بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Flashback on
"Indi.." panggil Rendy di belakang Indira.
Indira menoleh ke belakang. Ia terkejut, walau ia yakin bahwa pemilik suara itu adalah Rendy tapi mustahil Rendy tahu tempatnya bekerja.
Dan kini, dihadapannya berdirilah Rendy. Sepertinya ia baru pulang dari kuliah. Indira menormalkan mimik wajahnya ia ubah jadi sedingin mungkin.
"Ada apa?" Tanya Indira to the point. Ia tak ingin berlama-lama ada di dekat lelaki ini.
"In, apa kamu nggak mau nanyain kabar aku? Selalu pertanyaan itu yang terlontar setiap aku nyapa kamu, apa kamu nggak rindu masa-masa kita bersama? Kenapa kamu berubah kayak gini In? Apa salah aku sama kamu sampe kamu sebegini jahatnya sama aku. Aku merasa nggak pernah bikin kamu kesel, bikin kamu marah, apalagi sampe bikin kamu ngejauh dari aku kayak gini! Hampir setengah tahun aku coba cari dimana letak kesalahanku, tapi aku ngrasa, aku harus pastiin sendiri ke kamu. Sekarang kamu harus jelasin apa kesalahan aku! Dan jangan pergi-pergi lagi"
Indira tak dapat membendung air matanya. Sebegitu jahatnya-kah selama ini sikapnya pada lelaki yang dicintainya ini?
Sebegitu menderitanya-kah Rendy memikirkannya hingga ia tak tahan untuk menanyakan alasannya langsung pada dirinya?
Sungguh, ia tak bermaksud menyakitinya namun Indira merasa bahwa hanya ini satu-satunya cara untuk melupakan Rendy dan memendam rasa cintanya dalam diam. Hanya Allah dan dirinya-lah yang cukup tahu isi hatinya saat ini.
Indira tak siap menerima tatapan terluka bahkan kecewa dari Rendy, karena ia telah menghianati persahabatan mereka.
"Dira.. Maaf," ucap Rendy lirih
"Ayo ikut aku kita harus bicara!" Kata Rendy lagi dengan tegas.
Indira hanya bisa mengikuti langkah Rendy yang entah ingin membawanya kemana. Mereka berhenti di taman dekat apotik tempat Indira bekerja.
Rendy duduk di bangku taman panjang. Ia di pojok kanan dan Indira duduk di pojok kiri. Jarak mereka terhalang oleh tas ransel masing-masing.
Indira tak dapat menahan air matanya, dari ia mendengar kefrustasian Rendy ia sudah begitu sakit. Ia seolah merasakan bagaimana yang dirasa lelaki itu karena ia menjauh tanpa alasan yang jelas.
"Jadi karena apa?" Tanya Rendy setelah 5 menit mereka saling terdiam.
"Karena aku dilarang kak Gery dekat denganmu," jawab Indira bohong. Ia menunduk saat menjawab, sama sekali tak berani menatap lawan bicaranya.
"Oh. Jadi kalian sudah resmi berpacaran?" Tanya Rendy ketus.
"Tidak. Hanya dekat" jawab Indira apa adanya.
"Oh, kalau begitu selamat untukmu. Dan, kurasa pertanyaan-pertanyaan dalam setengah tahun yang tersimpan di otakku sudah terjawab hanya dengan jawaban singkatmu itu. Aku nggak akan deketin kamu Dira. Oke, kita sekarang teman biasa. Aku baru bisa menerima bahwa kita teman biasa mulai dari detik ini. Dan persahabatan yang sudah kita bangun selama 2 tahun ini berakhir..." jawab Rendy panjang lebar, ia ikut senang Indira dekat dengan Gery. Namun, mengapa disisi lain ia begitu sakit hati dan emosi. Amarahnya sudah tak bisa ia kendalikan. Ia benar-benar kecewa karena Indira lebih mempercayai Gery yang baru dikenalnya 2,5 tahunan itu.
Rendy masih menggantung kalimatnya. Ia memperhatikan dengan seksama ekspresi wajah Indira. Namun, wajahnya terus saja menunduk.
Apa ia berbohong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabbah
SpiritualKebahagiaan yang tak dapat dinilai oleh materi adalah ketika kau dapat melabuhkan cintamu hanya kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan mencukupi segala kebutuhanmu. ______________ Berisi lebih dari satu cerita yang ditulis oleh beberapa penulis...