8

201 28 4
                                    

Huaaa....masih gak percaya Zuumin mau grad. Meski bukan oshi, tapi tetep aja sedih. Padahal yg diperkirakan grad duluan Rika (*ditabok fans Rika) karena yg paling tua, eh dewasa maksudnya. Mana atuh, yg janjinya barengan sampai Rika umur 30....
Next single kayaknya Zuumin center (insya'allah), kalo nggak keburu grad duluan.. secara mimpinya di Keyaki kan itu..
*Apa cuma saya yg nggak sreg liat rambut pendek Dani & rambut pirang Suzumon?

**********

Yuuka berjalan setengah terburu-buru. Berulang kali ia menghembuskan napas seolah lega karena sesuatu. Sesekali ia menoleh ke belakang.

"Apa yang kau sembunyikan, Yuuka?"

Saking kagetnya ia terlunjak mendengar teguran itu. Di balik belokkan koridor Akane berdiri menyandar sambil bersedekap. Tatapannya seolah menyelidik ke arah Yuuka.

"A.. apa maksudmu?" Yuuka gelagapan.

"Dari mana kau tahu sandi ruang senjata itu?" Tanya Akane tajam.

Segera Yuuka menguasai diri kembali, "kau bicara apa, sih? Sudah jelas, kan aku hanya menemukan kertas berisi petunjuknya saja. Kau lihat sendiri, kan waktu itu?"

"Jangan bohong.. aku tahu kertas itu tidak ada di sana tadinya. Kertas itu sudah ada di tanganmu sejak awal, kan?"

"Mungkin matamu yang kurang teliti. Lagipula tempat itu memang cukup gelap," ucap Yuuka.

Akanen mengerutkan keningnya. "Justru itu yang membuatku heran. Aku tahu apa yang kulihat. Bagaimana bisa ditempat segelap itu kau bisa melihat secarik kertas kecil? Bahkan kau tidak terlihat seperti mencarinya, seolah kau tahu benda itu ada di sana" Yuuka terdiam.

"Itu...i..itu... hanya kebetulan," jawab Yuuka kurang meyakinkan.

"Sou ka? Jadi... tulisan ini juga hanya kebetulan mirip dengan tulisanmu, begitu..?" Akane maju memperlihatkan kertas berisi petunjuk sandi yang mereka pakai untuk membuka pintu ruang senjata cadangan. "Aku tahu betul bentuk tulisanmu, Yuuka-sama. Aku bisa mengenalinya di mana saja."

Yuuka kini mengerutkan keningnya. "Maksudmu apa, sih? Bisa saja ada agen lain yang tulisannya sama denganku, kan Akanen?"

"Jujurlah... siapa kau sebenarnya?"

"Kau sempat dibius pingsan. Sepertinya efek dari obat bius itu sedikit mengganggu sarafmu. Jadi, mungkin sekarang pikiranmu agak bingung," ucap Yuuka lembut.

"Tapi aku tidak ikut pingsan, dan aku punya pertanyaan yang sama dengan Akane."

Yuuka terkejut. Ia menoleh ke asal suara dan mendapati Techi yang kini berada di belakangnya. Tatapan matanya bahkan lebih tajam daripada Akane. Yuuka semakin gelisah, sekuat mungkin ia berusaha bersikap biasa.

"Yurina..?" Tanyanya dengan nada terkejut.

Techi hanya mendengus. "Jangan basa-basi lagi. Siapa kau sebenarnya?"

"Apa-apaan kalian ini? Aku sama seperti kalian, murid agen pelatihan sekolah mata-mata Sakamichi, dan ketua kelompok kalian. Apa lagi?" Nada bicaranya kini seolah tersinggung.

"Hanya itu... kau yakin mengatakan yang sebenarnya?" Techi bertanya, lebih tepatnya menyindir. Ia berusaha melihat tanda-tanda kebohongan apapun dari sikap ketuanya itu. Akane sendiri tidak berkata apa-apa lagi karena merasa rak enak setelah mendengar nada bicara Yuuka.

"Apa maumu?" Tantang Yuuka. Nadanya masih tinggi.

Mendengar itu Techi terpancing. Ia meninggikan suaranya juga, "Seorang murid pelatihan tahun pertama mengetahui sandi ruang rahasia dengan tingkat keamanan menengah keatas? Bukankah itu patut dicurigai.. 'Ketua'?" Tekannya pada kata terakhir.

THE SAKAMICHI'S SPIONASE SCHOOL (SSS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang