Slvd 2

3K 350 19
                                    

Namaku Sakura Haruno. Semua orang biasa memanggilku Sakura. Aku tidak tahu kenapa ayahku memberikan nama itu untukku, mungkin karena warna rambutku yang merah muda.

Kedua orang tuaku sudah meninggal dua belas tahun yang lalu. Sejak hari itu aku sadar bahwa kematian selalu ada di sekitar kita.

Mulai saat itu keheningan terus menemaniku. Bisa di katakan aku lebih memahami keheningan daripada memahami orang lain.

Keheningan mempunyai banyak tingkatan, dari keheningan yang dapat membuatmu mendengar suara daun yang menggelepai, suara serangga yang mengepakkan sayap sebelum fajar, bunyi jam yang berdetik, bunyi detak jantung, dan mendengar suara pemikiran sendiri. Tapi yang terakhir adalah dapat mendengar suara hantu
Berbicara dengan diri sendiri.

Sakura memandang sendu wanita paruh baya yang tertidur di ranjang rumah sakit dengan bantuan alat pernafasan di tubuhnya.

"Sakura sudah lama disini? Aku baru melihatmu." ujar pria berambut pirang spike dengan tiga garis seperti kucing di pipinya.

"Tidak."

Pria itu tersenyum canggung, "Aku membeli cookies coklat kesukaanmu, dan masih panas kau pasti suka."

"Dr. Naruto, Aku ingin ke kamar mandi sebentar," pamit Sakura cepat dan pergi dari kamar.

°°°°

Sakura memandang pantulan dirinya di depan cermin wastafel kamar mandi. Kedua tangannya mulai membuka dua kancing seragamnya. Namun ia kembali mengancing kancing seragamnya ketika mencium bau sesuatu yang tak asing.

"Apakah kamu disini?" tanya Sakura dingin. "Kenapa kamu tidak berhenti mengikutiku?" lanjutnya.

Sosok pria dengan setelan seragam biru dongker dengan rambut raven model pantat ayam mulai menampakkan sosoknya.

"Aku masih menunggu jawabanmu."

"Jawaban apa? Bukankah sudah ku katakan di Kantin? Aku menolak."

Sakura memang tidak bisa melihat sosok hantu itu, namun ia bisa mencium dan merasakan keberadaan hantu di belakang tubuhnya.

"Hanya kamu satu-satunya yang bisa membantuku."

Sakura mendesah pelan, "Siapa kamu? Kenapa bisa ada di asrama?"

"Dulu aku pernah sekolah disana."

"Kamu pasti sudah gila, itu Sekolah wanita," sindir Sakura pelan.

"Tiga puluh tahun yang lalu, Sekolah bisnis pria."

Sakura mengangguk, "Oh aku pernah mendengarnya."

"Siapa namamu?" tanya Sakura lagi.

"Panggil saja aku Sasuke."

"Sasuke? baiklah."

Sasuke tersenyum tipis, pria dengan postur tubuh yang cukup tinggi serta wajah yang cukup tampan dengan kulit yang putih pucat itu memandang wajah Sakura dari pantulan cermin.

"Aku mau kamu membantuku."

Ini pertama kalinya aku berbicara panjang lebar dengan Sasuke, dia mulai menceritakan kasus pembunuhan bangunan Akamonkai lima puluh tiga tahun yang lalu. Dan tidak tau kenapa aku juga mendengarkannya.

"Ketika keinginan saat hidup belum terwujud, hantunya akan muncul untuk mewujudkannya. Dan jika tidak bisa mereka akan gentayangan. Meskipun sudah menjadi Roh kami juga perlu keadilan," celoteh Sasuke dengan panjang lebarnya.

Solved; SasuSaku[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang