Hari ini adalah hari terakhir Jeno menginap di kos Hanni. Sesuai perjanjian awal, saat orang tua mereka sudah kembali dari Eropa–yang ternyata bukan satu bulan lamanya, tapi tiga bulan!—, Jeno harus mengemasi barang-barangnya dan balik ke rumah lagi. Kalian pasti bisa menebak betapa kusutnya wajah laki-laki itu selama beberapa hari terakhir. Intensitas merengek dan manjanya sampai meningkat drastis, lucu sekali.
"Semua barang udah masuk?"
Aku bertanya demikian kepada Jeno sembari meletakkan kardus barang terakhirnya di bagasi mobil Hanni. Jeno tidak menjawab pertanyaanku, bahkan ketika aku sudah menutup kembali pintu bagasi mobil, dia tetap tidak bersuara. Pandanganku lantas beralih ke arahnya yang berdiri di sampingku. Bibir Jeno tak berhenti manyun, kedua matanya juga tampak memelas. Aku tertawa melihat ekspressi pacarku ini.
"Cemberut terus, jelek tuh mukanya!" sahutku seraya mencubit pipinya gemas. "Eh, rambut kamu berantakan, tuh!"
Aku pun lantas merapikan rambut Jeno yang sedikit berantakan akibat angin. Jeno diam saja, tidak berkutik. Dia masih menatapku dengan tatapan yang sama, memelas.
"Yang,"
"Hm?"
"Aku gak mau pulang!" rengeknya.
Di luar dugaan, laki-laki itu tiba-tiba berhambur memelukku erat. Hampir saja aku kehabisan napas karenanya. "J-Jen!.."
"Mau deket kamu terus, huh!"
Aku tertawa mendengarkan ocehannya. Kurenggangkan pelukan kami berdua, kemudian mengusap puncak kepala Jeno. "Bayi gede! Omongannya jangan ngelantur gitu, deh!" tegurku halus.
"Kamu dititip di kos Hanni sampe ortu kamu balik, kan? Jadi, sekarang ya kamu harus pulang! Gak kasian sama ortu kamu yang kangen sama anaknya? Gak kasian sama kakakmu yang dibebanin terus?"
Jeno mengirjap beberapa kali. Dia berusaha mencerna kata-kataku. Setelah sejenak dia terdiam, laki-laki itu akhirnya menghela napas panjang. Sepertinya Jeno sudah menekan egonya. "Iya juga," ujar Jeno. "T-Tapi.. aku bakal kangen kamu.."
Aku kembali tertawa. Sumpah, ekspressi Jeno kali ini sangat lucu seperti bayi yang merajuk. "Ya kalo kangen 'kan bisa video call, telfon, atau langsung samperin aku ke sini? Jarak rumahmu ke kos-ku juga gak jauh-jauh banget!" sahutku. "Plis deh, Jen! Kita gak lagi LDR Amerika-Jakarta, loh! Hahaha!"
Jeno akhirnya bisa menerbitkan senyum lagi. Dia pun kembali memelukku erat. Lalu, bibirnya mencium keningku secara lembut. Ciuman Jeno kemudian turun ke kedua mataku, ke pipiku, dan terakhir, ciumannya berlabuh di bibirku dalam durasi yang lumayan lama. "Gonna miss you so much!" bisiknya setelah mengakhiri ciuman tersebut.
Jangan ditanya bagaimana wajahku sekarang. Pipiku sudah semerah tomat!
"Heh, kutil badak! Cepetan naik! Main mesra-mesraan sama pacar mulu!" teriak Hanni dari dalam mobil, ia tampaknya sangat kesal menunggu Jeno.
Laki-laki itu melayangkan tatapan tajam kepada sang kakak. "Berisik!"
"Cepetan, bucin! Udah ditunggu Mama!"
"Iya, iya. Ish!"
Jeno kembali menatapku. Dia tersenyum lebar sembari memperlihatkan eyesmile-nya. "Aku pulang dulu, ya? Nanti malem aku telfon. Bye!" pamit Jeno sambil mengacak pelan rambutku.
Aku hanya bisa tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahnya. Laki-laki itu akhirnya memasuki mobil Hanni. Dia segera menurunkan kaca mobil di sampingnya, melambaikan tangan ke arahku seraya memakai seat belt. "Hati-hati!" seru Jeno. "Bye!"
Hanni juga ikut melambaikan tangannya di samping Jeno. "Bye, Yun! Aku tinggal tiga hari dulu, ya? Mama sama Papa minta aku nginep di rumah dulu. Kangen kali mereka, hehe!"
Aku tertawa mendengarnya. "Have fun ya kalian berdua, hati-hati di jalan!" sahutku.
Tanganku terus melambai ke arah mereka sampai mobil Hanni menghilang dari pandanganku. Aku terdiam sejenak di depan bangunan kos. Tampaknya, selama tiga hari ini akan terasa sepi karena tidak ada Hanni dan Jeno.
🍑🍑🍑
"Gak tidur?"
Aku senyum-senyum sendiri mendengar pertanyaan itu dari seberang sana. Jeno ini benar-benar, dia segera menelponku beberapa saat setelah dia pulang. Durasi menelponnya pun juga tidak sebentar, ini sudah berlangsung selama tiga jam!
"Belum ngantuk. Lagian, aku mesti belajar, besok ujian." kataku seraya mengucek mata beberapa kali.
Sial, kantukku bertambah parah! Padahal masih ada beberapa materi yang harus aku pelajari.
"Udahan dulu belajarnya, gih! Ini udah larut banget. Entar kamu sakit, loh! Lanjut aja jam 5 pagi nanti!"
Aku merasakan kedua pipiku terasa panas. Entah ini perasaanku saja atau apa, tapi aku merasa omongan Jeno semakin lama semakin dewasa saja. Terkadang aku sampai lupa kalau pacarku ini berumur dua tahun lebih muda.
"Hehe! Ya udah, deh!"
"Sekarang tidur, pake selimut, pejemin mata, cepet!"
Aku mencibir mendengar perintahnya tersebut. "Ck! Iya, iya! Ini udah otw ke kasur, kok!"
Jeno tertawa renyah di seberang sana. Begitu sampai di kasur, aku menutup seluruh badan dengan selimut, menghidupkan lampu tidur, dan merebahkan kepala di bantal. "Kamunya gak tidur?" tanyaku balik.
"Nanti, setelah kamu tidur."
Aku terkekeh mendengarnya. "Ya, udah. Yuk, kita tidur sekarang aja!"
"Oke, deh." sahut Jeno. "Met tidur, Sayang."
"Goodnight, Jeno." balasku.
"Mimpiin aku ya?"
"Buat apa aku mimpiin kamu? Kamu itu nyata untuk aku, pacar asli aku, bukan pacar khayalan di mimpi."
Tawa Jeno terdengar sangat keras di seberang sana. Mendengarnya tertawa seperti itu, bibirku secara otomatis ikut tersenyum. "Bisa aja si sayang gombalnya!"
"Biar gak kalah dari kamu!"
"Haha! Aku tutup, ya? Bye."
"Bye."
Telpon panjang dari Jeno akhirnya selesai juga. Aku langsung menyetel alarm jam 5 pagi di smartphone-ku dan meletakkannya di nakas samping kasur, kemudian bersiap-siap untuk tidur. Namun, belum sempat kupejamkan mata, pintu kos-ku tiba-tiba diketok sangat keras beberapa kali. Aku jadi kembali terjaga dan segera berjalan menuju pintu depan.
"Siapa ya, malem-malem gini?" gumamku kebingungan.
Begitu kubuka pintu kos-ku, aku tidak melihat siapa-siapa di luar. Yang berhasil kudapati hanyalah sebuah kotak berwarna cokelat yang tergeletak di depan pintu. Aku pun memungut kotak tersebut dengan was-was. "Loh, ini paket buatku? Perasaan, aku lagi gak ada belanja di online shop, deh!"
Perasaanku semakin tidak enak ketika menyadari kotak itu sangat berbeda dengan parsel-parsel dari jasa ekspedisi pada umumnya. Kotak tersebut tidak ada perekatnya, nama pengirim, atau apapun yang bisa membuatku tahu kotak apa ini. Aku memberanikan diri untuk membuka kotak tersebut, demi menjawab semua rasa penasaranku. Akan tetapi, begitu kubuka kotak misterius itu, mataku membelalak ketika melihat isinya. Refleks, kujatuhkan kotak tersebut di lantai. Kedua tanganku berusaha menutup hidungku karena bau busuk yang menguar dari dalam kotak itu.
"WTF!" jeritku kaget setengah mati.
Ya, di dalam kotak itu ada satu bangkai tikus yang sudah berisi belatung. Terdapat juga secarik kertas di dalam sana dengan tulisan 'HE'S MINE' menggunakan darah dari tikus tersebut.
TBC
sebenernya bnyk yg voting duluan update yg wild, tapi aku up yg ini dulu wkwkwk ini masih pagi soalnya :))
jerengjengjeng ada stalkernya jeno yg mengancam yuni nih!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe || jeno nct ✔
Fanfic[17+ || semi non-baku] "I should leave 'cause you deserve better." - Breathe, Lauv Saat hubunganmu dengan pacarmu memburuk, lalu tiba-tiba muncul laki-laki lain yang berhasil membuatmu nyaman, manakah yang akan kamu pilih? Tetap setia pada pacarmu...