"Kok bisa mereka berantem, sih?! Itu gimana ceritanya?" tanya Hanni tak santai.
Sejak mendengar kabar bahwa adiknya berkelahi di lapangan basket, perempuan itu jadi panik begini. Dia langsung mengambil kunci mobilnya dan menyuruh kami–aku, Rendi, dan Haikal— ikut menjemput Jeno ke sekolahnya. "Aku juga gak ngerti, Kak! Pas pulang sekolah, tiba-tiba aja si Jaden nyamperin Jeno ke kelas. Mereka berdua ngomongnya serius banget, aku sama Rendi sampe gak dibolehin ikut campur!" tutur Haikal, dia juga tampak gelisah.
"Aku sempet nguping pembicaraan mereka, sih. Dari yang aku denger, Jaden kayaknya nantangin Jeno buat duel di lapangan basket!" timpal Rendi.
Mendengar percakapan mereka, aku hanya bisa diam. Kepalaku menunduk dalam, jemari-jemariku saling bertautan. Mendadak aku merasa bersalah. Ini semua pasti gara-gara aku. "Yun, udah!"
Hanni tiba-tiba menegurku demikian, dia sepertinya peka terhadap perubahan tingkahku. Satu tangan perempuan itu meremas tanganku pelan. Mau tak mau, aku jadi menoleh ke arahnya. "Gimana nih, Han? Kayaknya ini salahku, deh." cicitku dengan nada bersalah.
"Gak, lah! Mereka aja yang masih kayak bocah, Yun!" kilah Hanni.
Rendi dan Haikal tampaknya tidak mendengar pembicaraan kami berdua, buktinya mereka tak ada yang memberi respon. Dua bocah itu mungkin sibuk bertukar pikiran mengenai masalah Jeno dan Jaden di kursi belakang sana. "Ren, lu ngerasa ada yang aneh sama mereka, gak? Sebelum hari ini?" tanya Haikal dengan nada serius.
"Agak, Kal. Terakhir kita kumpul itu, Jeno bete banget mukanya waktu ketemu Jaden." terka Rendi.
"Jangan-jangan, mereka berantem karena masalah itu!?"
Sontak, Hanni langsung menoleh ke arah mereka. Matanya melebar. "Apa?! Apa!? Ada masalah apa sama mereka!?" tanyanya panik.
"Han! Hati-hati, kamu lagi nyetir!" sergahku.
Perlu kalian ingat, Hanni sedang menyetir sekarang dan dengan serampangan dia malah menoleh ke belakang. "Eh!.. Eh!.. Sorry, sorry..." kata Hanni seraya mengembalikan fokusnya ke jalan.
"Jadi gini, Kak,"
Haikal mulai membuka suara. Secara otomatis, aku jadi menoleh ke belakang. "Beberapa minggu yang lalu, Jeno sempet cerita ke kita kalo dia lagi naksir orang. Makin lama, perasaan Jeno makin kuat ke orang itu. Jeno jadi sayang banget sama dia, sampe terpikir buat nembak. Orang itu... kak Yuni..."
Alhasil, kedua pipiku mulai memanas setelah mendengarnya. Bisa kulihat Hanni senyum-senyum sendiri di depan setir kemudi. Sedangkan Rendi, dia justru menjitak kepala Haikal. "Dasar, mulut ember! Ketauan Jeno mampus lu entar!" bisik Rendi–yang masih bisa kudengar.
"Ish, diem! Ini demi masalah Jeno sama Jaden cepet kelar!" sahut Haikal bersikeras.
Dia kembali melanjutkan ceritanya. "Akhirnya, Jeno buletin tekad buat jujur ke kakak soal perasaannya. Tapi, rencana Jeno gak berjalan mulus, kak Yuni malah jadi ngehindarin dia. Keadaan Jeno waktu itu parah banget, Kak. Gak mau ngomong, gak mau makan, lama-lama kita bertiga jadi pusing ngeliatnya. Karena itu, Jaden akhirnya ngusulin buat kita berempat main ke kos kak Hanni supaya bisa ngehibur Jeno."
Astaga! Apa yang sudah kulakukan terhadap Jeno? Sungguh, sekarang aku merasa sangat menyesal karena dulu sempat menamparnya!
"Itu waktu kakak ikut jemput kita berempat sama kak Hanni," timpal Redi memperjelas cerita Haikal. "Masih inget?"
Aku pun mengangguk. "I-Iya,"
"Nah, pas banget sehabis hari itu, Jaden jadi sering senyum-senyum sendiri sambil chatting, Kak. Tiap kita tanya lagi PDKT sama siapa, Jaden selalu nolak buat ngasitau. Ya, kita jadi heran sendiri. Jaden itu agak playboy, tiap lagi PDKT sama cewek dia pasti terbuka, cerita sama kita. Tapi yang ini malah gak diceritain. Pernah nih, si Jeno gak sengaja ngeliat hape Jaden waktu belum ke-lock, dan pas banget layarnya lagi nampilin roomchat orang yang lagi dideketin sama Jaden–kayaknya. Sehabis baca itu, Jeno langsung marah dan jadi sering bete sama Jaden, Kak."
![](https://img.wattpad.com/cover/124201986-288-k709044.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe || jeno nct ✔
Fanfiction[17+ || semi non-baku] "I should leave 'cause you deserve better." - Breathe, Lauv Saat hubunganmu dengan pacarmu memburuk, lalu tiba-tiba muncul laki-laki lain yang berhasil membuatmu nyaman, manakah yang akan kamu pilih? Tetap setia pada pacarmu...