"Nuna, kenapa nuna pergi begitu aja meninggalkan kita? Kenapa ganti nomor hape?" tanya Jungkook.

"Keunyang. Sini kuobati lukamu."

Jungkook bangkit dan segera duduk di samping Ji Eun. "Nuna, gwenchana?"

Ji Eun mengangguk, lalu seraya membersihkan luka di tubuh Jungkook dengan alkohol Ji Eun mengalihkan pandangan pada orang-orang yang dulu sempat menjadi anak buahnya. "Kalian sendiri gimana? Gwenchana?"

"Ne, nunim!" jawab mereka kompak dengan penuh rasa hormat.

"Baik-baik saja dari mana. Sini berkumpul, kuobati luka kalian. Bodoh, seharusnya sejak awal jangan menantang Bangtan," omel Ji Eun. Suaranya menggema memenuhi ruangan yang sudah tak lagi putih itu karena termakan usia.

"Iya, dari awal juga aku bilang jangan. Aku udah ngomong berulang kali, tapi gak ada yang mendengarkanku. Untung aja aku menele--" Perkataan Jungkook menggantung di udara. Semua mata segera memandang ke arahnya.

"Mwo?! Jungkook, neo! Ternyata kamu yang menelepon polisi." Eun Woo langsung menjitak kepala Jungkook.

"Apha!"

"Lo tau, kan, kita semua bahkan lo sendiri bisa berakhir di penjara?" ucap Eun Woo.

"Arayo, tapi tadi itu darurat. Aku bingung harus berbuat apa. Kata nuna juga perkelahian tadi harus dihentikan," bela Jungkook sambil mengelus-ngelus bagian kepala yang tadi dijitak Eun Woo.

"Gwenchana. Lo udah lakukan hal yang benar, Jungkook," ucap Ji Eun membenarkan tindakan Jungkook.

Jungkook tersenyum lebar. Selanjutnya tak ada perbincangan berarti di antara mereka. Mereka hanya berbincang seputar alasan Ji Eun pindah, kenapa ia menghilng begitu saja, apa yang ia lakukan selama ini, hingga mentari berpulang ke ufuk barat menyisakan kegelapan yang melingkupi bumi.

👻👻👻

Jajaran pria berjas hitam yang sedang berjaga dengan segera membukakan pintu utama untuk Taehyung. Dia berjalan memasuki rumahnya dengan langkah gontai. Begitu masuk ia segera disambut oleh para pelayan di rumahnya.

"Selamat datang Tuan Muda," sapa mereka seraya membungkukkan badannya.

Tak lama seorang lelaki paruh baya yang tak lain adalah kepala pelayan di rumah megah berlantai dua itu datang menghampiri Taehyung. "Tuan Muda? Ada apa dengan wajah Anda?"

"Bukan apa-apa," jawab Taehyung datar.

Kepala pelayan itu terdiam, tak mau mengorek lebih dalam lagi. "Tuan Besar tengah menunggu Anda."

"Appa? Appa udah pulang dari Canada?"

"Tadi siang beliau mendarat."

"Appa sekarang dimana?"

"Di ruang kerja lantai pertama."

Perasaan Taehyung tak enak. Jarang sekali ayahnya memintanya untuk bertatap muka seperti ini. Pulang ke rumah saja jarang mengingat ayahnya yang seorang mafia besar. Dia sangat sibuk mengurusi segala macam bisnis haramnya, hingga mungkin hanya sekali dalam sebulan pulang ke rumah.

Tok! Tok!

Taehyung mengetuk sebuah pintu jati kokoh dengan ukiran bergaya victorian di hadapannya. Setelah dipersilakan masuk barulah Taehyung memasuki ruangan. Deretan lemari yang penuh dengan buku dan juga brankas-brankas besar, Taehyung berjalan melewati itu semua. Langkahnya begitu tenang dan pasti mengarah pada sebuah meja mahoni dengan seorang pria paruh baya yang duduk di baliknya. Itu adalah ayah Taehyung.

"Ada apa?" tanya Taehyung tanpa berbasa-basi. Begitulah hubungan mereka, tak lebih dari kepala keluarga dan calon penerusnya. Mereka sangat tidak harmonis.

Kim Tae Hwan, ayah Taehyung, melemparkan lembaran-lembaran foto hingga melayang di udara dan jatuh berserak di permukaan lantai. "Jelaskan apa itu?"

Taehyung berdecak. Dengan malas ia melihat lembaran-lembaran foto yang baru saja ayahnya lempar itu. Matanya langsung membulat sempurna saat melihat tahu apa yang berada dalam foto-foto tersebut. Sebagian besar dari mereka adalah foto dirinya saat tengah berkumpul dengan Bangtan di basecamp. "Appa mengintai aku? Sudah kubilang aku ak--"

"Takcheo¹!" sentak Kim Tae Hwan. "Bereskan segera, sebelum appa yang turun tangan."

Jantung Taehyung seakan berhenti berdetak. Pasalnya, Bangtan satu-satunya kebahagiaan yang ia punya, dan kini kebahagiaan itu kembali terancam. Sebenarnya Taehyung tahu bahwa ini cepat atau lambat akan terjadi, tapi tetap saja sampai kapan pun dia tak 'kan sudi menuruti perintah ayahnya yang satu ini. "Bunuh aku saja sebagai gantinya."

Brak!

Sebuah asbak rokok langsung melayang menghantam dahi Taehyung. Darah segar mengalir setelahnya dari dahi hingga jatuh menetes ke atas lantai.

"Anak bodoh," maki Taehwan dengan wajah datar. Tampak sekali bahwa ia tak merasa bersalah setelah melukai putra satu-satunya itu. "Mungkin hidup appa berantakan, tapi orang tua mana di dunia ini yang menginginkan anaknya melakukan kesalahan yang sama. Jangan sampai appa yang turun tangan. Kamu tidak boleh keluar selama appa ke Jepang."

"Abeoji!"

"Pikirkan selama waktu itu!"

Bersambung...

-----------------------------

1. Takcheo! = Diam!

[10 Mei 2018]

My Perfect Happy VirusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang