14

134 12 0
                                    

Tangan Zhengting bertaut dengan tangan wenjun. Ia senderkan kepalanya di bahu Wenjun. Zhengting tak peduli jika harus naik ke atas ranjang.

Asalkan bisa sedekat ini dengan pria yang sangat dicintainya. 

Zhengting  tak dapat menyembunyikan perasaan senangnya. Senyum manis itu terus terukir di wajahnya.

Reaksi berbeda justru terlihat dari wenjun. Raut wajahnya datar, seolah belum menerima sepenuhnya kebahagiaan yang menghampirinya.



Berulang kali ia menghela nafas kasar. Hatinya tak tenang. Tampaknya Wenjun masih terbebani dengan status hubungan Xukun dan zhengting.


Meskipun Zhengting mengatakan ingatannya sudah kembali dan hanya mencintainya, tetap saja mereka tak boleh mengabaikan Xukun.

"Tidak, ini tidak benar. Kau harus tetap bersama xukun" ucap wenjun tiba-tiba.

Mata zhengting melebar, tak percaya dengan kata-kata yang keluar dari pria tersebut. "Apa maksudmu, wenjun?"

"Kau harus tetap bersama Xukun" ulang Wenjun.

"Bagaimana bisa kau menyuruhku tetap bersamanya? Padahal kau tahu jika aku sangat mencintaimu, Wenjun," suara Zhengting bergetar hebat. Matanya berkaca-kaca.

Wenjun memandang Zhengting dalam-dalam. Tangan kirinya membelai lembut rambut panjang Zhengting. Gurat kesedihan makin kentara di wajah wenjun. Terlebih saat zhengting kembali menangis di hadapannya.

"Jika kau mengakhiri hubunganmu dengannya, karena aku. Apa yang akan kau katakan pada ayahmu?"

Satu pertanyaan terakhir dari wenjun sukses membuat Zhengting bungkam. Wanita itu terlihat gelisah. Wenjun benar, bahkan seolah sudah tahu jika Zhengting belum siap mengaku pada ayahnya sendiri.

Tangan wenjun memegang dagu zhengting hingga wanita itu menoleh padanya. Ia mencoba bersikap realistis dan tersenyum, "Tak ada pilihan lain, Zhengting. Kita tidak bisa bersatu. Sebaiknya kau tetap bersama Kun."

Buliran air mata itu kembali mengalir. Zhengting terisak sambil menutup mulutnya. Wenjun tak tega melihat zhengting bersedih.


Ia menarik tubuh zhengting dalam dekapannya. Wenjun ingin memberikan kehangatan pada zhengting—kehangatan yang mungkin untuk terakhir kalinya ia berikan.

"Benarkah—kita tidak bisa bersama?" tanya Zhengting sedih. "Kita bahkan belum memulainya. Kenapa harus mengakhirinya, wenjun ?"

Wenjun mendongakkan kepalanya, berusaha mati-matian menahan air mata yang bersiap turun. Ia menghela nafas pelan sambil mensejajarkan pandangannya dengan zhengting.

"Aku hanya tidak ingin, kebersamaan kita justru melukai perasaan orang lain," lanjut wenjun.

Zhengting memejamkan kedua matanya perlahan sambil menghela nafas. Sepertinya ia paham kenapa ayahnya selalu mengatakan jika xukun sangat beruntung memiliki teman sebaik wenjun. Karena pria itu lebih mementingkan kebahagiaan xukun, dibandingkan kebahagiaannya sendiri.

"Baiklah," Zhengting mulai bangkit dan menatap wajah wenjun. "Jika memang ini keputusanmu, aku hanya bisa mengikutinya. Aku akan tetap bersama Xukun, seperti kemauanmu."

Wenjun bisa merasakan sesak di dadanya saat zhengting mempertegas kalimat terakhir. Secara tidak langsung, zhengting menumpahkan kekecewaannya pada wenjun yang lebih memikirkan perasaan Xukun dibandingkan perasaannya.

Mata wenjun mengikuti  Zhengting yang berjalan keluar meninggalkan kamarnya. Ia terus menatap punggung itu sampai tak terlihat lagi. Perlahan wenjun meneteskan air mata. "Maafkan aku, Zhengting."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are My Beautiful GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang