five: in the grab car

9.1K 1.2K 174
                                    

"Gimana? Enak, Kak?"

Aku menoleh ke arah Jeno, lalu mengangguk. Mulutku masih sibuk mengunyah makanan, jadi maklum kalau aku tidak bisa menjawabnya secara verbal. Jeno tersenyum puas, kemudian dia memakan corndog bagiannya sendiri. "Syukur deh, kakak ternyata suka makanan yang ada di stand."

Ya. Setelah kami keluar dari aula sekolah, Jeno mengajakku ke stand-stand makanan. Dia mentraktirku banyak sekali, hampir semua makanan yang ada di stand dia belikan. Kata Jeno sih, ini sebagai balas budi karena aku sudah menontonnya tampil. Tidak hanya itu, Jeno juga mengajakku bermain aneka permainan random yang ada di festival sekolahnya. Kami mencoba semua permainan, dan tak jarang juga Jeno atau aku memenangkan permainan. Kami jadi keasyikan bermain, bahkan saking terlalu asyiknya, kami berdua baru pulang petang begini. Bersamaan dengan festival ditutup. Untungnya aku dan Jeno berhasil dapat driver aplikasi grab yang sanggup ke daerah kos-ku.

Meski begitu, jujur, aku sangat senang selama berada di festival sekolah Jeno. Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan suasana festival sekolah. Kalau diingat-ingat, terakhir aku datang ke festival sekolah itu dua tahun lalu. Ya, ketika masih kelas 3 SMA. "Jen?" panggilku.

Jeno menoleh, dia menaikkan satu alisnya sambil sibuk mengunyah makanan. Lucu sekali. "Makasi banyak buat hari ini." kataku sambil tersenyum. "Makasi banyak karena udah ngilangin 'stress-pasca-ujian' aku. Makasi juga karena udah beliin aku lebih dari dua kresek makanan sampe aku jadi kenyang bego."

Jeno tertawa. Dia menyeruput bubble tea-nya sedikit, lalu menatapku lagi. "Harusnya aku yang bilang makasi, Kak. Karena hari ini kakak udah bela-belain dateng buat nonton penampilanku." sahutnya.

Aku diam saja. Bingung harus bereaksi seperti apa. Tapi yang jelas, tampaknya kedua pipiku bersemu merah. "Makasi juga buat bunganya, Kak."

Jeno memperlihatkan buket bunga pemberianku dengan antusias. Dia tersenyum sumringah melihatnya. "Bunganya lucu, aku baru pertama kali ngeliat. Ini namanya apa, sih?" tanya Jeno ingin tahu.

Aku gemas sendiri melihat laki-laki itu meneliti buket bunga di tangannya. Dia seperti anak kecil yang penasaran. "Itu namanya baby breath." jawabku.

"Itu nama bunganya?"

Aku pun mengangguk. Jeno melihatku setengah tak percaya, lalu tertawa sendiri. "Namanya cocok banget, bunga ini emang unik!"

Aku ikut tertawa karena tingkahnya. Jadilah kami berdua sibuk tertawa sambil terus melanjutkan pembicaraan berbagai macam topik selama berada di dalam mobil. Obrolan kami mengalir secara natural, sampai-sampai kami terpaksa menghentikan pembicaraan dan saling diam selama sesaat. Kelelahan akibat terlalu banyak topik yang dibicarakan. Aku melihat ke luar jendela mobil grab, mengamati jalanan yang sudah semakin gelap. Hari ini memang sangat menyenangkan, stress-ku tentang perkuliahan terlupakan untuk sementara waktu.

"Kak Yuni?" panggil Jeno tiba-tiba.

Aku menoleh ke arahnya. "Ya?"

Jeno membetulkan duduknya, lalu menatapku serius. "Kakak, punya pacar?"

Awalnya aku terkejut, tapi kemudian aku tersenyum lirih sembari menatap ke luar jendela lagi. "Punya. Tapi kita lagi break, Jen."

"Kenapa?" tanya Jeno lagi.

"Kita gak sepaham," ungkapku. "Tapi, aku masih sayang sama dia, masih gak rela mutusin. Makanya lebih milih break."

Entah kenapa, aku menceritakan masalah pribadiku pada Jeno. Harusnya ini tidak boleh, tapi secara spontan, aku malah membeberkan semuanya. Hening yang cukup lama terjadi di antara kami berdua. Aku sibuk menunduk seraya memainkan kuku, sedangkan Jeno, entahlah. Mungkin sekarang dia tengah merenung dan meresapi perkataanku barusan?

Breathe || jeno nct ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang