Setelah pertemuan dengan nenek dan ibu Mina waktu itu, badanku menjadi lemas, pikiranku begitu kacau. Aku mengalami demam dan sudah 2 hari ini aku tidak masuk kuliah. Aku begitu paham akan situasi ku sekarang ini, seharusnya tubuh ini tidak lemah begini sehingga aku bisa cepat menemukan 'kembaranku'.
"Aku tidak bisa menceritakan hal ini pada Mina. Aku tidak ingin dia terlibat dan mengalami hal yang sama lagi. Cukup dia mengalami kejadian pahit itu saat masih kecil. Trauma nya pasti belum hilang walaupun sebagian ingatannya yang hilang."
Aku bangkit dari kasur dan bergegas mandi untuk mencari sendiri sosok tersebut. Setelah itu, aku duduk dimeja makan dengan roti isi yang aku buat barusan dan menyeruput segelas susu hingga tiba-tiba Hp ku berdering tepat disebelah piring roti ku.
"Hallo bro! whats up?!"
Suara ini tidak asing ditelingaku. Ini pasti Dadang satu-satunya teman sekelas yang akrab denganku belakangan ini. "Hallo,Dang. Kenapa? Ini nomer ganti lagi? Buset udah 5 nih nama lo di Hp gue Dang. Mending sih cewek nah ini laler ijo."
"Yasalam. Itu mulut apa lobang WC sih sanss babe sansss. Iya baru lagi nih, yang lama gausah lo save hapusin aja bro." Dadang. Sejak aku berteman dekat dengan Dadang, aku tidak sekaku dulu, aku kini sudah terbiasa bercanda kasar dengan Dadang sama seperti pria lainnya memperlakukan teman akrabnya.
"Abis nomer aja lo koleksi, unfaedah banget Dang. Ini tumben nelfon ada apaan?"
"Risih gue ditelfonin mantan mulu hahaha. Eh iya hampir gue lupa, itu kemaren gue liat lo di Starbag. Awalnya mau gue sapa sih tapi gue liat lo buru-buru gitu. Lo makin makin aja ya bro nackals nya, kuliah ga masuk tapi nongkrong sempet."ledek Dadang.
Ha? Apa katanya Starbag? Kemarin kan aku sakit dan ga ada keluar rumah sama sekali beli makan juga pakai Ko-food. Apa yang Dadang lihat itu 'kembaranku'seperti Ibu dan Nenek Mina ceritakan soal Kakek Mina-Dika.
"Lo liat hari apa Dang?" tanyaku mencoba tenang.
"Kemaren. Sekarang Jumat, berarti kemaren Kamis. Nah Kamis tuh gue liat lo di Starbag sendirian lagi jalan mau keluar gitu keliatan buru-buru sih."
"Dang, lo salah liat kali. Gue dirumah aja kemaren. Gue terakhir ke Starbag itu hari Selasa pas kita gaada jadwal kuliah. Trus 2 hari ini gue sakit makanya gamasuk kuliah. Sekarang juga kan gaada jadwal. Lo salah liat orang kali Dang."aku mencoba meyakinkan Dadang karena memang aku tidak kemana pun beberapa hari ini. Sedikit muncul perasaan takut dan gugup.
"Idih si bangke, trus gue liat siapa dah? Masa setan. Itu beneran elu. Lo lewat depan gue pas gue jalan masuk mau duduk nemuin temen, lo nya berdiri dan langsung jalan mau keluar, gue liat lo dengan jelas banget nih gue ga minus. Mau nyapa, lo lagi ga liat lagi liatin Hp sambil jalan trus lo ninggalin pulpen di meja sana. Gue mau nelfon lo waktu itu pas nyampe rumah mau balikin itu pulpen soalnya kayak mahal gitu jadi gue mikir bawa aja kali lo ketinggalan eh malah kelupaan gue ngabarin langsung." Dadang sedikit kesal.
Aku langsung terdiam langsung mengingat perkataan nenek dan ibu Mina seketika. Apakah mungkin yang dimaksud Dadang adalah doppleganger itu? Bagaimana ini sepertinya dia sudah mengetahui tempat tinggal ku. Apa yang harus ku lakukan?
"Hallo!! Nih orang gue ngomong malah diem. Woi!!"teriak Dadang.
"Iya hallo! Rusak udah ni kuping gue lo teriak teriak. Iya gue denger curut. Tadi lo bilang gue ninggalin pulpen? Pulpen apaan Dang?" aku sedikit bingung.
"Lo amnesia apa gimana Dik? Iya pulpennya kayak ada ukiran gitu, gue gatau ini ukiran apa yang jelas ukirannya itu dari emas. Untung gue yang nemuin, kalau enggak diloakin kali nih pulpen lo."jelas Dadang.
Aku semakin yakin bahwa yang Dadang temui bukan aku melainkan si doppleganger. "Dang ketemuan sekarang gih, gue tunggu di Starbag bawain tuh pulpen jangan lupa."
"Lah ngegas, baru ingat kan lo? Huuu dasar emang ni orang. Yaudah gue jalan nih 15 menit sampe."
"Sip Dang. Thank you"
Dadang pun memutuskan panggilan teleponnya. Tanpa pikir panjang, aku langsung pergi menuju Starbag yang tidak jauh dari rumahku. Cukup dengan berjalan kaki sekitar 10 menit aku sudah sampai di Starbag. Aku langsung memasuki Starbag dan menghampiri Dadang yang sudah duduk sambil memegang Hp nya.
"Nah ini panjang umur. Baru mau dihubungin bilangin udah sampe, eh nongol." Dadang
Aku menarik kursi "Lo bilang 15 menit kirain gue yang bakalan nunggu eh elo yang nyampe duluan."
"Hahaha iya gue dideket sini banget. Ga nyampe 15 menit ternyata."Dadang tertawa garing.
"Oh iya nih pulpen lo. Lo beli dimana sih? Bagus banget, udah kayak Menejer ngurusin kontrak."
"Menejer yeee iyein dah. Makasih nih, gue balik langsung. Tiati lo pulang." Aku langsung beranjak dari kursiku.
"Woi main balik aja lo. Ga nongkrong dulu nih?!"
Aku yang sudah berjalan memunggungi Dadang hanya melambaikan tanganku.
Setiba nya dirumah
Aku memandangi pulpen itu yang terletak dimeja belajarku seharian ini.
"Ga ada yang salah dari ini pulpen. Keliatan sama kayak pulpen biasa. Gimana caranya bisa nemuin 'dia' kalau Cuma dari pulpen?!"gerutuku kesal.
Kemudian aku mengutak atik pulpen tersebut membalik-balikkannya beberapa kali hinga jari telunjukku tidak sengaja menyentuh sebuah tombol kecil yang sedari tadi tidak kelihatan dengan mataku. Muncul lah cahaya yang membentuk layar. Aku terkejut karena layar itu menampilkan kolom yang mirip mesin pencari seperti doodle. Iseng aku menyentuh layar tersebut. Tidak ku sangka bentuknya saja yang transparan tetapi itu dapat disentuh dengan jariku.
"Apa ini?! Wah keren!"aku menutup mulutku yang tidak berhenti berkata wah karena takjub.
"Baiklah kita lihat apa yang bisa dilakukan si layar ajaib ini. Aku akan mengetik namaku di kolom ini dan kemudian aku akan memasukkan tahun..hmm tahun berapa ya kan gatau dia dari tahun berapa. Oh coba 2028 deh"
Kemudian keluarlah beberapa lokasi seperti rekam jejak dimana si 'kembaranku' berada. Rupanya benda ini bukan pulpen biasa, ini juga merangkap sebagai GPS. Wah keren-Dika.
"I got you! Rumah sakit Bunda rupanya, rumah sakit ini sudah lama tutup. Ahh..benar nenek mengatakan bahwa biasanya mereka mencari tempat tinggal di gedung yang tidak terpakai. Sepertinya rumah sakit menjadi tempat favorit mereka."gumamku sambil menyilangkan kedua tanganku didada.
"Baiklah tidak salah lagi dia pasti berada disana. Aku harus bergesa kesana. Ku harap semua berjalan lancar. Aku akan memberikannya pengertian."
Saat dirumah sakit
"Wah ini benar-benar sudah lama ditinggal begitu saja. Bagaimana bisa 'dia' hidup disini. Benarkah orang ini dari masa depan? Kenapa gelagatnya seperti siluman?" saat aku sedang asik merutuk, langkah kakiku berhenti tepat didepan sebuah pintu. Aku tidak dapat bergerak kemanapun dan mematung untuk beberapa saat. Aku menyadarkan pikiranku dan langsung bersembunyi dibalik tembok.
"Shit! Itu dia!?" aku mencoba mengintip dari balik tembok.
"Benar-benar mirip. Aku rasa dia tidak menyadari keberadaanku. Ahh..main VR rupanya. Baiklah aku harus menemuinya sekarang."kata ku pelan saking pelannya seperti orang yang bergumam dan perlahan aku memberanikan diri berjalan mendekati pria itu.
YOU ARE READING
DOPPELGANGER - Complete chap
FantasyKu lihat disekeliling ruangan itu, aku tidak menemukannya. Kemana dia? Aku yakin dia yang melakukan ini.-Mina. Begitu bodoh seseorang dari masa depan mempercayai teori reinkarnasi seperti itu. Mungkin hanya teknologi yang semakin canggih dimasa depa...