Naungan Taman Surga | 5

3.4K 353 21
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Alhamdulillah," ucap Ima di sampingku saat dia telah berhasil menghabiskan bakso di mangkoknya, "Ini minum siapa ya?" tanyanya padaku melihat air mineral botol berada di dekat lemarinya.

"Gak tahu Im,"

"Ini punya siapa Mut, Fir, An, Syah, Vi?" tanyanya pada penduduk rayon yang ada.

Dan dengan kompak mereka menjawab, "Teu terang, Teh."

"Minum dulu aja Im, nanti biang setelah yang punyanya ketemu," ucapku menyarankan.

"Gak mungkin atuh Naf, belum tentu juga yang punyanya akan ridho. Ini barang subhat, masih belum jelas halal haromnya."

"Jadi gak boleh ya, Teh?" tanya Aisyah.

"Bisa di bilang begitu, masih mending kalau pemiliknya ridho, kalau enggak? Ya perkara haramlah jadinya. Aku jadi inget kisah tentang ulama terdahulu yang begitu waro'. Beliau adalah Idris, ayahanda dari Imam Syafi'i yang terkenal dengan kehati-hatiannya." Dengan sekejap kami membentuk lingkaran, bersemangat mendengar cerita dari Ima.

"Pada zaman dahulu ada seorang pemuda pengembara bernama Idris, adalah seorang pengembara yang soleh dan taat kepada Allah. Suatu ketika disaat Idris sedang menyusuri sebuah sungai. Dia merasa dahaga yang tiada terhingga, karena hari memang sangat panas sekali. Idris pun kemudian berhenti dipinggir sungai untuk minum dan mencuci mukanya. Tiba-tiba Idris melihat sesuatu mengapung-apung disungai menuju kearahnya. Tanpa berfikir panjang Idris pun kemudian mencebur dan mengambilnya yang ternyata adalah sebuah apel. Idris kemudian memakan apel itu. Tetapi disaat apel itu termakan hampir habis, Idris teringat sesuatu. "Astaghfirullah, Kalau ada buah apel terjatuh, berarti disekitar sini ada sebuah kebun. Dan bila ada sebuah kebun, mungkin kebun itu ada yang memiliki. Ya Allah Ampunilah hambamu yang telah memakan buah ini tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Sebaiknya aku mencari dimana pemilik kebun dari buah ini." Idris pun kemudian menyusuri sungai itu tanpa merasa letih. Dan benarlah, ternyata diujung sebuah hulu sungai ada sebuah kebun apel yang sangat luas. Idris kemudian mendatangi kebun itu dan mencari pemiliknya. Disaat Idris sedang mencari tiba-tiba seorang kakek mengejutkannya yang ternyata pemili kebun, lalu Idris menceritakannya dan ingin meminta keridhoan sang pemilik. Tanpa di duga si kakek menjawab tidak ridho kecuali Idris melakukan syarat darinya yaitu membersihkan kebunnya selama satu bulan penuh tanpa di bayar.

Demikianlah, berhari-hari Idris membersihkan kebun apel itu dengan rajin dan senang. Dia berharap dapat menghapus kesalahan yang telah dilakukannya. Hingga tidak terasa satu bulan penuh Idris telah menjalankan hukuman. Idris pun kemudian mendatangi pemilik kebun itu untuk memberi tahunya bahwa Ia telah menyelesaikan hukumannya. Dan ternyata si kakek mempunyai syarat lagi yaitu Idris harus menikahi anak gadisnya bernama Rokayah. Dia buta, tuli, bisu dan lumpuh. Bukan cuman terkejut, Idris pun gemetar. Tubuhnya berkeringat. Karena Idris berfikir begitu berat ujian dan hukuman yang dia terima. pemilik kebun itupun bertanya. Pemilik kebun itu membuat Idris berfikir. Tidak lama kemudian Idris dapat menguasai diri. Dia yakin apabila pemilik kebun tidak memaafkannya, maka Allah pun tidak akan memaafkan kesalahannya yang telah memakan apel yang bukan miliknya. Dengan kesabaran dan keikhlasan Idris pun kemudian menikahi gadis pemilik kebun apel. Disaat usai pernikahan, Idris hendak memasuki kamar pengantin yang didalamnya telah menunggu gadis pemilik kebun apel. Betapa kagetnya Ia setelah melihat perempuan yang berada di kamar yang Ia masuki. Idris pun berlalu dengan tergesa meninggalkan gadis itu dan menemui pemilik kebun.

MahabbahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang