Slvd 8

1.7K 231 42
                                    

Hari ini Sakura kembali datang kerumah Jiraiya, mengunakan kaus putih dengan hoodie biru sebagai luarnya serta celana levis hitam panjang dengan sepatu kets putih.

Setelah memakirkan sepeda miliknya, Sakura berjalan ke arah pintu depan. Namun tidak ada respon ketika pintu itu di ketuk beberapa kali.

Mencoba mengesampingkan hal-hal negatif, Sakura meraih kenop pintu dan mencoba membukanya.

Tidak dikunci.

Dan ia melihat Jiraiya tergeletak di lantai.

"Dokter, Shit! Bangun jangan mati!"

Sakura berjongkok mencoba memukul dada Jiraiya beberapa kali, namun nihil tidak ada tanda-tanda jika pria tua itu akan sadar.

Rasa panik mulai hinggap, Sakura melirik sekelilingnya dan melihat bola basket di pojok meja. Sakura bangun dari jongkoknya dan berlari mengambil bola basket, kemudian kembali ke arah Jiraiya. Sakura mengangkat tinggi-tinggi bola basket di tangannya dan–

'Semoga ini berhasil.'

Suara dentuman yang cukup keras terdengar, Jiraiya tiba-tiba terbatuk dan merasa pening di kepalanya.

"Ayo aku antar ke kamar," ucap Sakura pelan sambil membantu Jiraiya.

.
.
.

"Aku berterima kasih karena kau selalu datang untuk menjengukku. Bahkan aku merepotkanmu hari ini." Jiraiya menatap Sakura sedih.

"Aku sudah tua, dan jantungku mulai lemah aku tidak tau kapan aku mati." katanya lagi.

"Sebenarnya aku kesini karena ada yang ingin aku tanyakan padamu tapi nanti saja jika kamu sudah sembuh," sahut Sakura merasa tidak enak.

Jiraiya menggeleng lemah, "Tanyalah, selagi aku bisa menjawabnya."

"Wasiat Nyonya sebelumnya menjadikanmu sebagai penerima hartanya. Tapi, kenapa wasiatnya berubah menjadi Tuan Orochimaru setelah Nyonya meninggal?"

"Orochimaru yang mengubahnya. Ia menginginkan harta Nyonya." Jiraiya menatap atap rumahnya sebentar, lalu kembali menatap Sakura. "Aku tidak percaya Nudaeng menghilang, Orochimaru pasti membunuhnya, membunuh Nudaeng."

Sakura terdiam ia mulai mencerna ucapan Jiraiya.

°°°°

"Apa? Kemungkinan Nudaeng dibunuh?" tanya Sasuke nyaris tidak percaya.

Selesai dari rumah Jiraiya, Sakura memutuskan untuk ke Rumah Sakit untuk menjenguk bibinya.

"Iya, masalahnya bertambah rumit sekarang. Terlalu banyak teka-teki," sahut Sakura kesal.

"Coba kau pikir, di dalam wasiat dikatakan tidak boleh menjual harta. Karena itu Tuan Orochimaru menyewakan istananya dan sekolah bisnis pria bisa bertahan cukup lama." celoteh Sasuke, sambil berjalan mondar-mandir.

"Karena itu Tuan Orochimaru, tidak mendapatkan keuntungan setelah Nudaeng mati, bukan?" tebak Sasuke.

Sakura mengangguk dan memasukkan kedua tangannya di saku jaket, "Jika Nudaeng masih hidup keuntungannya bisa lebih banyak."

Sasuke menyeringai, ia yakin perlahan teka-teki ini pasti terungkap!

Dan kedatangan Naruto yang tiba-tiba membuat Sasuke mendengus.

"Hai Sakura!" sapa Naruto dengan cengirannya. "Kebetulan kau disini, aku ingin memberikanmu ini." Naruto menunjukan boneka minion ukuran kecil dan bunga tulip putih yang sebelumnya di sembunyikan di belakang punggung pria itu.

Sakura menerima pemberian Naruto dengan senyum kikuknya, "Terimakasih Naruto."

"Kau menyukainya?"

Sakura mengangguk.

"Ganti terimakasih dengan makan di luar seperti biasa, oke?"

Sakura melirik Sasuke, dan Sasuke menatap datar Naruto. Merasa tidak di butuhkan kehadirannya Sasuke beranjak keluar sambil membanting pintu cukup keras.

Hei, kau bisa merusak pintu itu Sasuke!

Naruto menoleh pelan kebelakang, "Itu pasti angin. Kau tidak perlu takut." Naruto tertawa kecil menutupi rasa gelisahnya.

°°°°

Sasuke melempar beberapa kerikil ke danau dengan raut datarnya. Entah kenapa dia merasakan hatinya seperti tercubit, sakit saat melihat Dokter kuning itu mendekati Sakura.

"Kenapa kau tau aku disini?"

"Mengikuti baumu," sahut Sakura cuek.

"Kau tidak pergi makan malam dengannya, hn?" tanya Sasuke tanpa menatap Sakura.

"Jika aku pergi, aku tidak disini." ya, Sakura benar dan Sasuke tertawa mendengarnya. Entah karena apa.

"Apa kau pernah berpacaran semasa hidupmu, Sasuke?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Sakura.

"Tidak tau, itu sudah lama."

"Biar ku tebak ...," Sakura mengerling jahil menatap Sasuke, "Sasuke pasti sangat tampan dan banyak wanita yang menyukaimu. Tapi sifat marah yang menyusahkan ini, tidak ada yang bertahan bukan?" lanjutnya.

Sasuke merasa terhohok. Ia menatap jengkel ke arah Sakura yang sedang menjulurkan lidahnya. Lucu, menggemaskakan dan menyebalkan.

"Mau ku pukul jidat lebarmu, hn? Jangan mengatakan seolah kau tau semuanya." sungut Sasuke.

Sakura tertawa pelan, "Bagaimana cara pria mendekati wanita saat itu? Tidak ada ponsel dan internet?"

"Telpon rumah mereka, atau mengirim surat. Kadang menunggu balasan surat hampir satu bulan."

"Kau bisa cari pacar baru dalam waktu selama itu!"

Sasuke terkekeh, "Bodoh. Dulu itu sangat membahagiakan."

"Jadi kau pernah mencobanya?" Sakura mengalihkan tatapannya ke arah danau.

"Mencoba apa?"

"Menulis surat untuk wanita yang dicintai."

"Aku sudah lupa." Sasuke kembali melempar kerikil, "Kau suka rambut pendek, hn?"

"Ya. Rambut panjang membuatku kepanasan," jawab Sakura sambil mengacak rambutnya pelan.

"Dasar aneh." sindir Sasuke dengan senyum tipisnya.

"Kau lebih cantik jika rambutmu panjang."

Dan Sakura hanya tertawa pelan.





(Kira-kira Sakura seperti ini, dengan rambut pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kira-kira Sakura seperti ini, dengan rambut pendek.)

A/n : Menurut kalian siapa yang jahat? Orochimaru atau Jiraiya? Atau ada orang lain? let's give your response about this story, because it will be bland if you just read it!

Solved; SasuSaku[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang