"Kalau ditakdirkan untuk bersama, kau di kutub selatan aku di kutub utara pun pasti kita akan bersatu"
Matahari makin menyiarkan sinarnya yang panas itu, kedua insan yang duduk berhadapan dalam keheningan, suasana panas di luar tak mempengaruhi keadaan di dalam Caffe yang berpendingin ini. Diam. Hanya diam, perempuan berjilbab peach itu sibuk mengaduk-aduk coklat panasnya. Dan yang laki-laki matanya tak lepas menatap sang perempuan. Ia gemas. Perempuannya itu semenjak duduk di hadapannya hanya mengucapkan kata "maaf terlambat" dengan ekspresi malu-malu dan sudah berlalu 30 menit hanya diam dan terus menatap coklat panas pesanannya itu.
Chandra iseng meniup coklat panas Srikandi. Namun ia tak bergeming. Ia menyenggol kaki Srikandi, tetap diam.
"Iishhh... Kau tak ingin bicara? Kau tak rindu padaku? Bahkan menatapku pun kau enggan", Chandra akhirnya buka mulut.
"..." Srikandi tak menjawab.
"Bener nih enggak kangen? Yasudah aku pulang dulu ya" Chandra buru-buru menghabiskan makanannya, Srikandi akhirnya melihat Chandra, sepertinya Chandra serius akan meninggalkannya di sini. Akhirnya...
"Hei"
Chandra tetap melanjutkan makannya, menghiraukan Srikandi yang kini sedang merajuk.
"Jangan makan lagi"
Chandra tetap melanjutkan makannya.
"Jangan pergi, bahkan aku belum berbicara padamu"
"Ciiieee, enggak mau kehilangan aku ya" kini Chandra membalasnya sambil menampilkan wajah genitnya.
"Jih, enggak lah sana pergi, hush hush"
"Yasudah" Chandra kembali melanjutkan makannya dengan buru-buru.
"Heiii, kau serius? Aku hanya bercanda Bakaaaa...."
"..."
"Baka"
"..."
"Dobe"
"..."
"Teme"
"Ck, Srikandiku tersayang, aku lapar, biarkan aku makan"
Wajah Srikandi memerah, ia kesal dicampur malu. Ia akhirnya menghembuskan nafas, dilihat-lihat memang benar sepertinya Chandra kelelahan, ia masih mengenakan tuxedo yang sekarang jas berwarna hitamnya itu ia sampirkan di sandaran kursi tempatnya duduk.
Ia kini menatap Chandra, syarat akan kerinduan, sudah sekian tahun ia tak mendapat kabar-kabari dari Chandra. Sekarang dia di hadapannya, sedang makan, namun mulut yang demikian ganjil lakunya, dia tak kuasa berkarta sepatah jua apabila berhadapan, tetapi kaya dengan perasaan apabila duduk seorang seorang diri.
"Aku tahu aku tampan hingga kau tak mengalihkan pandanganmu dariku" Chandra berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari makanannya.
"Eh, siapa bilang, eh iya, eh maksudnya enggak"
"Sudahlah, akui saja. Sekarang aku telah kembali, Tadaima* Srikandi-chan no baka" (*aku pulang)
KAMU SEDANG MEMBACA
if (END)
Random"Eh anak SD, jawaban nomor 12 apa?" "Eh anak SD duluan ya" "Eh jangan gitu dong, syaratnya mudah kok kamu cukup menuliskan nomor teleponmu saja di sini " "Aku suka kamu Srikandi Nandira" "Jika ini takdir aku ikhlas akan dirimu" Ini cerita pertama...