Masa lalu yang kelam dengan kenangan yang begitu mengerikan membuatku selalu bermimpi buruk. Aku selalu bermimpi buruk hampir setiap malam dan selalu terbangun tepat pada pukul 3 pagi setiap harinya. Aku tidak tau apakah ini suatu kebetulan atau tidak. Hal itu selalu terjadi berulang dengan mimpi yang sama. Aku selalu melihat darah bercucuran dimana-mana dan ku lihat tanganku memegangi sebilah pisau dengan penuh darah. Sering aku berpikir bahwa itu adalah darahku dan mungkin aku mencoba untuk menyakiti diriku sendiri. Mengenai mimpi buruk ini aku tidak pernah bercerita kepada Mina karena menurutku bukanlah hal yang ganjil disamping itu aku sudah terbiasa mengalaminya.
Keesokan harinya di kampus, Mina menatapku dengan tatapan tidak biasa.
"Dika, apakah tidur mu nyenyak semalam?"
"Aku? Iya aku tidur dengan nyenyak semalam saking nyenyaknya aku tidak dapat membuka mataku.hehe"goda ku dengan berpura-pura bahwa semua baik-baik saja dan berpura-pura bahwa aku tidak mengalami mimpi buruk yang tidak ku mengerti apa makna itu semua.
"Aku serius nih. Kamu keliatan kurang istirahat. Mata mu bengkak dan hitam, lihat aja tuh kayak panda lagi ngampus" nadanya sedikit sebal.
Aku selalu mencoba menjawab dengan senyuman setiap kali Mina menanyakan hal itu dan ingin menyembunyikan hal tesebut dari Mina. Aku tidak ingin Mina mengkhawatirkan ku. Cukup aku berbagi masa lalu ku dengannya tidak dengan mimpi buruk ini.
Setelah kelas selesai ingin rasanya aku mengajak Mina pergi dengan ku baik itu makan bersama atau hanya sekedar duduk meminum kopi. Aku hanya ingin dekat dengan Mina. Aku merasa nyaman dengannya.
"Mina, hari ini apakah kau ada acara?"hanya mengucapkan kalimat itu sukses membuat jantungku berdetak tak karuan. Aku memegangi dadaku sebentar dan kembali menatap Mina yang berjalan didepanku.
Dia berbalik menghadapku "Kenapa tanya? Seakan kau ingin mengajakku pergi."
"Ya, aku memang akan mengajakmu pergi."aku menggaruk tengkukku yang tiba-tiba saja gatal.
"A-apa kau bilang barusan? Kau ingin mengajakku jalan? I-ini beneran Dika yang ku kenal?"
"Memangnya kenapa jika aku ingin mengajakmu keluar? Apakah kau keberatan?"
"Ahh. Tidak. Tidak. Ini sebuah momen langka kau mengajakku duluan biasanya akulah yang mengajakmu untuk pergi denganku. Kita akan pergi kemana?" Mina tersenyum dan itu membuatku gugup hingga terdiam beberapa saat ketika melihatnya.
"O-oh. Terserah, jika ada tempat yang ingin kau datangi itu akan lebih bagus."
"Euu. Kau bahkan mengajakku berkencan tanpa rencana. Kau benar-benar."Mina memanyunkan bibirnya dan menyilangkan kedua tangannya didada.
"Ini bukan tidak ku rencanakan. Hanya saja aku benar-benar tidak tau apa yang kau suka dan aku tidak pandai dalam hal seperti ini. Mian." Aku tertunduk sambil mengusap tengkukku.
Mina tiba-tiba saja menggandeng tanganku. "Aku hanya bercanda haha. Kau yang sudah mau memulai mengajak duluan sudah sangat cukup untukku. Setidaknya perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan sekarang."
"Mina mengapa kau mengatakan itu. Aku malu." Aku menutupi wajahku yang ku yakini mulai memerah saat ini.
"Hahaha. Jangan ditutupi. Ayo kita pergi sekarang sebelum hujan turun. Aku ingin pergi ke restaurant korea di ujung jalan, mereka baru buka seminggu yang lalu. Teman-temanku bilang masakannya sangat enak." Belum sempat merespon Mina menarik tanganku tiba-tiba. Akupun melihat langit yang memang mulai gelap menandakan bahwa hujan akan segera turun.
Kami berjalan ke parkiran hendak menuju mobilku, ketika sampai didepan gedung dan benar saja hujan sudah turun. Mina mendengus sebal melihat hal itu.
YOU ARE READING
DOPPELGANGER - Complete chap
FantasiKu lihat disekeliling ruangan itu, aku tidak menemukannya. Kemana dia? Aku yakin dia yang melakukan ini.-Mina. Begitu bodoh seseorang dari masa depan mempercayai teori reinkarnasi seperti itu. Mungkin hanya teknologi yang semakin canggih dimasa depa...