"Ehm"
Mereka berdua mematung di depan pintu, seseorang di dalam rumah menyilakan tangannya di depan dada, Resky perlahan-lahan mulai menunduk.
"Srikandi?" orang itu berbicara lagi dengan nada bertanya namun terdengar ketus. Resky menganggukkan kepalanya.
"Bawa masuk, ayah akan buatkan minum untuk kalian" ternyata ayah Resky.
"Siapa Yah?" muncullah sosok wanita paruh baya dari belakang Ayah Resky. "Eh, nak. Ayo cepat masuk, Srikandi, kah? Apa yang terjadi dengannya?"
"Iya bu, Ibu tenang yaaa... Ibu siapkan kompres dengan baju ibu yang pas untuk Srikandi, Resky tunggu di kamar Resky" Resky dan Intan masuk menuju ke atas, kamar Resky.
"Cepat ambilkan sarung di lemariku" Intan bergegas menuruti perkataan Resky. Setelah dapat, Resky menyuruh Intan untuk menggelarnya di ranjangnya lalu menaruh Srikandi dengan hati-hati di atas bentangan sarung itu.
"Aku pinjam kamar mandi kamu dan sweatermu ya" Intan menunjukkan sweater biru yang ia ambil dari lemarin Resky tadi.
Resky menganggukkan kepalanya, lalu duduk di samping Srikandi yang belum sadarkan diri. Sesaat setelah Intan masuk kamar mandi, ibunda Resky datang membawa satu paket pakaian dan kompresan di tangannya.
"Anak perempuan yang tadi mana?"
"Sedang berganti pakaian, Bu"
"Yasudah, sana kamu keluar, ibu mau mengganti pakaian Srikandi.
"Hati-hati ya bu"
"Tenang saja, sayang" ibu Resky tersenyum keibuan. Resky membalasnya, karena senyum ibunya, ia merasa tenang kali ini. Juga karena keberadaan Intan, membuatnya tenang, karena ia percaya Intan sangat baik.
Resky keluar dari kamar, saat itu ia melihat ayahnya menaiki tangga dengan nampan dengan 4 buah cangkir di atasnya. Sebenarnya ayah ya sangat baik, namun karena ketidak ikut sertaan ayahnya dalam segala hal yang Resky lakukan dan selalu memarahi Resky jika Resky membuat kesalahan, membuatnya takut pada sosok ayah tersebut.
"Sedang apa di dalam?", nada berbicaranya sangat ketus, menambah kesan seram bagi Resky pada sosok ayahnya.
"Ibu sedang mengganti pakaian Srikandi, ayah"
"Kau ke bawah, lalu minum minuman ini" ayah menuruni lagi anak tangga. Resky bergumam, "baik ayah" yang hanya dapat di dengar oleh dirinya sendiri.
***
"Eungh..."
Srikandi membuka matanya perlahan, ia mengernyit karena ini bukan kamarnya. Ia bangkit untuk duduk, saat itu ia melihat Resky sedang tiduran di bawah ranjang yang ia tempati sekarang, perlahan-lahan memorinya kembali. Ia mengingat semuanya.
"Oh, jadi Resky orang itu"
Ia melihat pakaiannya, beda. Tiba-tiba matanya membulat.
"Kyaaaaa"
"Waaaaaa" teriak Resky yang juga tersentak karena dikagetkan dengan teriakan Srikandi. Resky bangkit, tersadar, Srikandi menatapnya takut.
"Kyaaaaaa" teriak Srikandi, lagi.
"Heeeiiii, kau kenapa?"
"Kyaaaa" lagi.
"Kau gila?"
"Kau yang gila"
"Ada apa denganmu?"
"Aku di rumahmu?"
"Iya"
"Kyaaaa"
Brraak.
Pintu terbuka dengan kasar, muncullah dua sosok manusia berbeda gender paruh baya, berjalan terburu-buru ke arah Srikandi dan Resky.
Ibu Resky memeluk Srikandi.
"Ada apa, nak?" tanya Ibunya Resky sambil mengelus punggung Srikandi.
"Tau tuh, dari tadi ditanyain jawabannya 'kyyaaa' 'kyaaa' mulu" Resky menirukan teriakan-teriakan Srikandi.
"Hust, enggak boleh begitu"
"Kenapa saya ada di kamar Resky bu?"
"Tadi kamu pingsan, Resky membawamu ke sini"
"Terus-terus, Resky juga yang gantiin baju aku?" Ibu Resky melepas pelukannya hendak menjelaskan namun terpotong.
"Oohhh... Bukanlah, PD banget kaya bagus aja" Resky yang menjawab kali ini, bola matanya berputar bosan.
"Hey, kaya enggak pengen aja" Srikandi mengepalkan tangannya di depan wajahnya, menatap geram pada Resky yang kini sedang menjulurkan lidahnya.
"Sudah-sudah, biar ibu menjelaskan, tadi Resky datang bersama Intan-"
"Intan?"
"Hey" Resky tak terima omongan ibunya terpotong.
"Sudah Resky, wajar bukan Srikandi masih syok. Iya Intan, katanya Intan bertemu Resky saat Resky sedang mencarimu, dan sekarang dia sudah pulang, ibu sudah menelepon ibumu untuk sementara kamu menginap saja di sini"
".ooo, baiklah, terima kasih banyak ibu"
"Yasudah, sekarang ibu dan ayah kembali ke kamar" ibu menarik tangan ayah yang semenjak tadi hanya melihat drama dadakan mereka. Pintu kembali tertutup.
Srikandi tersenyum kuda ke arah Resky.
"Tuh kan, kalau apa-apa tu tanya dulu"
"Hehe, maaf deh kalau begitu"
"Yasudah" Resky mendudukkan diri di samping Srikandi. "3 minggu lagi, bukan?" lanjut Resky.
"Iya, terasa cepat, apa kau akan sanggup meninggalkan Desi?"
"Apa kau juga siap untuk berlalu dari Chandra?"
Deg deg
###
Telah lama sudah menjalin cinta, diperjalan kau berpaling muka.
Yak, sudah lama aku menghiraukan chapt ini, kini aku kembali untuk melanjutkannya.
Cirebon, 04 september 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
if (END)
Random"Eh anak SD, jawaban nomor 12 apa?" "Eh anak SD duluan ya" "Eh jangan gitu dong, syaratnya mudah kok kamu cukup menuliskan nomor teleponmu saja di sini " "Aku suka kamu Srikandi Nandira" "Jika ini takdir aku ikhlas akan dirimu" Ini cerita pertama...