Bab 2: It Rains at Night

936 167 100
                                    

Disclaimer: seluruh tokoh milik agensi dan keluarga masing-masing. Tidak ada keuntungan finansial apa pun yang saya dapat dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk bersenang-senang

Main pair: Mino/Irene

Selamat membaca...

.

Speculum Magica

Bab 2: It Rains at Night

.

Irene hanya bisa tergeletak lemah di atas kasur empuk. Tas dilempar sembarang arah. Ah, tidak biasanya ia begini. Pasti ada sesuatu yang mengganjal di hati. Ya, siapa lagi yang dapat membuat pikiran Irene kacau-balau? Sudah pasti Song Mino. Tidak perlu ditanyakan lagi. Sudah diuji di ITB dan IPB keakuratannya.

Niatnya, tadi Seulgi ingin mampir ke rumah Irene (ingin melihat cermin ajaib secara langsung). Tapi, berhubung si beruang sedang ada keperluan untuk mengerjakan tugas kelompok, alhasil ia tidak bisa datang ke kediaman keluarga Bae. Ya, mungkin belum jodoh Seulgi untuk menemui cermin ajaib. Padahal Seulgi ingin sekali menanyakan apakah ia dan salah satu member Winner akan berjodoh atau tidak.

Diliriknya sekilas cermin yang menggantung indah di dinding kamar. Bentuknya benar-benar unik—oh, macam cermin di zaman Yunani dulu. Ya, kira-kira begitu. Ukirannya menunjukkan perbedaan zaman yang sangat kentara. Siapa sebenarnya pemilik cermin itu? Kenapa tidak ada yang menyadari kehadirannya di halte bus kala itu? Dan—kenapa pula cermin itu bisa ikut pulang ke rumahnya?!

Masih menjadi misteri.

Irene memaksakan diri untuk duduk di hadapan cermin, "Cermin. Aku ingin tahu, siapa suamiku di masa depan." tetap saja, gadis itu masih tidak percaya.

Cermin mulai menunjukkan wajah seorang pria. Dan, ya. Itu Song Mino. Irene hanya bisa menarik rambutnya frustasi. Walaupun tadi Mino bersikap baik (dan terkesan dingin), tapi tetap saja Irene tidak percaya. Bisa menikah darimana coba? Satu kelas saja tidak. Kenal juga tidak. Akrab? Hah, apalagi itu. Mereka bagaikan langit dan tahi ayam—Irene langit, dan Mino tahi ayam. Irene mana mau disamakan dengan tahi ayam. Ih, jijik katanya.

Irene kan anak baik-baik, sedangkan Mino? Ya, bukannya Irene menghina sih. Tapi dilihat dari pergaulan dan sikapnya saja nenek-nenek naik motor ninja pun tahu.

"Kalau begitu, apa kami akan bahagia?" Irene bertanya lagi. Oh, sudah lelah sebenarnya Irene dengan takdir ini.

Cermin pun menunjukkan dua huruf.

Ya.

Irene tertawa keras. Haha, bahagia darimana?

"Aku dan Mino akan memiliki anak berapa?"

Cermin mulai menjawab. Irene menanti.

5.

Irene tersedak debu. Yang benar saja. Itu Mino hobi buat anak apa bagaimana? Nanti biaya makannya bagaimana? Irene tidak mau anak-anaknya mati kelaparan. Belum lagi biaya finansial untuk keperluan mereka sekolah. Kepala Irene rasanya berdenyut sakit.

"Joohyun."

Dari luar kamar, sang ibu mengetuk pintu. Dengan cekatan Irene menghampiri, "Ya, Bu?"

"Bisakah kamu membeli makanan di mini market? Hari ini Ibu tidak masak."

"Bisa." Irene menganggukkan kepala. Sang ibu tersenyum lembut, "Ya sudah, sekarang kamu lekas ganti pakaian. Ini uangnya."

.

Speculum Magica [Minrene; Mino/Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang