Part 8 : Menghilang

11 2 0
                                    

(Mina POV)

Malam hampir datang, aku membaringkan tubuhku diatas hammock yang berada dibalkon kamarku. Ku tatapi langit senja dan pikiran ku menerawang jauh memikirkan lelaki itu. Ya benar, siapa lagi kalau bukan dia. Dia yang membuatku nyaman dan membuatku terjatuh semakin dalam oleh pesonanya dan kesederhanaannya. Gelak tawanya dan bercanda bersamanya membuatku rindu. Ahh..aku benar-benar merindukannya. Sudah hampir seminggu aku tidak bertemu Dika. Terakhir aku melihatnya ketika aku mengundang Dika untuk makan malam dirumahku. Aku juga belum sempat memberikannya jawaban atas perasaannya padaku. Sebenarnya aku tidak perlu bersikap kekanakan seperti waktu itu. Aku hanya perlu menjawab 'ya aku mau' tetapi gengsi ku benar-benar mengalahkanku.

Aku sudah mencarinya dikampus dan Dika tidak datang. Aku bahkan tidak dapat menemui teman dekat Dika yang bernama Dadang. Dadang seperti kupu-kupu, ya setelah selesai kelas Dadang lah yang paling duluan keluar bahkan sebelum dosen meninggalkan ruangan dia sudah beranjak meninggalkan kelas. Aku tidak pernah memiliki jadwal yang sama dengan Dadang. Aku bahkan menunggu Dika diluar rumahnya seharian setelah selesai kelas tetapi Dika tidak terlihat. Setelah itu aku berpikir mungkin Dika butuh waktu untuk menyendiri walaupun ini seperti tidak biasanya. Aku sangat cemas dan berpikiran yang tidak-tidak. Bagaimana jika Dika kini berusaha menjauhi ku karena perlakuan nenek dan ibuku waktu itu.

"Ahhh bagaimana ini? Apa yang sebenarnya terjadi dengan Dika? Dia sama sekali tidak menjawab panggilan telfon ku bahkan pesanku juga tidak dibalas ataupun dibaca."aku mengusap kasar wajahku.

"Tidak bisa begini, aku harus mencoba menemuinya lagi."aku bergegas menuju rumah Dika lagi. Ya LAGI! Mungkin ini sudah ketujuh kalinya aku kesana.

Dirumah Dika

"Dika! Buka pintunya! Aku sudah tidak tahan diperlakukan seperti ini. Dika!!! Kau tidak seharusnya memperlakukan aku seperti ini. Jika memang ada masalah seharusnya kau membicarakannya bukan menghindari dan mengabaikanku seperti ini! Aku tidak bisa diperlakukan begini. Lebih baik kau memaki ku. Ya itu lebih baik! DIKA BUKA PINTUNYA!!!!"aku menggedor-gedor pintu Dika dan berteriak dengan sangat keras. Mataku terasa perih dan tidak dapat ku tahan lagi. Aku menangis disana didepan pintu itu. Penampilanku sudah sangat kacau bahkan mascara yang aku gunakan sudah luntur mebuatku terlihat menyedihkan.

Hingga seorang pria datang menghampiriku "Permisi. Anak ini siapa? Mencari nak Dika ya?"

Aku mengusap pelupuk mataku yang kini terasa membengkak "Saya Mina teman kuliah Dika. Dika tidak bisa saya hubungi, saya sangat mencemaskannya."

"Ya, bapak melihat nak Mina sudah bulak-balik kesini. Makanya bapak menghampiri. Bapak tinggal didepan sana. Dika sepertinya memang tidak ada dirumah karena Bapak tidak melihat Dika setelah kemarin itu."

" Kemarin? Jika saya boleh tau kapan bapak terakhir melihat Dika?"

"Ya kemarin saya terakhir melihatnya, ia terlihat terburu-buru dengan menggenggam pulpen ditangannya. Saya berpapasan dengan Dika, dia menyapa saya seperti biasa walaupun terlihat terburu-buru."

"Pulpen?Memangnya Dika akan pergi kekampus pak?"aku heran.

"Bapak rasa dia tidak kekampus karena waktu itu dia pernah mengatakan jika hari Jumat dia tidak memiliki kelas dan weekend nya begitu panjang sehingga dia bosan. Dia bahkan membantu Bapak berkebun setiap Jumat. Dulu dia sangat anti sosial tetapi beberapa bulan ini Dika sangat ramah dan berbaur dengan tetangga sekitar."bapak ini terlihat seperti seorang ayah yang bangga pada anaknya.

"Baiklah pak. Saya juga merasa bahwa Dika sedang tidak berada dirumah. Hmm..jika bapak tidak keberatan bolehkah saya meminta nomer bapak yang bisa saya hubungi? Saya begitu cemas pada Dika."

DOPPELGANGER - Complete chapWhere stories live. Discover now