5. punyusupan

17 1 0
                                    

Pagi ini mungkin jam 6 pagi, aku bangun. Kurasa aku bangun kudua setelah Kaito. Aku keluar dari kamar namun Kaito tak ada, jadinya aku mengambil beberapa makanan di lemari pendingin. Seperti roti, selai coklat, susu. Aku mengoleskan selai pada 4 roti dan menaruhnya di piring. Aku menuangkan susu ke gelas.
Aku membawa 2 piring roti keluar dan benar saja, ada Kaito disana. Dia duduk di kursi teras  sambil melamun. Tampaknya dia tak sadar. Aku duduk dan melihat ke depan. Terlihat bahan pohon seperti di hutan namun ini bukan hutan. Aku meletakkan rotinya di meja  namun dia belum sadar juga.

"Hei, kau tidur dengan mata terbuka?" Tanyaku. Dia pun terkejut lalu melihatku. Dia malah mengataiku hantu.

"Uwah, hantu!" Teriaknya yang membuatku kesal.

"Memang hantu bisa meniru wajah seseorang?" Tanyaku kesal.

"Eh, oh. Kau ternyata. Kau membuatku kaget.

"Sekarang masih kaget?" Tanyaku.

"Lumayan" katanya.

"Makan dulu tuh, didalam ada susu dingin, mau?" Tawarku.

"Nanti ku ambil sendiri" katanya sambil memakan roti yang kubawa kan tadi. Aku pun memakan rotiku. Setelah beberapa menit akhirnya aku dan dia selesai makan. Aku membawa piringnya dan piringku ke dalam. Aku meletakkannya di meja. Aku keluar lagi dan melihatnya menatap ke depan.

"Kenapa, berubah pikiran untuk tinggal di sini?, Atau kau tak nyaman di sini?" Tanya ku sambil duduk ke tempatku duduk sebelumnya.

"Tidak. Aku hanya-" ucapnya gantung.

"Hanya?" Tanyaku.

"Aku hanya merasa kesepian" katanya.

"Bermainlah dengan Rei atau Rena jika kesepian" kataku.

"Lalu kau?" Tanyanya.

" Kau bisa biarkan aku sendiri, aku mungkin saja tak butuh hal itu" kataku sambil menunduk.

"Tak bisa, dasar bodoh!" Katanya. Aku mendengar ada sedikit nada kekecewaan dari sana.aku mengangkat kepalaku dan kulihat dia berdiri di hadapanku.

"Kau pikir aku akan meninggalkan keluargaku sendirian?, Tentu tidak!" Katanya. Aku lagi lagi mendengar nada kekecewaan dari suaranya.

"Yah kau tak perlu begitu juga kan?" Kataku sedikit takut. Kau tahu wajahnya seram. Dia mengeluarkan aura membunuh. Seram.

"Ya suadah-"ucapannya terpotong olehku karena aku mendengar suara Rena.

"Tunggu" potongku. Aku masuk ke rumah dan Kau mengikutiku.

"Ah, sakit kak" kata Rena sambil memegang lututnya yang berdarah. Aku segera berlari ke arah kotak P3K lalu mengambil obat dan perban. Sebelumnya aku mengelap luka Rena tisu basah. Aku mengoleskan obat pada luka Rena dan memperban luka Rena. Setelah selesai aku menyimpan kembali kotak P3K itu.

"Memang tadi kau ngapain Rena?" Tanyaku sambil duduk di lantai.

"Tadi aku baru keluar dari kamar namun kakiku terkilir jadi jatuh namun jatuhnya lututnya duluan" kata Rena.

"Sekarang sudah baikan?,atau masih sa-" ucapanku terpotong.

"Sudah kok" kata Rena.

"Coba jalan"kataku. Rena pun berjalan dan kakinya tak sakit lagi.

"Hei Rin, bangunkan Rei dong" kata Kai.

"Kau memang mau ngapain?" Kataku.

"Mencoba diam" kata Kai.

"Terserah" kataku sambil mencoba membangunkan Rei.

"Hei, bangun!, Bangun"kataku sambil mengguncang guncangkan tubuhnya namun dia masih saja tertidur. Karena kesal aku mendorongnya sampai jatuh ke lantai dan akhirnya dia bangun juga.

Amazing magic KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang