Pameran

842 118 18
                                    

Di malam setelah Kai mengantar Chen pulang ke rumah. Mungkin itu termasuk salah satu bahwa Tuhan mulai merangkai sebuah benang merah untuk keduanya.

Keakraban diantaranya mulai terjalin. Saling melempar sapaan atau candaan di saat berkumpul. Tak segan menceritakan masalah satu sama lain.

Seperti saat ini Kai yang menunggu Chen selesai mata kuliah terakhirnya. Mereka mempunyai rencana untuk mengunjungi beberapa pameran yang sedang digelar.

Chen mendekati Kai yang sedang asik menikmati lantunan musik dari handphone-nya. Sesekali menggerakkan badannya mengikuti irama yang mendekati. Menepuk pundak namja berkulit tan yang sempat tidak menyadari kehadirannya.

"Lama ya?"

Kai menggeleng, mengucapkan bahwa ia tidak terlalu lama menunggu Chen.

"Chen."

Sang pemilik nama menghentikan langkahnya.

"Ya."

"Lo ketinggalan sesuatu gak?"

Chen memeriksa kembali barangnya yang berada di dalam tas. Melihat saku kanan dan kirinya. Menggeleng saat tidak menemukan apapun.

"Lo gak sadar ya. Lo ninggalin gue, sebagai masa depan lo."

"Apaan sih lo Kai gak jelas deh."

Chen memukul pundak Kai sambil tersenyum malu.

"Siniin tangan lo."

Chen memberikan tangan kirinya. Kai yang melihat harus memutar bola matanya malas. Dia bahkan berada di samping kanan Chen. Tapi pemilik senyum kucing ini malah memberikan tangan kirinya.

"Tangan satunya."

Chen mengganti tangannya. Menunjukkan tangan kanannya kepada Kai. Kai menggengam tangan tersebut.

"Nah, kalau gandengan gini kan. Gue gak bakal ilang."

Chen sedikit meremas genggaman tangannya. Membuat Kai sedikit meringis merasakan remasan yang diberikan.

"Sakit, jangan nyakitin masa depan dong. Nyesel nanti lo."

"Alah bilang aja mau modus kan lo."

Kai hanya tersenyum. Ia mengajak Chen untuk melanjutkan tujuan mereka melihat pameran.

Chen bahkan tidak merasa protes saat Kai menggenggamnya. Genggaman tangan tersebut bahkan tidak terlepas hingga mereka sampai tempat parkir.

Kai menyalakan kendaraannya setalah Chen selesai menggunakan helm.

"Lo gak bosen kan. Kalo kita naik motor terus."

Chen yang sudah berada di atas motor, memegang jaket yang Kai kenakan.

"Emang tampang gue tipe orang yang milih-milih kendaraan ya. Buruan cabut, entar bisa kesiangan kesananya."

"Siapa tau lo bosen. Takut item karena kepanasan naik motor."

Kai melajukan kendaraannya.

"Emang gue cewek apa. Gue suka lo apa adanya kok."

Chen memelankan kalimat terakhirnya. Bunyi laju motor yang tercipta bahkan membuat Kai tidak terlalu mendengar jelas perkataan Chen yang terakhir.

"Lo bilang apa?" Kai sedikit mengeraskan suaranya.

"Emm.. tadi gue bilang gue ... gue suka naik motor."

Chen tertawa hambar. Dia benar-bener tidak menyangka bisa mengeluarkan kalimat seperti itu.

'Aduh. Mampus, untung gak denger dia.'

Prank (BXB) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang