Bab 3: A New Love Story Begins

893 142 54
                                    

Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apa pun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang

Main pair: Mino/Irene

Selamat membaca...

.

Speculum Magica

Bab 3: A New Love Story Begins

.

"Tidak. Terima kasih. Tidak baik seorang pria menginap di rumah wanita." sahut Mino, "Aku pulang, ya."

Irene hanya melongo melihat sikap Mino. Ia kira laki-laki itu akan menerima ajakannya (sebenarnya, tadi Irene hanya mengetes Mino). Ia kira Mino sama saja dengan pria lain. Tapi, dia berbeda. Mino sangat menghormati seorang wanita. Sepertinya Irene benar-benar salah sudah mengecap pria itu sebagai pria bajingan. Ketika kaki Mino sudah seperempat jalan di halaman rumah Irene, petir seakan memang tidak mengizinkan pria itu minggat dari rumah Irene. Hujan semakin deras dan Irene buru-buru mengambil payung yang ada di teras—lalu berlarian menghampiri Mino.

"Sudah kubilang. Menginaplah di rumahku. Lagi pula, besok libur." ucap Irene.

Mino menatap heran, "Tapi... Besok kan hari rabu?"

"Guru ada rapat. Kan sudah diumumkan di sekolah tadi."

"Oh, sepertinya aku sedang tidur ketika ada pengumuman tadi."

Irene hanya bisa memutar bola mata, "Ya sudah, cepat masuk!"

"Nanti orangtuamu bagaimana? Mengizinkan tidak?" ucap Mino tahu diri.

"Tidak apa-apa. Hanya ada ibu di rumah. Ayah sedang di luar kota." Irene langsung menyambar tangan besar Mino, lalu masuk ke dalam rumahnya yang besar.

Mino melepas sepatunya yang basah. Irene menaruh payung di teras depan, lalu melepas alas kaki. Kemudian mereka masuk ke dalam rumah. Terlihat sedikit gelap dan sepi. Mino lirik kanan dan kiri, "Hmmm. Di mana ibumu?"

"Sepertinya sudah tidur. Ah, kamu tidur di kamar tamu saja ya." ucap Irene.

Mino hanya mengangguk setuju. Irene melihat ke arah Mino, "Bajumu basah."

"Tidak apa-apa. Nanti juga kering—"

"Mana bisa begitu? Nanti kalau masuk angin bagaimana? Aku tidak pandai ngerokin orang!" Irene memotong ucapan Mino.

Mino hanya melongo. Wanita di hadapannya kini begitu perhatian padanya (padahal mereka baru kenal). Walau sedikit (sangat) bawel, tetapi Mino dapat melihat siluet kekhawatiran di dalam mata Irene. Hei, tapi kenapa?

Irene yang mulai gemas pun dengan paksa menarik tangan besar Mino ke dalam kamar tamu yang gelap. Ruangan pun dikunci rapat. Irene mulai menyalakan lampu, lalu membuka lemari berisikan pakaian khusus untuk tamu. Mino hanya diam di tempat—tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Bayangkan saja sebagai orang asing kamu harus berduaan di dalam kamar dengan seorang gadis cantik dengan keadaan pintu dikunci. Walau tampang garang macam preman pasar, namun sebenarnya hati dan pikiran Mino masih sangat polos dan suci. Wajahnya mendadak memerah ketika membayangkan dua orang berjenis kelamin berbeda harus berduaan seperti ini.

"H—hei! Tidak baik seorang wanita berduaan dengan pria di dalam kamar macam ini!"

"Diamlah kamu, dasar bawel."

Mino tersentak. Padahal yang bawel wanita di depannya. Lalu kenapa sekarang dirinya yang dicap bawel? Mino tidak terima, "Hei, kamu yang bawel!"

Irene tidak mengubris ucapan Mino. Ia masih sibuk mencari pakaian untuk Mino pakai. Ah, ketemu. Kaos hitam oblong dengan celana training abu-abu. Dilemparkannya pakaian itu pada Mino, "Itu. Pakailah."

Speculum Magica [Minrene; Mino/Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang