Namaku Dika Mahara seorang mahasiswa Universitas terkemuka di Jakarta jurusan Hukum yang sekarang sedang menempuh semester 5. Kehidupan ku sejak awal memang tidak beruntung. Aku hidup sendirian sejak kedua orangtua ku memutuskan untuk berpisah, ayah ku kabur ke luar negeri meninggalkan aku dan ibuku tanpa alasan. Setelah itu, ibuku memutuskan untuk bunuh diri tepat dihadapanku dengan memotong pergelangan tangannya. Aku yang saat itu masih berumur 9 tahun tidak tau harus berbuat apa dan hanya bisa menangis sesegukan disudut ruangan. Kedua orangtua ku memiliki harta yang berlimpah sehingga aku tidak harus bergantung pada orang lain dan hidup berkecukupan serta dapat menyelesaikan sekolahku tanpa mereka. Tetapi hal mengerikan terjadi 5 tahun kemudian, seorang wanita beserta 3 orang anaknya datang menghampiriku ketika aku sedang membersihkan halaman seperti biasa dan mengatakan bahwa ia adalah istri ayahku yang selama ini tinggal di Jepang.
"Permisi, benarkah ini kediamannya Dika Mahara anak dari Bapak Darian Mahara?"tanya seorang wanita paruh baya dengan 3 orang anaknya yang membawa 2 koper besar.
"Iya saya sendiri Dika Mahara, Ibu ini siapa ya? Kok bisa kenal dengan Ayah saya?"tanya ku heran dan menghentikan aktivitasku.
"Syukurlah aku tidak salah. Aku ingin menyampaikan bahwa ayah mu Darian Mahara telah meninggal dunia akibat serangan jantung" jelasnya datar.
Aku sedikit terkejut sebenarnya dengan berita itu tetapi mencoba bersikap acuh lalu memperhatikan wanita tersebut dengan seksama dan sedikit penasaran bagaimana bisa ia mengenal pria tua itu baiklah jujur saja aku cukup malas mengakuinya sebagai ayahku "Maaf sebelumnya saya tidak begitu tertarik dengan cerita beliau, jika memang begitu keadaannya saya turut berduka cita. Tetapi kalau boleh tau Ibu ini siapa?".
"Aku adalah istri dari Darian Mahara dari Jepang dan 3 anak yang ku bawa ini adalah anaknya. Aku tidak akan memintamu untuk mengakui mereka sebagai adik tirimu terlebih aku juga tidak ingin kau bergantung padaku dan menganggap aku sebagai Ibu mu." sambungnya dengan sedikit angkuh.
Aku hanya terdiam tidak bisa berkata apapun. Bagiku wanita ini sudah gila, mengapa ia bisa berpikir aku akan menganggapnya sebagai Ibuku dan mengapa aku harus mempunyai pikiran untuk menjadikan anak-anak yang dihadapanku ini sebagai adikku. Aku benar-benar merasa geli.
"Karena kau diam ku rasa sekarang kau sudah mengerti apa yang akan aku katakana,bukan? Aku ingin menjalankan wasiat Darian. Ia ingin aku dan anak-anak ku untuk tinggal dirumah ini dan mengambil alih semua kekayaan yang Darian tinggalkan ketika ia pergi ke Jepang." lanjutnya semakin angkuh.
"Maksudnya apa? Aku masih tidak mengerti."tanyaku sambil mengernyitkan dahi.
Wanita itupun mengeluarkan secarik kertas yang mana merupakan wasiat dari ayahku. Aku benar-benar tidak habis pikir akan isi dari wasiat tersebut. Lelaki itu ingin aku meninggalkan rumah dan tidak tinggal dengan anak dan istrinya. Batin ku remuk dan aku merasa seperti dikhianati oleh dunia. Mengapa tidak ada hal baik yang terjadi bahkan kedua orangtua ku dimasa sekaratnya pun tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanku. Tidak pernah sama sekali menjaga perasaanku. Aku kecewa dan sangat mengasihani diriku sendiri.
"Baiklah, isi dari surat ini sudah sangat jelas bagiku. Ku harap kita tidak pernah bertemu lagi dan aku akan meninggalkan rumah ini sekarang juga." kata ku dengan mencoba tegar.
Wanita dan ketiga anaknya itupun masuk ke rumah, mereka sibuk memilih ruangan yang akan ditempati dan berencana untuk mendekorasi ulang setiap ruangan. Aku bergegas membereskan barang-barangku. Ketika itu aku melihat foto keluarga ku yang tampak bahagia, aku tidak menyangka dulu kami pernah bahagia dan seketika itu aku merasakan perih dimataku, pipiku basah. Tidak dapat lagi ku tahan kesedihanku. Aku merasa bahwa semua ini tidak adil dan aku masih terlalu muda untuk merasakan penderitaan ini. Usiaku masih 14 tahun, aku ingin sekali dapat hidup normal dan merasakan kebahagiaan sekali saja di waktu yang penuh sesak ini.
Akhirnya, aku pun benar-benar diusir dari rumah ku sendiri. Hal ini memang sudah dapat ku duga sebelumnya dan tidak begitu mengejutkan bagiku tetapi mengetahui fakta bahwa orangtua ku tidak menginginkan aku bahkan ketika mereka berada diujung kematian sekalipun aku tetap tidak diinginkan membuat hatiku sakit. Aku tau bahwa selama ini kehadiranku kedunia ini tidak pernah diharapkan oleh kedua orangtua ku. Aku lahir merupakan suatu kesalahan terbesar bagi mereka.
Seetelah itu, akupun hidup dengan sisa uang dari kekayaan ibu ku dan menyewa sebuah rumah kecil dipinggiran kota Jakarta. Aku memutuskan untuk bekerja setelah pulang sekolah demi tetap menghasilkan uang dan mencukupi kebutuhanku.
Waktu bagiku berjalan sangat lambat dan begitu membosankan. Tidak pernah ada yang berubah dalam hidupku kecuali usiaku yang bertambah. Hingga aku memasuki bangku kuliah dan bertemu dengan wanita Korea bernama Park Mina. Aku yang selama ini tidak pernah memiliki teman dan lebih suka menyendiri begitu tidak terbiasa dengan kehadirannya. Mina begitu biasanya aku memanggilnya, wanita dengan rambut panjang bewarna coklat dan poni yang menutupi dahi membuatnya menarik, terlebih jika diperhatikan lagi ia memiliki mata sipit seperti bulan sabit ketika tersenyum, hidung dan bibir yang kecil dan pipi bulat membuatnya terlihat lucu dimataku dan entah mengapa wanita ini, dia selalu berusaha mendekatiku dan selalu mencari cara untuk bisa dekat dan berteman denganku.
Masa lalu ku yang kelam selalu tidak pernah ingin aku bagikan kepada orang lain dan membuatku selalu ingin menutup diri. Karena bukanlah hal yang patut dibanggakan dimana semua orang berusaha menyingkirkanku dan hanya membuatku kecewa. Hanya dengan Mina perlahan aku berbagi rasa sakit itu, berbagi cerita kelam seputar masa lalu yang aku alami. Sedikit ada kekhawatiran bahwa Mina akan meninggalkanku sendirian dan mengecewakanku sama seperti yang lainnya.
YOU ARE READING
DOPPELGANGER - Complete chap
FantasíaKu lihat disekeliling ruangan itu, aku tidak menemukannya. Kemana dia? Aku yakin dia yang melakukan ini.-Mina. Begitu bodoh seseorang dari masa depan mempercayai teori reinkarnasi seperti itu. Mungkin hanya teknologi yang semakin canggih dimasa depa...