Darren menatap lurus ke arah Yanjun yang kini terbaring tak sadarkan diri. Jianya yang berdiri di sebelahnya, tampak fokus memeriksa kondisi Yanjun.
"Senior.. apa Yanjun baik-baik saja?" tanya Darren cemas.
Jianya mengangguk. "Iya, saat ini dia sedang mengingat kembali kejadian di masa lalunya. Kejadian yang berhubungan dengan janji yang harus dia tepati."
Darren menghela nafas. Ia benar-benar dibuat penasaran oleh Jianya tentang janji Yanjun.
Namun Darren tak bisa berbuat apa-apa, selain menunggu Yanjun sendiri yang bercerita padanya. Darren kembali memandangi mata Yanjun yang terpejam.
Sungguh, ia tidak sabar ingin segera mengetahui janji Yanjun di masa lalu. Dan seperti yang dikatakan Jianya, saat ini Yanjun tengah mengingat kembali kejadian di masa lalunya.
.
.
.
*flashback*
Seorang pria memacu motor sport miliknya dengan kecepatan tinggi. Di tengah jalanan yang ramai, ia mengemudikan motornya secara zig zag untuk mendahului kendaraan di depannya.
Tindakan yang dilakukannya cukup beresiko dan berbahaya. Namun bagi pria itu—Lin Yanjun—apa yang dilakukannya sudah menjadi kebiasaan dan bahkan telah menjadi keahliannya.
CKIT!
Setelah berkendara hampir sejam penuh, Yanjun memberhentikan motornya di salah satu taman pusat yang berada di kawasan kota beijing.Yanjun melepas helm yang melindungi kepalanya.
Raut wajahnya terlihat tidak senang. Cenderung memperlihatkan gurat kemarahan yang sedari tadi ditahannya.
Ia menarik nafas panjang sambil beranjak turun dari motornya. Ia berjalan menuju sebuah bangku yang berada di dekat jalanan taman.
Matanya menatap lurus ke arah langit biru yang begitu cerah. Sayang, cuaca cerah itu tidak seimbang dengan suasana hatinya yang justru suram lantaran baru saja diputuskan oleh kekasihnya—Lin Yun.
Yanjun kembali mengingat perkataan yang disampaikan Yun beberapa jam yang lalu.
*
"Kita akhiri saja sampai di sini."
Yanjun menatap kaget ke arah wanita yang berdiri di sebelahnya. Matanya melotot, memperlihatkan betapa ia sangat marah dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Apa maksudmu?"
Yun mengalihkan perhatiannya. Ia enggan untuk menatap Yanjun. "Kita akhiri saja hubungan kita. Aku lelah."
Tangan Yanjun mengepal. "Apa alasannya?"
"Aku tidak bisa, menerima masa lalumu yang pernah menjadi pembalap liar. Aku tidak bisa, Yanjun. Tidak bisa . . ." ucap Yun.
"Kenapa baru sekarang kau katakan?" tanya Yanjun dengan nada dingin.
"Maafkan aku, Yanjun. . ."
"Kenapa baru sekarang?!" bentak Yanjun emosi.
Yun hanya menunduk. Berusaha menutupi kedua matanya yang memerah karena mulai berlinang air mata.
"Kau tahu, aku sudah berhenti dari pekerjaan lamaku. Kupikir kau bisa menerimaku sepenuhnya. Ternyata aku salah," ucap yanjun kecewa.
Usai mengatakan kalimat tersebut, Yanjun berbalik kilat dan berjalan menuju motornya yang terparkir tak jauh dari posisi mereka. Yanjun menyalakan mesin motor, lalu mengenakan helmnya. Ia segera melesat pergi bersama motornya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Lin Yun—wanita yang sangat dicintainya namun baru saja telah menghancurkan hatinya, dengan memilih mengakhiri hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Beautiful Ghost
FanfictionAku sangat membenci hantu. Tidak. Lebih tepatnya aku takut dengan hantu.