13

73 6 2
                                    

Semenjak kejadian yang menimpa Zhengting pasca tenggelam di kolam renang, Xukun kian intensif berkomunikasi dengan Zhengting.

Rupanya pria itu tak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk mendekatkan diri dengan wanita itu. 

Ia bahkan mengajak Zhengting beserta Tuan Zhu untuk menikmati makan malam bersama dengan ayahnya. Kini dua keluarga tersebut tengah duduk di ruang makan, di kediaman Tuan Cai.

Tuan Zhu dan Tuan Cai duduk bersebelahan, sama seperti Zhengting dan Xukun.



Keduanya sama-sama sudah kehilangan ibu mereka yang telah meninggal. Inilah yang menjadi alasan dua sahabat itu ingin menikahkan anak mereka. 

Karena mereka ingin segera memiliki cucu yang dapat menemani hari-hari tua mereka. Tapi, di luar dugaan Xukun dan Zhengting justru sepakat untuk menjalani pertunangan sebelum mereka resmi menikah.

"Bertunangan?" tanya Tuan Cai kaget. Reaksi yang sama juga terlihat dari Tuan Zhu.

Xukun mengangguk, "Kami sudah sepakat untuk bertunangan dulu, ayah"

"Kenapa tidak segera menikah saja?"

Xukun melirik ke arah Zhengting yang hanya tersenyum tipis. Kemudian memandangi ayahnya dan Tuan Zhu yang menatap bingung pada mereka.

"Akhir-akhir ini banyak hal yang dialami Zhengting, terutama terkait kondisi kesehatannya. Kami juga belum sepenuhnya mengenal lebih dalam lagi pribadi masing-masing. Meskipun kami sudah menerima perjodohan ini, kami masih membutuhkan waktu untuk penjajakan. Demi melancarkan semuanya, akan lebih baik jika kami bertunangan terlebih dahulu," jelas Xukun.

Tuan  Cai tersenyum sambil memandangi Tuan Zhu yang memperlihatkan reaksi serupa.

"Jika itu memang sudah keputusan kalian, kami hanya bisa mendukungnya," balas Tuan Zhu tersenyum ke arah Xukun dan Zhengting.

"Ah, masih ada satu hal lagi yang ingin kusampaikan pada kalian," sela Xukun dan sukses membuat dua pria paruh baya itu mengernyitkan dahi.

"Aku ingin mengajak Zhengting berlibur ke Spanyol, sebelum kami mengadakan pesta pertunangan," lanjut  Xukun.

"Benarkah? Bagaimana menurutmu, Zhengting?" tanya Tuan Cai tampak antusias.

Zhengting tersenyum dan mengangguk, "Sepertinya menyenangkan."

"Aku setuju. Kurasa memang lebih baik jika kalian melakukan perjalanan untuk berlibur. Ini juga bagus untuk pemulihan kondisi Zhengting," sambung Tuan Zhu.

Xukun melirik ke arah Zhengting sembari menggenggam tangannya. Sikapnya itu membuat Zhengting hanya menunduk. Reaksi mereka membuat kedua ayah mereka tak henti-hentinya tersenyum senang. Suasana makan malam semakin terasa hangat, seolah mereka telah menjadi satu keluarga.

Tapi, tak selamanya apa yang terlihat dari luar sama dengan apa yang ada dalam hati seseorang.

Zhengting—jelas sedari tadi ia memaksakan diri untuk tersenyum walau jauh dalam lubuk hatinya ia merasakan hal yang begitu menyiksanya. 

Ia terlalu bingung sampai tak bisa mengambil keputusan tegas yang berujung pembiaran seperti ini. Kalau saja ia lebih berani mengatakan yang sebenarnya, bisa saja jika dia menolak perjodohan tersebut.

Tapi nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Semua sudah terlanjur terjadi. Apakah masih ada kesempatan bagi Zhengting untuk mengembalikan semuanya seperti sedia kala?

Situasi yang sama juga terjadi pada Wenjun. Pria itu masih berjaga di taman belakang rumahnya. Beberapa hari terakhir ini, ia memang kesulitan untuk tidur lebih awal. Hatinya sangat tersiksa dengan berbagai hal yang dialaminya belakangan ini.


You Are My Beautiful GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang