Chapter 2

1.1K 177 2
                                    

H.O.U.N.D

Cast : Kim Namjoon a.k.a RM; Kim Seokjin a.k.a Jin; and many others

Rate : T

Length : Parts

H.O.U.N.D

Seokjin tipikal light sleeper. Ia bisa bangun dari tidurnya karena suara-suara ringan seperti ketukan di pintu klinik di samping rumahnya, atau suara pintu terbuka, termasuk suara alat-alat memasak yang berdenting di dapurnya. Ia bersyukur memiliki kelebihan ini–jika terhitung kelebihan–karena Ia dengan mudah bisa bangun jika ada warga desa yang membutuhkan bantuannya tengah malam.

Namun Ia sering kesal atas kebiasannya ini, yang sering membangunkannya atas suara-suara kecil yang kadang tak penting.

Dan malam ini, entah harus bersyukur atau bagaimana, Seokjin terbangun pukul dua karena gedoran di pintu kliniknya. Suara gedoran itu berbeda dari ketukan ringan namun tak sabar yang biasa digunakan warga desa ketika kebingungan tengah malam. Suaranya keras, tegas, dan putus asa.

Lelaki itu, hanya sempat mengucek matanya, langsung berjalan terburu setengah berlari melihat keadaan di luar. Mungkin ini adalah warisan yang diperolehnya selama menjadi residen di rumah sakit di Seoul dulu, Ia bisa fokus bahkan saat baru saja bangun dari tidurnya jika menyangkut pasien dan keselamatan.

"Ya tuhan!"

Itu dua kata yang diucapkan Seokjin begitu Ia membuka pintu klinik yang terhubung dengan rumahnya. Lelaki itu berdarah, nyaris pingsan, dengan tangan menutupi perutnya dan dilumuri darah. Seokjin tak yakin warna baju lelaki itu karena kaus panjangnya dipenuhi debu dan darah, serius!

Ini mirip scene film horor yang Seokjin takuti.

Ketika lelaki di depannya ambruk, Seokjin baru sadar apa yang harus dilakukannya. Ia menarik lelaki yang jatuh terduduk sambil masih menahan perutnya itu, menarik tubuhnya yang cukup berat, lalu membaringkannya.

"Tuan, kau masih bisa mendengarku?" Seokjin memanggil kesadaran pria itu dengan setengah berteriak.

Tak ada jawaban. Seokjin benar-benar baru sadar jika lampu kliniknya masih temaram, belum semuanya menyala. Maka Seokjin berbalik, menyalakan lampu klinik dan meraih stetoskopnya dalam satu gerakan ringkas, lalu memeriksa pasiennya–jika Ia mau disebut pasien.

Tubuhnya dingin. Dengan hipotesa kehilangan darah yang cukup banyak di tambah kemungkinan Ia telah lama berada di luar dengan suhu dingin seperti ini, Ia bisa terkena hipotermia. Seokjin buru-buru mengambil selimut, membungkus tubuh pucat lelaki itu, lalu menepuk pelan pipinya.

"Kau tak mendengarku? Gerakkan matamu jika kau mendengarku!" Seokjin masih berteriak saat melakukannya.

Mata lelaki itu bergerak di dalam pejaman matanya. Lalu mata itu perlahan membuka, melirik sekitar lalu bertatapan dengan mata Seokjin.

Tanpa sadar sang dokter menghela nafas. Lelaki ini memiliki pertahanan diri yang baik.

"Aku tidak bisa menolongmu, aku harus membawamu ke rumah sakit. Kau bisa bertahan?"

Gelengan lemah lelaki itu menjawab teriakan Seokjin.

Si dokter melotot tak percaya, baru kali ini mendapat pasien seenaknya. "Ini klinik desa, Tuan. Aku tak bisa melakukan penanganan untuk luka separah ini jika tak ingin dikenai hukum!"

Lelaki itu menggeleng dengan pelan sekali lagi, menggeram lalu terbatuk. "Obati sebisamu,"

Seokjin hampir menyumpah mendengarnya.

HOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang