Isi Hati | 5

4.8K 602 38
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Indira Pov

"Jadi kamu menerima khitbahan Gery kan, Ira?" Tanya Mama kak Gery

"Ira.. Ira butuh waktu tante, maafin Ira," Jawabku lirih, kepalaku tertunduk dalam. Aku sedikit melirik ke arah kak Gery. Tawanya hilang seketika, bahkan senyuman yang tadinya selalu terpancar kini sudah jadi redup.

"Kenapa Ra?" Pertanyaan itu terlontar dari kak Gery. Aku tak menyangka kak Gery akan menanyaiku di depan keluarganya.

"Ira butuh waktu kak buat mempertimbang ini semua, Ira ingin memantapkan hati Ira supaya hati Ira juga yakin nantinya dalam menjalani rumah tangga. Maaf.. Ira harap kakak mengerti," jelasku masih tak berani menatap manik mata hitam milik kak Gery

"Tak apa Ra, kakak tidak memaksamu untuk menerima pinangan kakak. Entah nanti kakak akan kembali padamu atau Allah menggariskan hal lain, kita hanya bisa mengikuti rencana-Nya. Kakak harap kamu bahagia dengan siapapun nanti pilihan kamu," ucap kak Gery bijaksana.

Aku terkesima dalam sekejap. Mengapa dengan tutur katanya yang sekarang aku seolah merasa tertampar. Bagaimana mungkin anganku melambung tinggi bahwa kelak aku akan berumah tangga dengan Rendy padahal belum tentu Allah menggariskan demikian.

Maafkan aku ya Allah. Kak Gery yang kukenal 3 tahun lalu sangatlah berbeda dengan kak Gery yang sekarang. 

"Baiklah Ira, kami selaku orangtua Gery juga tidak memaksamu nak, pilihlah calon imam sesuai hatimu," ucap kedua orangtua kak Gery begitu meneduhkanku

"Ya Allah apakah benar ini jalanku? Bila memang benar tolong jangan biarkan aku memilih orang yang salah. Teguhkanlah hati ini ya Rabb," batinku berkata

"Terima kasih om, tante, dan kak Gery.. Terima kasih untuk pengertiannya."

Akhirnya kedua orangtua itu menjadi saling mengenal. Mulanya hanya melalui cerita anaknya saja yaitu Gery. Namun, kini mereka sudah saling bertemu.

"Walau nanti pada akhirnya tidak ada hubungan besanan antara kita, tapi kita bisa jadi sahabat bukan Ram?" Tanya om Wijaya pada Ayah

Aku sungguh terkesan dengan kebaikan keluarga ini.

Mungkin, inilah waktunya aku melupakan Rendy. Melupakan masa lalu yang begitu kelam, dan memantapkan hatiku pada imamku nanti.

🌿🌼🌿

1 bulan sudah terlewati. 

Kata-kata kak Gery terus terngiang-ngiang dipikiranku. Akankah ini pertanda darimu ya Allah?

Aku tak tahu. Namun, aku merasa siap untuk menerima khitbahan kak Gery.

Dalam 1 bulan Allah mengubah hatiku pada kak Gery, kakak kelasku. Ia adalah lelaki yang dulu memberiku arti cinta yang sesungguhnya.

"Mustahil Ra! Lo udah lupain Rendy? Dan hati lo sekarang jadi ke kak Gery? Kenapa gue nggak percaya sih?" Nina heboh mendengar curahan hati Indira.

Ya.. Nina jadi tahu perasaannya, karena ia memaksa Indira untuk membagi ceritanya. 

"Tapi..sweet banget kak Gery bilang kata-kata bijak kayak gitu.. Apa yang lo rasain saat itu Ra?" Tanya Nina penasaran

"Aku.. Aku gugup banget Nin, tapi disisi lain aku lega pernah mengenal lelaki sebaik kak Gery. Dia ngelindungi aku dari jauh. Dia nggak kabari aku tapi sesekali dia suka chat aku. Tapi, ada perasaan sedih juga Nin.." Indira yang semula mengukir senyum kini senyuman itu redup

MahabbahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang