Amarah Termuntah

173 14 5
                                    


***

Hujan deras di hari senin itu membuat semua siswa/i di sekolah SMK Rantjah yang sedang melaksanakan upacara berhamburan menuju selasar sekolah untuk berteduh. Chaos sekali suasana sekolah saat itu.

Lalu samar-samar suara dari sebuah speaker sekolah terdengar. "Anak-anak , dikarnakan hujan deras upacara hari ini tidak dilaksanakan, silahkan masuk ke kelas masing-masing. Terimakasih" (tiiiitttt....)

Semua murid memasuki kelas masing-masing tak terkecuali seorang anak laki-laki berpostur tinggi dan berwajah sangar yang masih berdiri di depan perpustakaan.

"Hei bro lagi ngapain lu disini?" Tanyaku.

"Gapapa , gua lagi liatin cewe gua" ternyata dia sedang melihat cewenya yang kelasnya berada di sebrang lapangan.

"Ohhh itu cewe lu? Gua kenal tuh" tambahku.

"Lu kenal sama dia?"

"Iya gua kenal , dia tetangga gua soalnya" menjawab sambil memerhatikan ke sebrang sana.

"Apa sering ada laki-laki yang main ke rumahnya? Gua mohon jawab" seakan dia mengancamku dengan tatapan bengisnya.

Dalam hati "hmmm memang sering ada yang ke rumahnya, tapi ko berbeda dengan orang ini ya?"

"Jawab bro gua nanya ma lu!" mulai sewot.

"Santai....iya gua sering lihat cowo ke rumahnya, kan itu lu?" aku berpura-pura kalo yang ku ketahui adalah dia yang sering ke rumahnya.

"Gua gak pernah ke rumahnya ko, dia bilang gak diijinin setiap kali gua mau ke rumahnya" Jawabnya langsung menunduk sedih.

"Sorry bro gua gak tau kalo yang sering ke rumahnya itu ternyata orang lain" akhirnya aku mengetahui sumbu permasalahan nya. Kasian juga aku padanya.

Dan pada saat itu dia terdiam tanpa bergerak sedikit pun dalam keadaan menunduk.

"Bro, lu gak apa-apa?" tanyaku.

Tapi bukan menjawab dia malah pergi gitu aja. Aku mulai merasa suatu hal buruk akan terjadi. Tapi untuk apa aku ikut campur masalah mereka? Emang aku siapa? Aku lebih baik masuk kelas.

***

*Teeettttt*

Akhirnya bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini berbunyi.

Semua murid berhamburan keluar kelas dan pulang.

Aku yang saat itu masih menulis tugas yang belum selesai terpaksa pulang lebih belakangan dari yang lain. Saat aku sedang menyelesaikan tugasku...

"Sialan kebelet lagi ... Gak bisa diajak kompromi banget akhh" bergegas meninggalkan pekerjaan ku dan menuju toilet untuk sekedar buang air kecil.

Sekolah nampak sepi , hanya tersisa murid yang sedang melaksanakan kegiatan ekskul Palang Merah Remaja. Langkahku terburu-buru karena semua sudah terasa diujung tanduk. Namun saat ku melewati sebuah ruangan kelas yang berada di jajaran toilet terdengar suara orang yang sedang mengobrol. Tapi aku hiraukan karna panggilan alam memaksaku untuk segera membuang unek-unek ku.

"Akhirnyaaa lega juga" tersenyum lega.

"Ehhh tapi tunggu deh itu tadi siapa ya? Perasaan semua orang udah pada keluar?" heran bercampur ingin tau lalu aku mencoba mengintip ruangan kelas itu dari jendela belakang sekolah. Perlahan dan pasti aku mulai mengintip. Dan ternyata ada sepasang murid sedang berpacaran. Yang lebih mengejutkan si cewe didalam sana adalah tetanggaku.

"Waduhhh... Ko dia bukan sama cowok yang tadi pagi yak?" aku merasa kalo si cewe ini berselingkuh dengan cowok lain. Sedang asik-asiknya mengintip, tiba-tiba aku melihat ada bayangan seseorang yang juga tengah mengintip dari jendela depan kelas. Aku tersadar bahwa yang mengintip di sebrang sana adalah cowok nya si cewek ini.

"Wahhhh kok perasaan gua gak enak yak,"

Dan tiba-tiba saat ku melihat lagi , bayangan cowok itu telah hilang.

Hari mulai gelap karna mendung. Aku pun bergegas meninggalkan lokasi tersebut. Dan saat aku akan melewati kelas tadi, mereka berdua keluar sambil bergandengan tangan. Aku berusaha memperlambat langkahku dan mengawasi mereka dari belakang. Sampai pada sebuah lorong sekolah, tiba-tiba tanpa diketahui dari mana asalnya pacar cewek itu berlari yang kemudian menendang selingkuhan ceweknya. "Apa maksus lo ? Dia cewek gua" dan dengan brutal, cowok itu menghajar selingkuhan pacarnya. Aku mulai bingung, antara aku melerai mereka atau aku pergi pura-pura tak tahu. Si cewek itu histeris dan mencoba melerai mereka.

Akhirnya aku mendekati mereka dan alangkah terkejutnya aku saat darah mulai berceceran di lantai yang putih. Crattt ...craatt...

"Ehhhh adaapa ini ,hentikan" aku menarik si cowok dan saat kulihat wajah cowok itu berlumuran darah, apalgi baju putih yang dipakainya berubah warna bak gincu. Sebenarnya aku heran. Tidak mungkin darah begitu banyaknya keluar gara-gara dipukul gitu-gitu aja. Saat aku mulai sadar dan melihat bahwa cowo ini menggenggam sebuah keling. "Pantas saja" dalam hatimu.

"Awas lu" dia mendorongku sampai jatuh. Dan saat aku terjatuh , tiba-tiba cowok ini berpindah haluan dan memukul si cewek di bagian pelipis kanan nya. Cratttt... Sial darah yang sangat kental tergambar di ding-ding lorong. Tak hanya itu, si cowok menghajar cewe itu sampai ambruk di lantai. Ketika sudah ambruk dia tak berhenti disitu saja. Diruntuhkannya tumpukan meja dan bangku yang kebetulan berada di lorong dan menimpa mereka. Brukkkk....

"Sialan ... Kenapa lu ngelakuin itu?" aku bertanya dan perlahan mindur.

Tak ada respon , dan cowok itu hanya terdiam mematung. Aku mulai ketakutan. Dengan darah yang menetes dari keling yang di genggamnya , dan baju putih yang berubah warna menjadi merah karna darah, dia pun berkata "lu selanjutnya!" aku sungguh tak mengerti dengan ucapannya. "Apa maksud lu? Gua salah apa" aku terus mundur namun seakan ingin terus menyaksikan semua kejadian berdarah tersebut. Tiba-tiba dia mengambil sebuah pisau lipat dari kantung celananya. "Hahaaa... Lu telah menjadi saksi dan gak boleh ada jejak sama sekali" dengan tatapan jahat dia berjalan ke arahku.

"Siall..." dalam hatiku. Namun saat dia melewati sebuah jendela dan berkaca, seakan ketakutan merasuki tubuhnya. "Apa yang terjadi? Siapa kamu? Aarghhhh" aku tak tau apakah dia berbicara dengan bayangan nya? Entahlah yang jelas saat ini aku dalam keadaan rentan terbunuh.

"Tolong aku, aku tak mau seperti ini..." Saat dia berbalik menatapku, sekejap dia mengarahkan pisau lipat yang di pegangnya dan menusuk kerongkongannya sendiri.

"Ohhh sitt..." aku pun berlari dan berteriak minta tolong. "Tolongggg....tolongg"

Dan hari ini sangat tak terduga. Bayangkan, aku menyaksikan pembunuhan sekaligus bunuh duri, bahkan aku hampir terbunuh jika cowok itu tak sadar dari amarahnya.

***

Setelah kejadian hari itu, aku lebih suka mengurung diriku. Entah itu di rumah ataupun di kelas. Terauma parah yang ku alami membuatku menjadi aneh dan seakan semua terlihat jelas peristiwa berdarah itu sepanjang waktu ku.

Sekian...
Vote and comment...

Mimpi BurukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang