Bab 1: Cermin Ajaib

980 173 59
                                    

Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apa pun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang

Main pair: Mino/Irene

Selamat membaca...

.

Speculum Magica

Bab 1: Cermin Ajaib

.

"Irene, matamu kenapa?"

Kang Seulgi terheran-heran melihat penampilan Irene yang acakadut hancurnya. Kantung matanya menghitam, tatapannya terlihat kosong, rambutnya sedikit berantakan. Ah, ada apa dengannya? Seperti kerasukan setan saja. Oh, apa jangan-jangan Irene kerasukan setan?! Irene tidak berniat menyahut. Tas bermotif panda ditaruh di atas kursi, dengan malas Irene menidurkan kepalanya di meja kelas.

Kalau di dunia anime-anime mah, nyawa Irene sudah melayang-layang di udara. Hanya raganya saja yang tertinggal di dalam kelas.

"Seulgi..." pada akhirnya, Irene memanggil teman sebangkunya.

Seulgi yang merasa namanya dipanggil pun menyahut, "Ya?"

"Kamu pernah membayangkan siapa suami di masa depanmu?" Irene bertanya. Kepalanya ditangkup pada sebelah tangan. Menatap wajah gembil Seulgi yang tengah berpikir.

Seulgi sendiri sedang berangan-angan. Tipe suami di masa depannya adalah; pria dengan mata sipit, kulit putih, tinggi, seperti member Winner yang lagi naik daun sekarang. Siapa namanya? Ah, Seulgi lupa.

"Pernah kepikiran kalau suami di masa depanmu adalah orang yang tidak terduga?"

"Pernah."

"Siapa orang itu?"

"Member Winner."

Irene memutar kedua bola mata. Seulgi tetap santai di kursi. Apa salahnya berkhayal? Toh, tidak ada yang melarang. Tidak tertulis di dalam undang-undang negara. Seulgi memiliki prinsip sendiri; selagi kamu punya mimpi, maka bayangkanlah mimpi itu setinggi mungkin. Bayangkan yang enak-enak saja. Yang tidak enak tidak usah dibayangkan—hidup ini sudah tidak enak sejak awal.

"Tumben sekali membicaran tentang suami. Kita lulus SMA saja belum. Jangan bilang kamu kebelet kawin ya? Pantas saja akhir-akhir ini kamu suka makan yang asin-asin."

Irene hanya mendelik, "Sembarangan. Siapa yang kebelet kawin hah?! Lagi pula, nikah dulu Seulgi! Baru kawin."

"Apa bedanya? Sama-sama mengalami malam pertama ini." Seulgi menjawab dengan sangat santai. Tidak tahu jika wajah Irene mulai memanas ketika membicarakan suatu hal yang agak dewasa (menurutnya).

Keduanya mulai diam. Jam masuk tersisa lima belas menit lagi. Irene kembali bertanya pada Seulgi, "Seul, kamu tahu tidak?"

"Tidak tahu dan tidak mau tahu. Karena aku maunya tempe."

"Apa sih!"

Seulgi memamerkan gigi putih nan rapi miliknya, "Oke oke, kenapa?"

Irene berusaha meredam emosi yang sempat membakar membara. Dihirup oksigen sebanyak-banyaknya hingga dada sedikit naik ke atas, lalu diembuskan perlahan—kalau menurut Seulgi mah seperti wanita yang akan melahirkan, "Jadi gini. Semalam aku pulang larut dan menunggu ayah di halte dekat sekolah. Aku tidak sengaja menemukan sebuah cermin. Awalnya aku hiraukan saja, tapi saat sampai di rumah entah kenapa cermin itu sudah ada di atas kasurku."

Speculum Magica [Minrene; Mino/Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang