Mengikhlaskanmu | 1

6.4K 425 11
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Arini menarik ujung khimar yang digunakan oleh Raina, hal itu tentu membuat Raina mau tidak mau harus menghentikan langkahnya kalau tidak bisa-bisa lehernya tercekik, lebih parahnya lagi bisa jadi khimarnya lepas dari atas kepalanya.

Dengan rasa kesal yang membumbung tinggi dia menoleh dan memberikan tatapan super tajam pada Arini, "Kalau sampai khimarku lepas dosa terbukannya auratku kamu yang tanggung," ucapnya bersungut-sungut sambil membenarkan khimarnya yang mencong ke kiri.

Arini tersenyum tanpa dosa. Mata bulatnya mengerjap sok imut.

"Nggak usah berlagak imut. Bukannya gemes aku malah pengen muntah lihatnya," ucap Raina. Dia masih kesal jadi senyuman tanpa dosa Arini yang sangat manis yang biasanya selalu dapat meluluhkan hatinya yang panas kini tak meluluhkan hatinya.

"Lihat kesana!" Arini mengarahkan dagunya ke arah sepasang muda-mudi yang terlihat tengah bersitegang.

Raina mengikuti arah dagu Arini, "Paling Dimas ketahuan selingkuh lagi, terus cowok sampah itu sekarang sedang merangkai cerita bualan agar Hilda mau memaafkannya."

"Kasihan yah Hilda. Mau aja terus dikibulin sama Dimas," mata Arini menatap nanar ke arah pasang muda-mudi itu.

"Begitulah cinta yang nggak berlandaskan iman. Udah ah aku mau balik. Mas Lintang udah nunggu di parkiran. Mau bareng nggak?"

"Emang boleh? Mas Lintang kayanya nggak suka deh kalau aku nebeng."

"Kata siapa?"

"Kata hati aku. Dia nggak pernah balas senyum aku. Kalau aku sapa paling cuma jawab hemm aja."

"Dia emang gitu orangnya jadi nggak usah dimasukkin ke dalam hati. Udah ah balik yuk!" Raina menyeret tangan Arini agar ikut dengannya. Baru lima langkah keduanya melangkah, teriakan Hilda yang memanggil keduanya membuat langkah keduanya berhenti.

"Aku putus," ucap Hilda saat sudah berdiri di depan Arini dan Raina. Pipi tirusnya sudah basah oleh air mata dan dengan kasar dia menghapus air mata itu dengan ujung khimarnya.

"Alhamdulillah," ucap Raina dan Arini kompak dan hal itu membuat tangis Hilda semakin kencang.

"Kok kalian jahat banget. Aku putus sama Dimas kalian malah bilang Alhamdulillah bukannya innalilahi. Ini kan musibah. Kalian tahu nggak aku sama Dimas udah pacaran selama lima tahun. Dia udah janji bakal ngelamar aku pas kita berdua udah sama-sama wisuda. Tapi...." Hilda tak mampu melanjutkan perkataannya. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Arini dan Raina langsung memeluk Hilda. Mereka pun ikut sedih saat melihat Hilda menangis. Bagaimanapun juga Hilda adalah sahabat mereka dari mereka masih mengenyam pendidikan di bangku SMA dan persahabatan itu masih terjaga hingga kini mereka sudah kuliah semester lima. Jadi sudah hampir enam tahun mereka menjalin persahabatan.

"Dimas bukan laki-laki baik Hil," ucap Raina seraya membelai pucuk kepala Hilda.

"Iya Dimas bukan cowok baik. Mentang-mentang sekarang udah jadi ketua BEM tingkahnya jadi ngelunjak," timpal Arini penuh emosi. Dulu itu Dimas laki-laki yang baik. Malah sangat baik. Dia setia pada Hilda, gaya pacaran mereka berdua pun tidak neko-neko. Namun, seiring berjalannya waktu Dimas berubah total.

"Tapi aku cinta banget sama dia," ucap Hilda lirih.

"Kami tahu kamu cinta banget sama dia. Tapi masa iya kamu masih mau tetep pertahanin dia. Mungkin ini cara Allah agar kamu bisa ngelepas Dimas. Ayo Hil mulailah hijrah secara total," ucap Raina tegas.

Hilda menarik napas dalam-dalam. Tangan kanannya yang sedikit bergetar menyeka pipinya, "Aku cinta sama dia."

"Aku juga cinta sama Firman, tapi karena aku tahu pacaran itu dosa akhirnya aku putusin Firman dan sekarang aku ngerasa happy walaupun jujur awalnya sakit banget. Tapi sakitnya cuma bentar kok," ucap Arini dengan pandangan berbinar. Menandakan kalau dia benar-benar merasa bahagia setelah dapat meninggalkan perkara yang  Allah benci.

"Begitupun dengan aku. Aku cinta sama Rakha namun saat aku memilih untuk hijrah maka sudah menjadi keharusan yang harus aku lakukan untuk mengakhiri hubunganku dengan Rakha. Toh kalaupun aku sama Rakha Allah tetapkan untuk berjodoh meskipun kami tidak pacaran endingnya kami pasti nikah," sahut Raina penuh percaya diri, "Ada Allah yang akan mengatur semuanya dengan sedemikian rupa. Jadi tidak perlu ada yang ditakuti. Allah pasti beri kita jodoh terbaik, bila jodoh itu tidak kita dapatkan di dunia maka jodoh itu akan kita dapatkan di akhirat."

Hilda menatap wajah kedua sahabat baiknya secara bergantian. Kedua sahabatnya sudah mampu melepas cinta mereka demi mengejar cinta yang haqiqi yaitu cinta Allah. Namun, dia sendiri belum mampu. Meskipun banyak luka yang Dimas torehkan di hatinya namun dia sama sekali tidak bisa melepas Dimas. Dia begitu mencintai Dimas dan dia berharap Dimas lah yang kelak akan menjadi pendamping hidupnya.

***
Published, 29 Safar 1440H
Penulis : Shineeminka


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MahabbahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang