Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apa pun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang
Main pair: Mino/Irene
Selamat membaca...
.
—Speculum Magica—
Bab 7: What's Love? (2)
.
Mino merasa bosan sekarang.
Berdiri di lapangan membuatnya jenuh. Upacara pagi ini membuatnya bosan bukan main. Tahu begini, lebih baik ia bolos saja sekalian; tidak masuk sekolah, lalu meminta pada Paman Kyuhyun untuk dibuatkan surat izin sakit. Oh, kalau kalian mau tahu, pamannya Mino adalah seorang dokter—ya, jadi mudah saja untuk Mino membuat alasan sakit.
Monyet sekali memang.
Oh, apa Mino pura-pura kesurupan saja, ya? Nanti dirinya digotong ke kelas, diberi teh gratis, lalu dianjurkan untuk pulang. Bisa main game sepuasnya di rumah. Bibir Mino sudah cengar-cengir tak karuan membayangkan rencana liciknya kali ini akan berjalan dengan lancar. Eh, tapi untuk alasan kesurupan rasanya tidak deh. Satu bulan yang lalu, ia sudah menerapkan rencana ini. Kalian mau tahu? Pada akhirnya Mino dibawa ke rumah dukun—dia dikasih jampe-jampe, dan berakhir disembur dengan air oleh mbah dukun. Sudahlah bau mulut si dukun, disembur pula dengan bawang merah.
Mino kapok.
Apa alasan pingsan saja, ya? Boleh juga. Mino mengusap-usap dagunya yang licin. Ia sudah mati rasa berdiri di tengah lapangan. Padahal upacara baru dilakukan lima belas menit yang lalu.
Secara perlahan, kaki Mino mulai lunglai, wajah dibuat pucat pasi, lalu ia ambruk ke tanah dengan mata terpejam. Semua mata panik menatap tragedi jatuhnya Mino ketika upacara. Mereka memanggil petugas PMR yang berdiri di belakang—lebih tepatnya di bawah pohon nan rindang. Terkadang Mino kesal sendiri melihatnya. Di saat murid-murid lain panas-panasan di lapangan, mereka malah duduk di bawah pohon. Setan memang. Tahu begitu dulu Mino ikut saja ekskul PMR—jadi bisa duduk di bawah pohon sambil menertawakan mereka yang berpanas-panas ria.
Bocah setan memang.
Mino digotong, ditaruh di atas tandu. Semua yang mengangkat tandu pun mengutuk Mino dalam hati; sial, berat sekali. Mino dalam hati pun tertawa keras; rasakanlah beratnya dosaku!
Punya dosa banyak kok bangga?
Setelah ditaruh di atas tandu, Mino dibawa ke ruang UKS. Oh, inilah surga dunia yang dinanti-nanti. Mino sudah bisa mencium bau-bau ketenangan dan ketentraman. Ketika tubuhnya dibaringkan di atas ranjang, Mino benar-benar merasa dirinya sedang di surga. Oh, surga. Mino senyam-senyum sendiri macam keledai. Kalau berada di surga, pasti ada bidadari bukan? Hehe.
"Lho, Mino?"
Mino tercekat. Tunggu-tunggu, suara ini tidak asing.
Perlahan, matanya dibuka. Dan mendapati Irene yang berdiri di sebelah ranjangnya. Mino langsung terlonjak kaget, "Kok, kamu di sini?"
"Tentu saja. Aku kan anggota PMR."
Oh iya, Mino lupa. Dulu ketika dirinya bertengkar dengan Namjoon kan Irene yang membersihkan lukanya di sini. Ekhm, jika mengingat itu Mino jadi berdebar-debar, "Oh, aku lupa."
Irene hanya menggelengkan kepala, lalu menaruh teh manis hangat yang ia buat di meja sebelah ranjang Mino, "Minumlah."
Mino tertegun. Ternyata, bidadari di surga itu memang ada nyatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Speculum Magica [Minrene; Mino/Irene]
Fanfiction[ School Life AU ] "Cermin ajaib. Tolong tunjukkan wajah suamiku di masa depan." Betapa terkejutnya Irene ketika mengetahui sosok yang--katanya--akan menjadi suami di masa depannya adalah Song Mino; pria berandalan yang kerap kali langganan keluar-m...