8

52 6 2
                                    

Matahari belum keluar dari peraduannya. Walau begitu, langit yang masih diselimuti warna gelap tak mengurungkan niat Wenjun untuk melakukan rencana yang dipikirkan semalam.





Di kamarnya, wenjun terlihat sudah berpenampilan rapi dan akan segera pergi menuju rumah sakit beijing, tempat Zhengting sekarang dirawat. 

Tak ada yang berubah dari keputusan yang diambilnya. Wenjun tetap akan pergi ke rumah sakit seorang diri, tanpa mengajak Zhengting.

Ia pun sudah memikirkan rencana tersebut sedemikian rupa, hingga sengaja memilih pergi menaiki taksi, yang sudah dipesannya sejak beberapa jam lalu. 

Sejak kejadian pertengkarannya dengan Xukun dan masalah ingatan zhengting yang akan menghilang setelah kembali ke tubuhnya nanti, sangat menyita pikiran wenjun sampai pria itu tak bisa tidur nyenyak semalaman.

Langkah pelan Wenjun membawa pria itu keluar dari kamarnya, lalu berjalan keluar rumah untuk menghampiri taksi yang sudah menunggunya tepat di depan rumah. Ia langsung masuk ke dalam taksi saat sang supir sudah membukakan pintu untuknya.

Wenjun mengeluarkan ponselnya dari saku mantel yang dikenakannya. Jari-jemari tangannya dengan cepat menekan sebuah nomor. Ia dekatkan ponselnya ke telinga, masih ada nada sambung yang terdengar.

"Hallo. . ." Suara pria yang dihubunginya berhasil didengar oleh wenjun.

"Kun, ini aku," ucap wenjun dengan nada serius.

"Ada apa kau meneleponku?"

"Aku hanya ingin tahu, ruang tempat zhengting dirawat di rumah sakit Beijing" jawab wenjun kemudian.

"Untuk apa kau menanyakannya?"

Wenjun terdiam sejenak. Nada bicara Xukun terdengar sangat dingin. Sepertinya sahabatnya itu masih marah padanya.

"Aku tidak bisa menjawabnya sekarang," ucap Wenjun "Tapi, tak lama lagi kau akan segera mendapatkan jawabannya."

Hening. Wenjun tidak mendengar suara Xukun sedikit pun. Ia tahu, Xukun tengah berpikir keras untuk menanggapi pertanyannya.

"Ini sangat penting," ujar wenjun memohon.

Walau sangat pelan, Wenjun tetap bisa mendengar helaan nafas panjang dari Xukun.

"Baiklah. Aku akan menuliskannya lewat pesan."

Wenjun menjauhkan ponselnya dari telinga saat Xukun lebih dulu memutus obrolan mereka. Ia pandangi layar ponselnya untuk menunggu pesan yang akan dikirimkan oleh Xukun. Sesekali ia mengamati suasana jalan beijing yang masih tampak sepi.

DRRT! 

Tak berapa lama, sebuah pesan yang ditunggunya pun masuk. Wenjun segera membuka isi pesan tersebut. Kedua matanya terus fokus membaca pesan dari Xukun.

"Tuan, kita mau ke mana?" tanya supir taksi berhasil mengalihkan perhatian wenjun.

Wenjun terdiam sejenak, lalu perlahan mengeluarkan senyum khasnya. "Antarkan aku ke rumah sakit Beijing"

Supir taksi tersebut mengangguk, kemudian segera menambah kecepatan taksi yang dikemudikannya, menuju lokasi permintaan wenjun.

Wenjun kembali sibuk dengan alam pikirannya sendiri. Sebenarnya ia merasa berat untuk melakukan rencana ini. Berpisah dengan Zhengting tanpa bertemu dengannya, tentu sangatlah tidak mudah bagi Wenjun.

"Maafkan aku, Zhengting. . ."

.

.

.

You Are My Beautiful GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang