Kekecewaan (Seperti ranting kering yang patah)

59 39 22
                                    


             Sore ini aku ke sekolah seperti biasa. Sekolahku selalu mengadakan ekstrakurikuler olahraga pada setiap senin sore. Bersemangat, itulah yang terlihat di wajah kami. Hampir semua siswa berangkat ke sekolah untuk mengikuti kegiatan ini. Semua diwajibkan memilih satu dari cabang olahraga yang ada yaitu voli, takraw, atletik dan badminton. Setiap siswa memiliki keahlian masing-masing, walaupun banyak yang tidak ahli, tetapi dengan modal semangat saja cukup membuat sore itu sungguh menyenangkan. Aku sendiri memilih olahraga takraw, Toni badminton dan Alvin memilih voli, sesuai dengan keahlian mereka masing-masing.
Pak Satria juga datang pada sore itu. Ia ditunjuk oleh sekolah untuk melatih cabang badminton. Pak Satria bersedia melatih karena ia sangat menyukai olahraga badminton. Terbukti saat melatih ia sangat lihai memukul bola. Apalagi saat memukul bola, tubuhnya yang jangkung tentunya dengan mudah menciptakan pukulan smash dan siswa yang ia latih tak ada yang mampu menerimanya.

              Sedangkan aku dilatih oleh Pak Klaus. Aku suka sekali dilatih oleh Pak Klaus, karena ia dulu merupakan atlet sepak takraw. Dulu ia mampu membawa timnya sampai ke provinsi. Tidak diragukan lagi timangan bola di kakinya seolah menjadi temannya.
Untuk cabang olahraga yang lain dilatih oleh Pak Jansen. Seorang guru olahraga yang tentunya sangat mahir dalam semua olahraga. Jangankan voli, dalam hal sepak bola antardesa ia selalu saja mencetak gol dengan tendangannya yang luar biasa
Kulihat Pak Jansen sedang serius melatih siswa, ia sangat tegas dan sangat bagus dalam melatih. Tubuhnya yang gagah tanpa lelah melatih secara bergantian, setelah cabang olahraga voli, ia langsung melatih atletik. Suaranya yang tegas meramaikan latihan sore itu. Melatih cara-cara dasar bermain voli, dari cara servis sampai smash.

                 Sore itu Pak Jansen juga akan menyeleksi siswa yang akan ditunjuk untuk mengikuti O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional), kejuaraan ini merupakan seleksi beberapa cabang olahraga sampai skala nasional, tentu saja sekolahku langsung mempersiapkannya. Berharap tahun ini sekolahku memboyong beberapa juara.

            Matahari sore itu masih sangat membakar kepala. Keringat tampak bercucuran dari kening kami. Terlihat Pak Klaus dan Pak Satria juga terlihat lelah membimbing tampak sekali terlihat dari kaos mereka yang basah oleh keringat. Hingga sampai pada saat pengumuman siapa-siapa yang berhak mewakili sekolah. Jantungku berdebar, karena untuk cabang voli putra dan putri telah dipilih, ada 5 anak dari kelas delapan dan sisanya kelas tujuh dan disitu tidak ada nama Alvin disebut. Aku masih terus berharap. Jantung berdetak keras berharap dapat mewakili sekolah karena, dari takraw segera diumumkan. Untuk putri takraw yaitu Seny, Mita, Fani dan Vinda. Nama-nama yang mengikuti takraw putra pun adalah Kristo, Deri, Nando dan yang terakhir adalah Rinto. Aku sempat mengambil nafas berat, aku tidak terpilih. Aku harus terima, karena pasti yang telah ditunjuk pasti lebih bagus dariku. Untuk atletik pun sudah dipilih, hanya tinggal badminton. Aku berharap Toni dapat ditunjuk karena aku tahu karena ia pernah mewakili SD dulu.


               Saat yang ditunggu pun tiba, benar saja, Pak Satria memilih Toni untuk badminton putra dan putri dipilih Yavin dari kelas delapan. Pak Satria berkata bahwa, ia teringat dengan pemain badminton kidal dari China: Lin Dan. Tomi memang anak kidal dan pukulannya sangat mematikan. Aku bangga sekali, tetapi kulihat tidak ada wajah bahagia yang tercetak di wajah Toni, karena aku tahu ia punya pengalaman buruk dengan badminton. Sore pun berakhir dan kami semua pulang ke rumah. Tak apa aku tak terpilih, aku bisa berolahraga dengan banyak teman seperti sore itu, cukup membuatku bahagia.

****

             Dua bulan lagi pertandingan itu akan digelar, persiapan demi persiapan dilakukan. Latihan intensif harus dilakukan sampai tiga kali seminggu. Alhasil ada beberapa anak yang mulai malas datang berlatih, banyak yang beralasan karena capek. Seperti Toni, dulu ia rajin berangkat bersama Pak Bagas, saat berlatih. Tetapi, akhir-akhir ini ia malas berangkat, terlebih lagi ia mendapatkan sahabat baru yaitu Rovan. Rovan merupakan anak baru di sekolah kami, ia anak orang kaya dan ia pun sering mengajak Toni ke rumahnya untuk bermain game di handphone. Selain sering bolos berlatih olahraga, prestasinya juga agak menurun. Sering nilai yang ia dapat malah lebih rendah dari nilaiku.

The Twin's DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang