☃☃☃
Taehyung menelungkupkan badannya di atas kasur kamarnya. Ia tidak tidur. Tapi tetap dalam posisi seperti ini mulai dari tiga puluh menit yang lalu. Sesak paru-parunya yang kesusahan mengambil oksigen tak ia hiraukan. Yang ia fikir, sesak itu tak sebanding dengan sesak yang tengah dialami hatinya saat ini.
Hari ini, tepat hari ke dua puluh gadisnya tak memberi kabar. Jangankan memberi kabar, pesan dari Taehyung yang hampir menyerupai narasi koran itupun tak kunjung mendapat respon yang mumpuni. Bagaimana tidak bingung? Padahal Taehyung yakin betul kekasihnya itu tersenyum manis di hari terakhir mereka bertemu di Universitas. Di hari ketika Irene, kekasihnya memberi kabar baik sekaligus buruk bagi Taehyung.
------------------------------------------
"Ya Chagiya, aku mendapat panggilan dari SNU. Kau tau? Aku saaaangatt bahagia" gadis itu tersenyum sangat bahagia sembari memeluk kekasih di hadapannya. [Sayang]
"Aigo.... benarkah? Kekasihku ini memang sangat pintar. Aku turut senang kalau kau senang" sang laki-laki membalas pelukan gadisnya dan mengusap-usap punggung milik kesayangannya itu. [Wah]
"Tapi aku akan berangkat lusa. Bagaimana? Kita akan berjauhan"
Sang gadis melepas pelukannya. Raut wajahnya yang semula ceria berubah sedikit bertekuk. Matanya yang teduh menatap kekasihnya dengan gusar."Lusa? Kenapa cepat sekali?"
"Begitulah isi pengumumannya. Aku juga tidak tahu"
Lelaki itu sejenak terdiam. Mencoba memilah-milah kata yang kiranya pantas untuk ia keluarkan. Ia tak mau sedikitpun menyakiti atau mengecewakan gadis yang ia cintai. Haish, ini sulit.
"Hemm pergilah. Bukankah ini impianmu dan impian kedua orang tuamu? Aku pasti selalu mendukungmu"
Akhirnya. Bohong sekali. Mulutnya itu kenapa pintar sekali berdalih? Mengatakan sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan yang berteriak di dalam hatinya. 'Ya jangan pergi ! Tetaplah di sisiku. Bagaimana aku terus tersenyum jika kau telah mengambil seluruh tawaku?'
Jujur itu apa?
"Jinjja? Aa oppa gumawo. Aku akan sangat merindukanmu" [benarkah?]
"Aku juga. Jangan lupa selalu memberiku kabar. Aku akan ke Seoul setiap bulan. Atau malah setiap minggu?"
"Terserah. Aku akan selalu menunggumu"
"Jangan sembarangan memberi senyum. Laki-laki akan sangat mudah mencintaimu. Aku ini sangat cemburuan"
"Ya oppa, aku hanya mencintaimu"
Gadis itu kembali memeluk kekasihnya. Seolah memberikan kepercayaan atas kata-kata yang baru saja ia keluarkan."Aku sangat"
-----------------------------------------------
Taehyung menyesal. Sekali lagi menyesal dan tak henti-hentinya mengutuki seorang dosen yang membuat Ia tak dapat menemui Irene di hari terakhirnya di Busan. Bahkan Taehyung juga tidak dapat mengantar Irene ke stasiun di hari keberangkatannya. Dosen itu semudah mulutnya memberi tugas tak masuk akal.
Tolong jangan mengatai bahwa Taehyung adalah lelaki lemah yang kekanak-kanakan karena tidak mendapat kabar dari kekasihnya. Ini wajar bukan? Sebuah rasa rindu yang bercampur bingung yang tak berujung.
Dadanya sudah sangat sesak. Semua rasa tercampur dan terus menggedor-gedor hendak menyeruak. Tapi tubuhnya yang sudah tidak kemasukan makanan seharian ini tak sanggup memenuhi niat nuraninya. Ya seharian ini ia hanya mengurung diri di dalam kamar apartemen pribadinya. Ia terlalu lelah. Lelah hati, lelah pikiran, dan lelah-lelah lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDEAL TYPE
Fanfic[Short Story] Taehyung selalu berfikir bahwa dalam hidup harus selalu memiliki sebuah standar. Termasuk dalam hal percintaan. Laki-laki tampan itu pun telah menetapkan berbagai macam standar. Ia menuliskan semuanya dan mencari yang sangat mirip deng...