Aku duduk dikursi roda dan sedang melihat keluar jendela. Menatap langit senja yang sangat indah. Ketika aku telah kembali sadarkan diri dari kejadian overdosis beberapa waktu lalu, kata kutukan selalu terngiang dikepala ku seakan aku telah terhipnotis dengan kata itu.
"Dika?! Kau melamun. Lagi." Mina sedikit berteriak memanggil namaku yang membuatku terkejut dan menyadari bahwa aku sedang berada dirumah sakit bukan di alam mimpi.
"Mina aku baik-baik saja. Tidak perlu berteriak seperti itu. Kau ingin setelah ini aku mengalami serangan jantung?" ucapku sambil tersenyum.
Mina mengambil sebuah kursi dan duduk berdekatan denganku kemudian memelukku, "Kau sudah tidak sadarkan diri selama beberapa hari bagaimana bisa aku tidak histeris berteriak seperti itu ketika kau terlalu banyak melamun dan bagaimana bisa kamu masih tersenyum seperti itu kepadaku? Kau benar-benar kejam Dika aku begitu membenci dirimu dan kebodohanmu." Mina menangis dipundakku, aku pun mencoba menenangkannya dan berkata "Aku minta maaf Mina. Aku selalu membuatmu khawatir. Aku tidak akan melakukannya lagi." Mina pun melepas pelukannya dan tersenyum kepadaku.
"Kata-katamu terdengar seperti sebuah janji ditelingaku."
"Iya aku berjanji."
"Jika kau melakukannya lagi, bagaimana aku menghukummu?" dia menyipitkan matanya dan menatapku tajam.
Aku memasang wajah serius dan berpura-pura berpikir "Hmm bagaimana dengan menjadikanku pacarmu?"
"Ya! Aaa mwoya." Dia menutup mukanya dan tiba-tiba saja memukulku. "Tunggu. Kau mengatakan menjadi pacarku adalah hukuman? Kau tega mengatakannya. Benar-benar."
"Iya itu menjadi hukuman yang indah. Karena aku hanya akan terus bersamamu." Aku tidak menyangka dapat mengatakan hal itu dengan mulutku. Jantungku kini berdetak semakin kencang.
"Aw. Aku benar-benar merinding sekarang. Tidak ku sangka kau dapat mengatakan hal seperti itu."
"Aahh jangan begitu, kau benar-benar meremehkanku. Bukannya kau yang mengajariku? Aku adalah orang yang cepat mempelajari sesuatu."
"Termasuk belajar berkencan?" Mina mendekatkan wajahnya dan tersenyum seperti meledekku.
Aku menjauhkan wajahnya dengan tanganku. "Ah sudahlah lupakan. Sepertinya tidak aka nada scene romantis untuk kita."
"Cium aku." Perkataan Mina sontak membuatku terkejut. Aku membulatkan mataku dan menatap Mina. "Kenapa kau melihatku begitu! Aku bilang ci..".
Aku buru-buru menutup mulutnya agar tidak melanjutkan kata-kata itu. "Ya! Kau tidak seharusnya berkata seperti itu. Tidak baik jika wanita mengatakan hal-hal seperti itu."
Aku masih menutup mulut Mina. Tanganku mulai basah, sepertinya Mina mencoba mengatakan sesuatu dan membuat ludahnya membasahi telapak tanganku. Aku melepaskan tanganku dari mulutnya. "Ya! Kenapa kau jorok sekali."
Mina mencoba mengatur nafasnya. "YAAA!!!! Aku hampir kehabisan nafas! Siapa suruh kau menutup mulut bahkan hidungku. Tidak ada pilihan lain selain meludahi telapak tanganmu itu! Aku hampir mati! Jika kau tidak mau tinggal bilang saja tidak usah menut----"
Chuu~~
Aku melakukannya secepat kilat. Aku benar-benar malu dan wajahku terasa panas. Aku merasa gerah dan mengipaskan tanganku ke muka. Mina hanya diam, aku tidak sanggup melihat kearahnya saat ini aku benar-benar gugup. Untuk mencairkan suasana aku pun berkata "Siapa yang bilang tidak mau. Aku hanya mengatakan wanita tidak seharusnya berkata hal seperti itu duluan."
"Ya!? Kesini sekarang." Nafas Mina tersengal-sengal seperti orang yang sedang menahan marah.
Aku pun memberanikan diri menghadap kearahnya. "Hm? Kau ma..." Mina langsung menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Ia menciumku. Lagi. Aku tidak tau harus apa dan tetap diam mencoba menikmati ciuman pertamaku ini. Ketika aku ingin memejamkan mataku. Mina melepaskan ciumannya dan berkata "Ya benar seperti itu seharusnya."
YOU ARE READING
DOPPELGANGER - Complete chap
FantasyKu lihat disekeliling ruangan itu, aku tidak menemukannya. Kemana dia? Aku yakin dia yang melakukan ini.-Mina. Begitu bodoh seseorang dari masa depan mempercayai teori reinkarnasi seperti itu. Mungkin hanya teknologi yang semakin canggih dimasa depa...