Soul 3

954 114 0
                                    

NARUTO FANFICTION
DISCLAIMER : MASASHI KISHIMOTO


NARUHINA


Romance, Drama,hurt/comform
Supranatural

AU, Ooc, Typo,etc

SOUL


Ini adalah sebuah janji
janji yang harus ditepati.
Walau takdir tak menginginkan kita bersama, hati ini selalu tau kemana ia harus pergi.


Chapter 3

'Apa yang akan ia lakukan dengan pisau itu?' Batin Hinata was-was, berusaha membuang segala pemikiran buruk yang tak henti-hentinya melintasi benaknya.

Ia terus berdoa pada Kami-sama agar apa yang sejak tadi ia takutkan tidak terjadi.
Ketakutan bahwa pisau yang berada ditangan pria bertindik- Pain tidak digunakan untuk hal buruk.

Tapi semuanya terasa sirnah saat ia melihat Pain tersenyum mengerikan.
Senyum yang seolah mengatakan inilah akhir dari Uzumaki Narutio.

Dan dengan cepat tangannya mengayunkan pisau ke arah Naruto yang masih terbaring lemas di aspal jalan.

CUK!

"ARGHHHHHHHH.." Naruto berteriak keras ketika pisau itu sudah masuk kedalam perutnya. Merobek kulitnya dan serasa menghancurkan seluruh tubuhnya hanya dengan satu tusukan.

"Selamat tinggal Brengsek!" Pain berucap pelan ketika mendengar erangan kesakitan dari Naruto.

Hinata membelalakan mata tak percaya.
Ia sudah tidak tahan lagi dengan adegan mengerikan yang ada didepannya ini.

Tubuhnya membeku, wajahnya pucat, air mata yang sejak tadi mengaliri pipi chubbynya seketika hilang.
Ia tidak tahu harus melakukan apa.
Ia telah menjadi saksi atas peristiwa pembunuhan seorang Uzumaki Naruto.

"TIDAK!" Entah mendapat tenaga dari mana, Hinata berteriak kencang sambil melihat Naruto yang sudah terkulai lemah di aspal sambil memegang perutnya yang mengeluarkan darah. Wajahnya sudah penuh lebam dan darah dimana-mana.

Hinata sudah tidak sanggup untuk bersembunyi lagi dan menutup mata dengan peristiwa mengerikan yang baru saja terjadi. Ia tidak ingin menjadi saksi bisu yang tidak berguna. Ia sudah tidak peduli lagi, walaupun ia akan mati nanti. Paling tidak ia sudah melakukan hal yang dianggapnya benar. Ia tidak ingin hidup dengan rasa bersalah dan penyesalan.

Hinata berdiri dan keluar dari tempat persembunyiannya. Memandang orang-orang mengerikan yang ada disana dengan wajah yang masih sembab. Berusaha terlihat tegar.

Semua mata melihat padanya, bahkan Naruto sempat melirik kearahnya sebelum terpejam dan jatuh tak sadarkan diri.

"ADA YANG MELIHAT, KEJAR DAN TANGKAP DIA!!" Teriak salah satu dari mereka yang berambut pirang dikepang ponytail.

Setelah mendengar teriakan dari salah satu teman mereka, orang-orang itu langsung berlari berusaha untuk mengejar Hinata.
Hinata kalut. Ia terlalu kaget dan shock.
Ia bahkan belum menyusun rencana, ia keluar hanya dengan modal kenekatan saja.
Dan semoga Dewi Fortuna ada dipihaknya.

Walaupun ia sudah pasrah,tapi ia tidak mau terus seperti ini. Jika ia tetap berdiri disini, mungkin nasibnya akan sama atau jauh lebih mengerikan dari pada Naruto. Dan ia tidak ingin seperti itu. Membayangkannya saja ia tidak mau.

Akhirnya gadis indigo itu memantapkan hatinya.  Ia akan berlari. Tidak, ia harus berlari.

Ia harus mengalihkan perhatian para penjahat itu dari Naruto. Dan semoga saja ada yang berbaik Hati akan menolong serta merawat Naruto nantinya.

Hinata membalikan tubuhnya, berusaha untuk lari menjauhi orang-orang yang sedang menuju kearahnya. Ia tidak tau kemana ia akan berlari, tapi yang perlu ia ingat hanya satu.

Ia akan pergi ke suatu tempat yang jauh dari jangkauan preman-preman mengerikan itu.

"Dia mencoba kabur, ambil motor!" Seorang dengan muka menyerupai ikan hiu berteriak dan kembali untuk mengambil motor diikuti oleh teman-temannya yang lain.

Hinata terus berlari. Ia tidak tahu akan kemana ia bersembunyi, ia hanya mengikuti kemana kakinya membawanya.
Hinata berbelok, melihat sebuah lorong kecil yang mungkin bisa membantunya untuk bersembunyi.

Ia masih terus berlari menyusuri lorong yang sempit dan gelap. Sampai ia dikagetkan oleh dinding yang dengan megahnya menutupi lorong itu.

Jalan buntuh.

Hinata kalut, ia tidak tahu harus kemana ia sekarang.  Sudah cukup nasib sialnya hari ini.
Lelah pulang dari sekolah, harus berjalan kaki sendirian, melihat adegan pembunuhan orang yang ia kagumi dan sekarang ia harus berlari menjauh dari preman-preman yang berniat jahat padanya, dan lebih sialnya lagi ia malah menemukan jalan buntuh.

Sedangkan dibelakangnya, orang-orang mengerikan itu masih setia mengejarnya.
Bahkan ia bisa mendengar deru motor dari para preman itu.

Dalam kekalutannya Hinata berusaha mencari tempat untuk bersembunyi. Sampai akhirnya pilihannya jatuh pada suatu celah kecil diantara tempat sampah yang ada disana, berharap gelapnya lorong itu bisa membantunya dalam bersembunyi.

Tangannya tak bisa berhenti saling meremas, mulutnya juga tak henti-hentinya mengucapkan doa permohonan pada Kami-sama agar terus melindunginya.

Akhirnya Hinata menyadari sesuatu. Ia membawa ponselnya. Ia terlalu kalut hinggal lupa bahwa ia membawa benda tersebut. Diambilnya ponsel flip dari dalam tas dengan tangan gemetaran.

Kemudian di tekannya tombol untuk mencari daftar nama orang yang mungkin bisa ia minta bantuan.
Akhirnya ia menekan tombol CALL pada kontak bertuliskan 'Nejii-Nii'
.
Hinata meletakan ponsel itu pada telinganya. Menunggu jawaban dari orang yang sedang ia hubungi.

Tuuut... Tuuut... Tuuut...

Belum ada jawaban. Yang terdengar hanyalah suara pangilan yang belum juga tersambung dri seberang sana.

BRUUUUUM..

Suara itu sukses membuat jantung Hinata serasa berhenti berdetak. 
Itu adalah bunyi dari motor orang-orang mengerikan yang sedang mengejarnya.

"Kami-Sama, tolong aku, Nejii-Nii kumohon angkat!" Ucap Hinata berkali-kali.

TBC

Ya.. chap 3
Lama ya?
Maaf deh
Chap depan diusahain nggak lama lagi
Jangan lupa vote dan comment ya..

Karena 1 kata dari kalian, berarti besar buatku.

Jaa nee

Soul (NARUHINA - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang