11. Sihir(2)

13 1 0
                                    

Saat aku bangun lagi aku mandi lalu memakai seragam. Wig milikku tak akan lepas sampai aku bilang lepas. Mudah bukan?. Aku memasak dan aku menaruh makanan itu di mangkuk. Aku membuat ramen. Aku meletakkan makanan di meja makan. Mereka bertiga keluar dari kamar dan makan bersamaku. Kami juga sudah membawa tas untuk  siap siap masuk asrama.Setelah selesai, kami keluar, aku mengunci pintu. Kami mengendarai sepeda masing masing dan sampai. Saat sampai, kami menaruh sepeda kami di parkiran. Kami pergi ke kelas masing masing. Saat aku sampai kelas, banyak orang yang menatapku. Ada yang kasian, senyum, menyeringai, menunduk,dan lainnya. Yang menyeringai adalah King dan semua anak anak cewek di kelasku kecuali satu anak, dia menunduk. Saat aku sampai ke tempat dudukku aku melihat banyak sampah dan ada juga banyak kertas kertas bekas berserakan. Aku melihat mereka, semua anak perempuan dan king. Aku pura pura berwajah sedih dan mereka tertawa.

"Sudah kubilang, jika dia di bully pasti dia akan menurut padamu" kata anak perempuan berambut coklat. Dia elemen tanah.

"Hei, berlutut" kata King. Aku berlutut. Kau pikir aku lemah?, Oh tidak! Jangan berfikir begini. Aku punya rencana. King tertawa keras sekali. Dia mengangkat satu kakinya dan diarahkan pada kepalaku. Oke dia serius. Saat kakinya hampir sampai di kepalaku, aku mengeluarkan sihirku. Aku membakar sepatunya dan dengan cepat dia menurunkan kakinya, dia memohon mohon untuk aku menghentikan apinya. Oh, tidak! Aku tak sebaik itu. Aku berdiri. Dan menendang pelan kepalanya.

"Kau pikir aku lemah? Jangan salah" kataku sambil pergi dan api di kakinya kuhilangkan. Aku membakar kertas kertas itu dan aku membersihkan debunya. Aku duduk dengan tenang sedangkan King duduk ke tempat duduknya lagi. Tak lama, pak Michael masuk dan kami memulai pelajaran. Hoshi masuk beberapa menit setelah pak Michael datang. Saat istirahat, murid bubar. Aku dan Ryu mencari Ao dan Anggie. Saat bertemu, kami makan di kantin. Setelah makan, kami pergi ke kelas masing masing. Saat masuk ke kelas, beberapa menit kemudian setelah duduk, kami masuk. Sudah berapa jam dan akhirnya pulang juga. Saat pulang, dibagikan peta, di mana asrama kami. Aku berada di kamar nomor 199. Laki laki genap perempuan ganjil. Aku membuka pintu dengan kunci dan setelah masuk aku mengunci pintu. Setelah menaruh bajuku di lemari besar yang ada aku memilih tempat tidur. Aku mau di dekat jendela. aku duduk di kasur. Empuk. Tiba tiba pintu terbuka. Terlihatlah anak berambut panjang dengan warna rambut putih. Dia anak dewa dan dewi. Dia melihat ke arahku lalu tersenyum senang.

"Kau anak dewa dan dewi ya?" Tanyaku cuek.

"Yap, betul sekali" katanya sambil menaruh bajunya di lemari tadi. Di lemari itu ada 3 tempat untuk menyimpan baju. Satu kamar berisi 3 orang. Di sini tempatnya sangat luas. Tiba tiba pintu kamar terbuka lagi dan aku melihat anak yang menunduk di kelas. Dia menatapku kaget. Lalu membuang muka. Aku pun bingung. Dia menaruh baju bajunya di lemari. Anak perempuan rambut putih itu menghampiri anak yang baru masuk tadi dan merangkulnya.

"Namamu siapa?, Namaku Marcella!" Kata Cella.

"Um, Ni-Nina" kata anak yang menunduk di kelas. Dia memiliki rambut biru terang. Matanya biru tua.

"Hmm, pasti kau anak dewa dan dewi, kan?" Tanya Cella.

"B-bagaimana kau bisa tau?" Tanya Nina.

"Aku punya kekuatan mendeteksi aura, itu termasuk langka loh!" Kata Cella.

"Hebat, kalau aku hanya punya kekuatan penyembuh, air, cinta dan angin" kata Nina. Padahal dia punya kekuatan bagus.

"Bagus kok, itu adalah kekuatan yang keren. Kau hanya perlu mengembangkannya dan kau akan menjadi lebih kuat, itupun kalau kau mau berusaha. Itu terserah kau sendiri" kataku sambil mencoba mengirim pesan pada Ryu. Mau minta dia ambil buku gambarku di laci meja. Nina terdiam. Dia menitikkan air mata. Cella memeluk Nina. Aku mengirim pesan pada Ryu.

Amazing magic KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang