Bab 12: Harta, Tahta, Bae Joohyun (1)

710 84 27
                                    

Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apa pun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang

Main pair: Mino/Irene

Selamat membaca...

.

Speculum Magica

Bab 12: Harta, Tahta, Bae Joohyun (1)

.

Kalian tahu apa yang dirasakan Irene sekarang?

Bahagia. Tentu saja—astaga, demi apa dia berpelukan dengan Mino? Di akhir senja? Demi apa?! Mulutnya tak henti-henti berteriak macam orang kerasukan jin. Guling-guling di atas kasur hingga seprai menjadi lusuh. Bibirnya terus menyunggingkan senyum cantik, hatinya sedang berbunga-bunga. Wajah ditutup menggunakan bantal—ia sedikit malu, tapi tetap senang.

Matanya kini melirik ke arah cermin ajaib. Irene melangkahkan kaki mendekat, lalu berdiri menatap pantulan diri di dalam cermin. Rambut panjang disisir rapi, ia kembali tersenyum. Matanya melihat ukiran-ukiran cantik yang bersemayam di pinggiran kaca putih, nampak seperti gambar dua manusia—pria dan wanita, dalam balutan baju khas penduduk Yunani kuno. Warnanya keemasan, Irene mulai menyentuh perlahan—dan sedikit terkejut karena ternyata cermin tersebut terasa begitu dingin.

Irene ingat sekali pertama menemukan cermin ini; ketika sedang menunggu sang ayah di halte sekolah—kala itu ia melihat Mino yang sedang mabuk-mabukkan. Mendadak otaknya berpikir—apa Mino masih suka minum alkohol? Dan, pria yang disebut-sebut suami masa depannya kan hidup dengan gaya yang luar biasa liar. Apa orangtua Mino tidak merasa sedih melihat kelakuan anaknya? Atau memang mereka memiliki konflik keluarga sendiri yang membuat Mino kurang kasih sayang? Entahlah, Irene merasa penasaran.

Iris matanya kembali menatap ke arah cermin—mendadak ia ingin tahu segala kehidupan Mino. Memang tidak sopan jika Irene ingin tahu-menahu tentang seseorang tanpa izin. Tapi sayang sekali, rasa penasarannya sangat besar. Irene menarik napas dalam-dalam, lalu mulai bertanya pada cermin besar di depan.

"Cermin ajaib. Apa Mino memiliki masalah keluarga?" Irene bertanya. Hatinya begitu berdebar menunggu jawaban.

Cermin di depan mulai mengeluarkan cahaya—lalu beberapa bait kalimat tertera di kaca bening.

Irene membacanya. Cermin itu berkata; tidak.

Tidak? Irene merasa aneh. Kalau tidak ada masalah keluarga, lantas mengapa Mino berpenampilan seperti orang yang kurang kasih sayang keluarga? Tentu saja, Irene ingin bertanya lagi.

"Apa Mino anak durhaka?" entah setan apa yang merasuki jiwa Irene. Gadis itu memiliki hipotesis jika Mino adalah anak badung yang hobinya melanggar peraturan kedua orangtua.

Lagi-lagi cermin mengeluarkan cahaya—dan mengatakan; tidak.

Irene mengerutkan alis matanya. Tidak memiliki masalah keluarga, dan tidak durhaka. Lantas, mengapa orangtua Mino tidak memprotes dandanan preman anak mereka?

Entahlah, untuk saat ini Irene hanya bisa menatap cermin dengan banyak pertanyaan yang menggumpal di dalam otak.

.

"Kamu bawain aku makan siang?"

Mino menatap heran Irene. Gadis itu dengan santainya masuk ke dalam kelas Mino dengan menenteng rantang berwarna biru, lalu menawarinya makan siang bersama. Tentu saja satu kelas menjadi heboh—dan Irene hanya melemparkan senyum paling indah. Mino tidak keberatan sama sekali, justru ia senang—hitung-hitung bisa hemat uang jajan. Mereka makan di kantin, dilihat semua orang—bahkan orang-orang yang sempat membully Irene tempo hari. Hati mereka mendadak panas-dingin melihat keakraban sang pujangga dengan Irene.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Speculum Magica [Minrene; Mino/Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang