three: his birthday

9.7K 1.3K 84
                                    

Smartphone-ku berdering ketika aku baru saja keluar dari kamar mandi. "Iya, iya, sabar!"

Aku bermonolog seraya berjalan ke meja belajar, berniat mengambil benda yang sedaritadi membuatku kesal itu. Anyway, jangan heran kenapa aku marah-marah begini. Aku sedang badmood sekarang. Cuaca hari ini begitu gerah, bahkan setelah aku mandipun, gerah yang kurasakan belum hilang juga. Menyebalkan sekali, aku memang benci panas! "Halo?" sahutku begitu memencet tombol menerima telepon. Aku terlalu malas melihat siapa yang menelpon dulu.

"Yun! Kamu masih hidup 'kan, ini?"

Aku mendengus pelan. Candaan Hanni kali ini sama sekali tidak lucu di telingaku. "Apaan? Gak usah pake basa-basi-busuk!"

"Elah gak usah ngegas, Mbak!"

Kudengar Hanni tertawa kencang di seberang sana. "Sini deh, ke kos-ku! Daripada marah-marah mulu, lumayan nih ada makan-makan gratis di tanggal tua!"

Seketika raut wajahku langsung berubah. Bibirku terangkat sedikit begitu mendengar penawaran Hanni. Ya, kebetulan sekali aku memang sedang krisis di tanggal tua, jadi sangat memerlukan makan gratis! "Tumben baik, emangnya lagi ada acara apaan, dah?" ujarku dengan nada yang lebih lembut.

"Ini, si Jeno lagi ultah."

Kedua alisku sedikit terangkat. Jeno hari ini ulang tahun? Kenapa aku baru tahu? "O-Oke, aku ganti baju bentar kalo gitu."

Dengan segera, aku mematikan smartphone-ku dan mulai menanggalkan handuk yang membungkus tubuhku. Dalam hitungan detik, kedua tanganku sudah sibuk mengobrak-abrik isi lemari pakaian.

🍑🍑🍑

"Hei! Akhirnya, kamu dateng juga!"

Hanni menyambut kedatanganku dengan heboh. Dia lantas menarikku masuk, lalu merangkulku erat. "Beneran gak apa aku join? Kalian punya makanan lebih buat aku?" bisikku tidak enak.

"Heh, tumben kamu gak enakan gini! Biasanya juga kamu habisin stok mie instan punyaku!" gurau Hanni.

Aku memutar bola mata. Kusikut lengan Hanni. "Beda situasinya, Han! Ini 'kan ultah adik kamu, emangnya dia—"

Belum sempat kuselesaikan kalimatku, Hanni buru-buru membekapku gemas. "Santai aja kali, Yun! Jeno gak keberatan, malahan dia yang nyuruh aku buat ngundang kamu!"

Aku terperangah, lumayan terkejut mendengar hal itu. "H-Hah?"

"Iya,"

Hanni melepas tangannya dari mulutku dan berhenti merangkulku. "Lagian, tadi squad bobroknya si Jeno ngasi sureprise pake delapan pizza ukuran large, coba! Greget banget, gak sih? Gimana caranya kita ngabisin bertiga?!"

"Anjir, hahaha!"

Kami berdua tertawa keras hingga akhirnya sampai di ruang tengah. Di sana sudah ada kak Jeffry dan Jeno. Jeno sedang asyik menerima video call dari teman-temannya, sedangkan kak Jeffry sibuk memindahkan delapan pizza besar ke ruang makan. Begitu Jeno melihat kedatanganku, dia buru-buru menyudahi acara video call-nya. Jeno meletakkan smartphone pribadinya di meja dan segera berdiri. Dia memakai kemeja strip dengan celana jins, rambutnya agak basah seperti habis mandi. Hampir saja aku mengumpat. Jeno terlalu ganteng saat ini.

"Happy birthday, Jeno!" kataku sembari menghampirinya.

Jeno tersenyum hingga menimbulkan eyesmile. Dia pun membalas jabat tanganku. "Makasi, kak Yuni." ujarnya.

Ini ketiga kalinya dia menunjukkan eyesmile manis itu padaku. Jujur saja, aku terkesan sekaligus merasa aneh pada diri sendiri. Tadi, waktu Hanni memberitahu bahwa hari ini hari ulang tahun Jeno–lewat telepon, aku langsung kebingungan mencari pakaian yang pantas sampai akhirnya aku memutuskan untuk memakai terusan hitam ini—karena menurutku ini yang paling pantas untuk dipakai. Aku juga datang kemari menggunakan makeup minimalis. Padahal, biasanya aku datang ke kos Hanni dalam keadaan belum mandi. Satu lagi, waktu Hanni bilang kalau Jeno sendiri yang mau mengundangku kemari, ada euphoria yang muncul. Entahlah, ada apa denganku akhir-akhir ini? Semua hal yang berkaitan dengan Jeno mampu membuatku merasakan euphoria aneh tersendiri.

Breathe || jeno nct ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang