mama

816 135 11
                                    

"Hyun, nanti kau mampir ke makam nenek ya? Kau sudah lama tidak kesana!",

Minhyun hanya diam. Dia justru sibuk meminum teh hangat buatan ibunya.

"Sudah lewat 3 tahun dan kau masih seperti ini, apa kau tidak kasihan pada nenek?",

Minhyun tidak menjawab. Pikirannya menerawang jauh, menuju 3 tahun lalu, saat dimana neneknya meninggal. Sewaktu masih hidup, dari sekian banyak cucunya, hanya Minhyun yg bisa dibilang sangat dekat dengan almarhum neneknya. Bahkan ketika neneknya sakit, Minhyun yg waktu itu masih kelas 2 SMP yg bekerja keras merawat neneknya disaat para paman dan bibinya lebih memilih untuk bekerja dan ketika neneknya meninggal, semua datang seakan tidak pernah terjadi. Menangis merasa seakan mereka tidak pernah melakukan kesalahan dan telah melakukan segalanya untuk ibu mereka yg sakit. Semenjak hari itu, hubungan Minhyun dengan para paman dan bibinya merenggang bahkan Minhyun tidak lagi menyapa mereka. Marah? Tidak! Dia hanya kecewa.

"Minhyun...",

"Iya bu! Aku akan kesana!",






















Cuaca sore hari itu sangat bersahabat. Angin bertiup tidak terlalu kencang namun tetap memberi kesejukan. Minhyun berjalan sendirian, memasuki sebuah komplek pemakaman. Dia mengeratkan pegangan tasnya. Hatinya masih terasa perih setiap kali memasuki tempat ini. Masih terbayang jelas bagaimana wajah sang nenek beberapa jam sebelum meninggal, tersenyum penuh bangga pada cucu kesayangannya itu.

Langkah Minhyun terhenti pada suatu makam yg sangat rapi dan bersih. Bahkan biaya perawatan makam harus ayahnya yg menanggung padahal jelas status ayahnya hanya sebatas menantu! Minhyun meletakkan setangkai bunga disana. Hanya bunga itu yg bisa dia beli sekarang, tapi dia janji suatu hari nanti akan membeli sebucket bunga yg indah untuk neneknya itu.

Setelah cukup lama berdoa dan sedikit berbicara yg Minhyun yakin neneknya tidak akan mendengarnya, Minhyun memutuskan untuk pamit. Minhyun berjalan menjauh dari makam sang nenek hingga akhirnya dia melihat seseorang yg sangat dia kenal. Pernahkah kalian merasa, ketika kalian tidak menengal seseorang, kalian tidak pernah melihat orang itu, tpi begitu mengenalnya, kalian justru bertemu dengannya di tempat-tempat yg bahkan tidak kalian duga? Itu Minhyun yg rasakan sekarang, tapi.... untuk apa dia disini?































"Mama...",

Jaehwan berjongkok sembari memeluk kedua lututnya, menatap sedih sebuah makam di hadapannya. Air matanya sudah kering menangisi mendiang ibunya itu. Ibunya meninggal 2 tahun yg lalu. Tepat 3 hari sebelum dia melaksanakan ujian kelulusan. Ibunya sakit, sudah lama, hanya saja kondisinya benar-benar memburuk tepat 8 bulan sebelum kematiannya. Selama 8 bulan itu, Jaehwan habiskan untuk merawat ibunya, menghabiskan waktu bersama ibunya, menemani ibunya yg harus bolak balik masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan. Jaehwan mulai hancur ketika suatu hari, ibunya mulai tidak ingat apapun. Ibunya bahkan melupakan anaknya itu. Beliau tidak ingat apapun. Suaminya, anaknya, bahkan saudaranya. Mulai bicara hal yg tidak masuk akal. Jaehwan hanya bisa menangis semalaman melihat kondisi ibunya itu. Dokter hanya berkata bahwa itu efek dari penyakitnya dan nantinya akan kembali pulih. Jaehwan sempat senang ketika ibunya mendadak kembali seperti semula. Kembali mengingatnya bahkan sempat memanjakan Jaehwan, menemani Jaehwan belajar hingga malam karena memang ujian kelulusan sebentar lagi, namun Jaehwan tidak menyangka, bahwa itu adalah minggu terakhir dia bisa menikmati waktu bersama ibunya. Sore hari itu, ibunya tidak sadarkan diri. Jaehwan dan ayahnya sudah berusaha membawanya ke rumah sakit, sayang ibunya justru meninggal saat diperjalanan ke rumah sakit. Kesedihan Jaehwan tidak berhenti begitu saja, dari mulut ayahnya sendiri Jaehwan tahu bahwa sebenarnya dokter sudah memvonis bahwa hidup ibunya sudah tidak lama lagi karena penyakitnya sudah menyebar ke organ yg lain. Semenjak hari itu Jaehwan berubah. Jaehwan yg periang mendadak lenyap tergantikan Jaehwan yg dingin dan pendiam. Baik ayahnya, semua saudaranya, bahkan bibi Ahn sudah berusaha untuk membuatnya kembali tapi nihil. Senyum Jaehwan seakan sudah hilang tak bersisa. Tak ada lagi tawa, hanya ada tangis. Rumah yg awalnya sangat ramai mendadak menjadi hening.

trust me! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang