Letter

1.3K 169 18
                                    

Kamu melanjutkan lagumu yang sempat tertunda dan menyelesaikannya. Kamu menyanyikan sepotong lagu itu dengan lembut di studiomu.

"Walau semua hanyalah pura pura

Walau aku mengecewakanmu
Walau semua sudah berakhir

Kau selalu ada
Menjadi bagian nostalgiaku
Menjadi sebagian besar hidupku

Karena itu
Aku sungguh berterima kasih
Telah bersamaku
Sampai akhir"

Kamu menyerahkan lagu itu pada manejermu dan kembali ke kamarmu. Sudah seminggu lebih kamu hanya mengurung dirimu di kamar. Mengapa? Selain karena masalahmu, hubunganmu dengan RM menjadi canggung. Seperti ada yang membuatnya berbeda. Tatapannya bukan lagi seorang yang tulus menyayangimu. Melainkan seseorang sehabis melihat pembunuh berantai.

"Terlalu berharapkah aku?" gumammu hendak kembali memasuki kamarmu.

"(Y/n)-ah tunggu!" Jimin yang berteriak memanggil namamu sontak membuatmu menoleh sebentar.

"Ada apa hyung? Mau ngajak main game lagi? Mianhae tapi aku mau di kamar aja," ucapmu tanpa tahu apa yang ingin disampaikan.

"Tunggu, aku pengen ngomong sesuatu," balasnya dengan serius.

"Benarkah? Kalau gitu tunggu sebentar," kamu melangkah menuju kamarmu dan bermaksud mengabaikan Jimin.

Namun tampaknya dia lebih peka dan menarik baju belakangmu.

"Hey! Mau kemana? Pengen kabur ya?" canda Jimin namun kamu menanggapinya dengan serius dan menimbulkan masalah.

"Kabur? Kata siapa? Emang aku kelihatan pengen kabur? Jangan pandang aku kaya pengecut! Emang apa salahnya aku pengen sendiri?!" bentakmu membuat Jimin kaget dan menundukkan kepalanya menyesali candaannya.

"Jangan ganggu aku," kamu kembali ke kamarmu, sedikit menyesal karena kamu tidak bermaksud membentaknya.

"(Y/n)-ah sejak kapan kamu jadi ga sopan sama hyungmu? Di mana kesopananmu?" Yoongi yang tampaknya sedikit tidak suka melihatmu membentak Jimin yang lebih tua darimu melontarkan kalimatnya.

"Suga hyung, mungkin (y/n)-ah ada masalah. Dia mungkin pusing," Hoseok memberi alasan untukmu.

"Aku tidak peduli. Yang jelas dia membentak kepada seorang yang hanya pengen ngomong sama dia? Ditambah Jimin lebih tua darinya," Yoongi menatapmu dengan tatapan dinginnya.

"Suga hyung," Hoseok yang tampaknya hanya pasrah dan memintamu meminta maaf pada Jimin.

Kamu hanya diam. Bungkam.

"Suga hyung serius deh. Ga usah sampe minta maaf kali," Jimin berusaha menetralkan suasana yang suram ini.

Kamu menatapnya lama lalu kamu melangkahi kakimu dan membungkuk 90 derajat pada Jimin.

"Mianhae Jimin hyung," ucapmu tetap dalam keadaan membungkuk.

"Iya iya. Sekarang berdiri aja ga usah bungkuk gitu," Jimin menepuk punggungmu lembut dan kembali bercanda dengan Jin dan Hoseok yang sedang meredakan emosi Yoongi.

"Eh Jimin hyung, nanti aku sempetin dateng ke kamar hyung kalau hyung mau ngomong," ucapmu dan disambut senyumannya.

Kamu kembali ke kamarmu. Menyalakan ponselmu dan mendapatkan sebuah surat dari seorang yang sama ketika ia memberimu bola kristal itu. Kamu mendapatinya mengirim surat padamu secara pribadi.

'Annyeonghaseyo Bangtansonyeondan, annyeong (y/n) oppa. Sudah lama ya sejak aku memberimu sebuah bola kristal saat fansign. Apa oppa masih menyimpannya? Atau mungkin sudah bernasib di tempat sampah? Aku masih berharap disini membalas suratku yang bahkan seabad kemudian tidak akan dibaca olehmu. Haha. Lucu kan? Setidaknya aku pernah memegang tanganmu yang lembut itu. Oppa, saat kita pertama kali bertemu secara langsung, saat itu aku sedang menderita kanker stadium 2. Jangan merasa menyesal. Aku sengaja menyempatkan waktuku untuk menemuimu dan member lainnya sebelum semuanya berakhir. Aku kira tidak ada yang tidak mungkin. Siapa tahu penyakitku akan pergi dan aku akan sembuh setelah melihat kalian. Namun dokter mengatakan kalau aku terlalu berkhayal dalam duniaku sendiri. Oppa, sebelum aku pergi, aku lihat oppa sedang mengalami kesulitan ya? Jangan menyerah ya. Aku disini juga sedang berjuang melawan penyakitku. Ayo kita berjuang bersama. Sampai mungkin suatu saat nanti kita diperbolehkan bertemu hanya dengan kontak mata. Aku belajar, aku akan mencintai diriku apa adanya. Aku akan belajar menerima diriku. Sebelum aku mengakhiri surat ini, aku ingin bertema kasih. Terima kasih telah menghiburku. Terima kasih telah membuatku tertawa dengan tingkahmu yang lucu itu. Walaupun sekarang sudah jarang terlihat. Aku merindukan tingkah konyol maknae line. Aku merindukan daddy jokes Jin oppa. Aku merindukan savage-nya Suga oppa. Aku merindukan tawaan Jhope oppa. Aku merindukan RM oppa yang bijak sekaligus seperti anak kecil. Aku merindukan semuanya. Aku ingin bertemu dengan kalian. Jangan berubah ya. Aku sayang kalian melebihi apa pun. Terima kasih telah menjadi keluargaku. Terima kasih atas semua lagu kalian yang menenangkan batinku. Jangan berubah, jangan berpisah, jangan terpecah, jangan lupakan aku.'

Sontak kamu meletakkan ponselmu dan menahan gejolak hatimu yang kini tak karuan.

"Kenapa kamu begitu menyayangi seseorang yang bahkan tidak bisa kamu gapai? Mengapa kamu berkhayal terlalu jauh?" gumammu lalu kembali mengambil ponselmu dan membalasnya secara pribadi lagi.

'Siapa namamu?'

TING

'Apa ini (y/n)-ssi? Mianhae dia sudah pergi kembali ke atas sana'

'Jinjja?!'

'Ne, terima kasih telah membaca suratnya. Kuharap kamu mengingatnya dan menyimpan hadiahnya'

Kemudian kamu hanya termenung.

"Wae? Kenapa orang baik selalu pergi duluan? Wae?" ucapmu mematikan ponselmu dan menenggelamkan mukamu di bantal.

Crystal || Park Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang