Chapter 11

782 100 5
                                    

H.O.U.N.D

Cast : Kim Namjoon a.k.a RM; Kim Seokjin a.k.a Jin; and many others

Rate : T

Length : Parts

H.O.U.N.D

Hoseok bukan anak orang kaya. Ia kabur dari rumahnya–juga kabur dari ayah pemabuk dan suka memukul–di umur awal sepuluh. Ia pergi jauh, kemanapun, asal pergi dari rumahnya. Sejak Ibunya pergi dari rumah karena sikap ayahnya, hidup Hoseok yang tinggal bersama ayahnya tak berbeda dengan neraka–jikapun benar neraka itu ada.

Hoseok dilarang pergi sekolah, dilarang pergi bermain, dikurung di dalam kamarnya.

Ia dilarang membeli makan di luar, dilarang memasak makanan, namun tak diberi makanan. Ia makan dua hari sekali, kadang tiga.

Dan ketika Ia telah membulatkan tekad, Ia menendang ayahnya yang hendak memukulinya lagi, Ia berlari sekuat yang Ia bisa tanpa peduli kakinya yang tak sempat memakai alas. Yang Ia tahu saat itu hanya berlari, berlari, dan berlari. Sejauh mungkin, sejauh yang Ia bisa dengan satu tujuan; pergi dari hidupnya yang seperti neraka.

Ketika Ia bertemu seorang lelaki yang berjalan menggunakan tongkat, Ia ketakutan sekali lagi saat lelaki itu memegang dua bahunya. Sekalipun lelaki itu tersenyum pada Hoseok, anak kecil berumur sepuluh itu ketakutan bukan main.

Terlebih saat Hoseok dibawa ke rumah besarnya–sebesar kastil atau istana–Hoseok masih ketakutan.

Lelaki itu menawarkan hidup pada Hoseok. Rumah, makanan enak, sekolah, kursus olahraga, hingga mainan. Lelaki tua itu memberikan gambaran 'kehidupan' pada Hoseok dan memperlakukan Hoseok dengan baik.

Hoseok kecil tersenyum. Menemukan arti rumah dan hidup dalam genggaman lelaki itu.

Hingga umurnya lima belas. Arti rumah dan hidup yang dulu dirasakannya bersama lelaki-tua-bertongkat itu harus dibayar sesuatu yang setimpal.

Hoseok diberi hidup, tapi Ia harus mengambil hidup orang.

Itu yang dikatakan lelaki yang berjalan dengan tongkat itu. Apa yang lebih mengerikan? Senyuman ringan di bibir lelaki yang Ia panggil 'Ayah' itu. Bagaimana Ia mengucapkan hal tentang mengambil nyawa orang lain semudah mengatakan hal remeh lainnya.

Hoseok belajar jika tak ada kebahagiaan yang mudah didapat sejak saat itu.

Sejak saat itu, Ia dilatih, ditempa, dibentuk menjadi seorang petarung. Ototnya dipaksa bekerja hingga limit, ketahanannya diuji hingga batas, kekuatannya ditekan hingga ujung. Ia tak memiliki kesempatan untuk sekedar meminta waktu istirahat apalagi mengeluh, sekalinya Ia meminta izin istirahat maka porsi latihannya bertambah. Tak ada hari tanpa berlatih. Hoseok dipukul hingga tubuhnya terbiasa menerima pukulan. Tubuhnya ditendang, mulai dari tendangan ringan hingga tendangan keras, hingga sekarang tubuhnya tak masalah ketika menerima tendangan.

Semua latihan fisik telah dijalani Hoseok.

Tugasnya? Menjadi algojo.

Jika seseorang yang disebut 'saudara'nya menolak membunuh, Hoseok yang harus membunuh. Jika seseorang yang disebut 'saudara'nya tidak menjalankan tugas yang diberi kepadanya, Hoseok yang bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Hoseok menjadi algojo terbaik di kelompoknya, namun selamanya menjadi bayang-bayang 'saudara'nya.

Bahkan ketika Ia ingin berteman dengan anak seorang dokter yang menolongnya, Ia harus mengalah demi 'saudara'nya dan pergi dari hidup anak kecil temannya itu.

.

.

.

Seokjin hanya bertahan hingga sarapan bersama keluarganya lalu segera berpamitan pada Kakak dan Mamanya. Papanya menolak untuk menemui Seokjin dan memilih mengunci diri di dalam ruang kerjanya setelah sarapan.

HOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang