Wenjun terdiam cukup lama. Ia menunggu. Lebih tepatnya menunggu Zhengting untuk menghentikan tangisannya.
"Sudah jangan menangis lagi . . ." bujuk Wenjun.
Namun wanita itu tak menghiraukan bujukan Wenjun. Ia masih terus menangis. Sampai-sampai Justin turut ikut menenangkannya. Bahkan pemuda itu tak segan mengeluarkan tatapan tajamnya untuk wenjun.
"ge, kau sudah keterlaluan. Ucapanmu tadi terlalu kasar," ucap Justin naik pitam.
Wenjun menghela nafas. Tidak bisa berbuat apa-apa. Kini adik sepupunya sudah berbalik mendukung zhengting daripada kakak sepupunya sendiri.
"Baiklah, baiklah. Aku mengerti," desah wenjun. "Aku bersedia membantumu."
Dalam sekejap tangis Zhnegting terhenti. Ia bangkit dari posisinya dan mendekati wenjun. Kedua matanya berbinar menatap ke arah wenjun.
"Sungguh?" tanya zhengting antusias. "Kau sungguh ingin membantuku?"
Wenjun tetap saja menjaga jarak dari Zhengting. Keraguan itu masih tertanam dalam benaknya. Sesekali ia melirik ke arah Sehun yang terlihat menunggu responnya. Adik sepupunya itu mengangguk, mengisyaratkan pada wenjun untuk mau membantu zhengting.
"Ya..aku mau," jawab Wenjun kemudian.
Zhengting berteriak senang saat mendengar keputusan yang diberikan wenjun. Kontan saja teriakannya itu membuat wenjun kaget dan langsung menutup telinganya.
"Bisakah kau kecilkan volume suaramu?!" amuk wenjun.
Zhengting tak menanggapi perintah wenjun. Ia justru terlihat berjingkrak-jingkrak di dekat Justin untuk meluapkan rasa senangnya.
"Hei, Zhu zhengting!" panggil wenjun kesal.
Namun sepertinya zhnegting memang sengaja mengabaikan panggilan wenjun. Sekarang ia malah tampak asyik bersenda gurau dengan Justin.
"Kau mau aku menarik keputusanku?" ancam Wenjun kemudian. Kesal karena diabaikan oleh Zhengting.
"Tidak, tidak!" balas Zhengting cepat. Kini wanita itu terlihat memasang aegyo di hadapan wenjun. "Tentu saja tidak. Maaf, aku hanya terlalu senang. Selain itu, sejak awal dia sangat sopan dan baik padaku. Berbeda sekali denganmu."
Mendengar Zhengting jauh lebih memuji justin, wenjun langsung menoleh tajam ke arah adik sepupunya. Pemuda itu tampak senang dan menjulurkan lidah ke arahnya.
"Terserah kau lebih memuji dia daripada aku. Jangan lupakan satu hal jika orang yang bisa menolongmu hanya aku," ucap Wenjun seraya tersenyum bangga.
Aegyo Zhengting seketika menghilang. "Iya, aku mengerti. Dasar tidak tahu diri."
"Apa kau bilang?" tanya wenjun dengan nada meninggi saat mendengar gumaman Zhengting.
Zhengting menggeleng cepat. "Ah, tidak. Bukan apa-apa."
Wenjun masih mengawasi gerak-gerik Zhengting. Terlalu asyik berkutat dengan pikirannya saat menilai sosok Zhengting, Wenjun tidak sadar jika ketakutannya pada Zhengting perlahan menghilang.
"Aku ingin kau mengucap janji," celetuk Zhengting tiba-tiba dan sukses membuyarkan lamunan Wenjun.
Dahi Wenjun mengkerut. "Janji? Untuk apa?"
"Pokoknya ucapkan saja," titah Zhengting.
Wenjunmempoutkan bibirnya, sesekali menatap kesal ke arah Zhengting. Tangan kanannya perlahan terangkat ke atas dan segera memejamkan kedua matanya.
"Aku Bi wenjun, bersedia membantu Zhu zhengting untuk kembali ke tubuhnya . . ." ujar wenjun.
Lalu melirik ke arah zhengting. "Seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Beautiful Ghost
Fiksi PenggemarAku sangat membenci hantu. Tidak. Lebih tepatnya aku takut dengan hantu.