S'buck

1K 177 7
                                    

Akibat Kai yang terlalu semangat berangkat kuliah. Chen belum mengisi perutnya dengan benar. Saat ini dia sedang latihan vocal sama temen-temennya yang lain.

Cacing diperutnya malah ikut demo yang bunyinya ngalahin toak masjid. Untung aja lagi keadaan sepi, coba aja kalau ramai. Udah di pastikan Chen langsung mengubur dirinya hidup-hidup.

"Woi diem diem bae." Teriak Jungkook

"Diem mata lo, ini kita habis latihan bego." Jimin mahasiswa baru yang dikenal dengan wajah malaikat mengeluarkan sifat aslinya.

"Mampir S'buck yuk. Pengen ngopi gue." Kata senior yang lain.

"Cus kuy." Chen yang paling semangat.

Mereka lagi jalan ke seberang, dari sekian banyak anak mahasiswa baru. Cuma Chen yang waktu nyebrang digandeng. Dikawal kayak anak Presiden. Mau nolak gak bisa, yang cowok udah pada mepet-mepet dia.

Chen merasa tidak enak hati dengan anak perempuan di kelasnya.

'Jangan salahin gue. Anjir, berasa kayak mau ditumbalin gue sama mereka.'

Harap dimaklumin, Chen sudah terlahir dengan keimutan yang hakiki tidak bisa diganggu gugat.

Pas udah sampai tempatnya Chen mampir kamar mandi dulu. Dia enggak mau barengan sama temen-temennya.  Di kamar mandi dia basuh muka. Benerin rambutnya yang tadi sempet kena angin.

Chen mengambil ponselnya menghubungi seseorang.

"Di mana?"

"Kampuslah."

"Gue lagi di S'buck, mau nitip gak?"

"Americano satu yang dingin."

"Eh, sejak kapan lu bisa minum americano. Gak ada, kayak biasa aja Green tea latte."

"Ya udah terserah. Gue lagi latihan nanti gue telpon balik."

Chen menuju pintu utama S'buck untuk memesan. Teman-temannya sudah berada di bagian belakang tempat tersebut.

Ia menghampiri kasir tampan yang sedang melayani pembeli di depan Chen.

"Zhang Yixing." Chen mengeja nama kasir yang merangkap menjadi barista itu.

"Eh, dia yang waktu itu di-prank sama Kai."

Telah sampai giliran Chen untuk memesan.

"Selamat pagi. Mau pesan apa?"

"Emm. Ice americano grande satu. Ice Green tea latte grande satu. Eclair chocolate dua, redvelvet cake satu. Sandwich tuna satu."

Chen menyebutkan semua pesanannya.

"Ada lagi yang mau di tambah. Udah coba cold brew, kopinya lebih terasa atau mau di tambah expresso."

Chen menggeleng, "Eh, tapi kalo ditambahin yang lain boleh gak?"

"Boleh." Jawab Lay yang sedang mengambilkan pesana kue Chen.

"Kalau gitu tambah kontak WA kamu." Chen menggoyang-goyangkan ponselnya.

Lay pura-pura tidak mendengarkan perktaaan Chen barusan. Padahal ia tersenyum dan wajahnya memerah. Dia lebih memilih menotalkan jumlah pesanan chen, dan mulai meracik minumannya.

Chen yang didiamkan merasa tersakiti, Kai saja bisa gagal apalagi dia.

'Gini amat dah. Dikacangin gue, sakit banget.'

Maklum efek orang lapar agak sensian dikit.

"Ini pesanananya."

Lay memasukkan semua pesanan  ke dalam kantong belanja. Chen menerimanya. Ingin segera berlalu dari tempat tersebut.

"Maaf, anda lupa membayarnya."

Lay memanggil Chen.

Sungguh sudah ditolak lupa membayar pesanan pula.

Kali ini rasanya dia sangat malu, lebih memalukan daripada saat dia menjadi pusat perhatian satu kampus.

"Ah iya maaf."

Chen menundukkan kepalanya. Mencari dompet yang berada di dalam tas coklat tersebut.

"Berapa semuanya?"

Chen membuka dompet mengambil beberapa lembar uang yang akan ia bayarkan.

Lay tersenyum menunjukkan ponselnya kepada Chen.

"Bayarnya pakai kontak WA kamu aja."

Keduanya saling tertawa, Chen bahkan menutupi wajahnya yang terasa panas.

Lay memberikan ponselnya kepada Chen, menyuruh pemuda tersebut menulis digit angka pada layar handphonenya.

"Eh, tapi ini semua berapa?"

Chen mengulangi lagi pertanyaannya, bagaimanapun dia pembeli di sini.

"Tidak usah. Aku yang traktir."

Chen menggeleng, dia bahkan belum mengenal senior di depannya ini sama sekali.

Lay mengatakan tidak masalah, lagi pula ini bertepatan dengan hari ulang tahunnya.

"Anggap saja aku sedang menaktirmu Chen."

Chen membungkukkan badannya, "Terima kasih Lay sunbae dan selamat ulang tahun."

Lay tersenyum melambaikan tangannya kepada Chen yang sudah keluar dari cafe.






***




Chen mendatangi Kai, memberikan pesanan milik sepupunya itu.

"Item, minum dulu nih."

"Hmm, manggil gue item kumat lagi. Gue cipok baru tahu rasa lo."

Kai melihat makanan yang dipesan Chen.

"Banyak bener, awas gendut entar."

Chen tidak perduli, "Yang gendut kini yang dicari."

"Maksud lo berisi kali. Gendut sama montok beda."

"Gue bukan duren." Memakan sisa potongan terakhir.

"Jangan banyak-banyak makan manis entar diabetes."

Kai mengusap sisa cream pada sudut bibir Chen.

Chen mengambilkan sandwich tuna dan diberikannya kepada Kai.

"Eh, tapi kayaknya gue deh yang bakal kena diabetes."

Chen menghentikan aksi minumnya menatap Kai seolah tidak mengerti apa maksud sepupu hitamnya ini.

"Kok bisa?"

"Iyalah setiap hari aja mandangi elo yang manisnya kayak gini. Gimana enggak diabetes coba."

Bruusshh

Chen menyemburkan sisa Americano yang masih ada di mulutnya.

"Anjir, kopinya jadi tambah pait waktu lu ngomong kayak gitu."

Untung yang nyemprot ini kopi Chen, mungkin kalau ini Hoseok atau Mingyu udah dipastikan tidak ada lagi yang namanya hari esok.

"Cepet sana latian biar bisa cepet pulang."

Chen melanjutkan menikmati hidangan sarapan pagi yang tertunda. Kai harus membersihkan wajahnya terlebih dahulu dari sisa kopi akibat ulah Chen.

"Baru juga sehari bisa nge-prank anak orang, langsung kena balasan yang menyakitkan sama saudara sendiri. Salah gue apa coba."

Kai mengusap wajahnya yang telah bersih, melanjutkan latihannya yang sempat tertunda akibat saudara pendeknya itu.

Prank (BXB) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang