Jinjja?

1.4K 157 2
                                    

"Yak, kapan mulainya?" teriak Jimin kesal karena staff masih memperbaiki mic-nya yang rusak.

"Sabar," cetusmu. "Benerin dong kalo mau cepet."

Tidak lama kalian mulai bernyanyi. Tepatnya rap. Jhope, RM, dan Suga tentunya berada di atas angin. Sedangkan Jimin benar-benar berada di bawah.

"Kau payah hyung," ucapmu menepuk pundaknya ringan dan Jimin hanya mengerucutkan mulutnya tidak senang.

Kalian bermain sampai puas dan diakhiri dengan game T O D sesudah live berakhir.

Tidak lama kamu pergi ke taman mencari udara segar. Ya taman yang selalu kamu kunjungi ketika kamu bosan dengan para hyungmu.

"You are the cause of my euphoria
Hey yeah yeah yeah yeah yeah
Uuuuu
Hey yeah yeah yeah yeah yeah
Euphoria
Take my hands now
U are the cause of my euphoria," senandungmu menemani dirimu yang kini tengah duduk di dekat sungai yang mengalir.

"Wah, sedang apa sendirian? Ga kesepian?" tanya seorang perempuan yang sekarang telah duduk disampingmu. Menatap lurus ke depan.

"Aku hanya bosan. Jadi kesini deh," jawabmu kembali menatap sungai yang masih mengalir. Memantulkan sinar bulan yang menyinari wajahmu kini.

"Ngomong ngomong, siapa kamu? Orang baru dekat sinikah?" lanjutmu.

"Menurutmu aku siapa?" tanyanya balik membuatmu mengerenyitkan dahi.

Kamu tidak menjawab dan disambut dengan tawa darinya.

"Lucu banget sih. Eh, ngomong ngomong kamu punya orang yang sudah meninggal?"

"Ga. Kamu?"

"Punya. Eommaku meninggal baru baru ini," jawabnya datar.

"Oh. Turut berduka cita," jawabmu pendek.

"Kenapa lagi ada masalah? Kalau ada cerita aja. Mulutku ga akan jadi ember koq. Pendek amat jawabnya," cetusnya menampilkan muka tidak suka.

"Yak, terus seharusnya aku bilang apa? Jawab selamat atas kematian eommamu gitu?"

"Nah gitu dong! Jawabnya ada ekspresi," tawanya begitu bahagia walaupun hanya kamu jawab dengan asal.

"Eh, eommamu kemana?" tanyanya kini serius menatap dirimu yang sedang membatu.

"Aku tidak punya eomma," jawabmu dingin. Entah takut luka yang sudah membaik itu kembali terluka.

"Jinjja? Haruskah aku memberimu seorang eomma?" ucapnya.

"Aniyo, aku sudah bahagia dengan hidupku sekarang," kamu menatapnya yang sedang memandangi langit malam.

"Kamu ga punya orang buat nemenin kamu? Maksudku yang menggantikan eommamu?"

"Pengennya sih ada tapi ada halangan. Jadi ga bisa deh. Padahal aku sayang banget sama eomma. Dia segalanya. Bahkan disaat kematiannya pun dia tetap mendahulukanku. Aku seperti kehilangan malaikatku. Kau tahu aku menyayanginya melebihi semua termasuk diriku sendiri."

"Kemana appamu?"

"Ah.. Dia sedang bekerja..," jawabnya ragu.

"Kalau teman?"

"Dia lagi benci sama aku. Lagi ngejauhin aku. Di bahkan terlibat dalam pembunuhan eommaku."

Kamu tidak mendengar bagian itu dan memintanya mengulangi perkataannya.

"Ah ga jadi. Angin lewat," candanya sambil mengibaskan tangannya.

"Eh pernah punya teman kan? Nah kalau kamu tau kalau dia bukan anak kandungnya terus kamu bakal gimana?" tanyanya dengan senyum walaupun kamu tahu kalau senyumnya itu menyiratkan sebuah luka dalam hatinya.

Kamu berdiam diri. Memikirkannya.

"Akan kutemani. Mungkin kalau aku bisa membantunya keluar dari masalahnya, aku akan melakukannya semampuku. Aku akan berada disisinya sampai dia bisa berdiri sendiri," ucapmu akhirnya.

Tanpa kamu sadari, dia tersenyum kecil.

"Jeongmal gomawoyo," balasnya pelan.

"Emang ada apa?"

"Ga apa apa. Nitip pesen ya. Jangan terlalu larut dalam kesedihan ataupun penderitaan. Terus berjuang karena kamu ga sendiri. Jangan jadi lemah. Jadilah yang terkuat. Aku menunggumu. (Y/n) eonni," ucapnya membuatmu menoleh ke arahnya yang kini sudah menghilang.

"Sebenarnya siapa dan apa itu tadi?" gumammu berusaha memahami keadaan.

"(Y/n)-ah! Dicariin eh malah ke sini lagi!" oceh Jimin yang tiba-tiba memukul topimu sampai menutupi mukamu.

"Bisa ga sih jangan rusak barangku," ucapmu menonjok perutnya.

Kalian kembali ke dorm. Entah hanya perasaanmu atau memang benar dibelakang kalian ada yang mengamatimu dari jauh.

"Jimin hyung," panggilmu dan ia pun menoleh.

"Ne?"

"Lari yuk," ajakmu lalu kalian berlari sampai dorm.

Sesampainya kalian di dorm, kalian makan malam dan kamu membantu Jin mencuci piring. Sesudah beres, kamu pergi ke kamar Jimin.

"Jimin hyung, besok aku ingin melayat seorang army. Bisa temani aku?" tanyamu.

"Jinjja? Wah aku kira kamu mati duluan," candanya membuatmu menampilkan muka flat. "Oke akan kutemani. Tapi sehabis itu ikut aku ke kafe kucing ya."

"Bukannya kita bakal latihan buat comeback?" kamu heran dengan jawabannya.

"Ya buat refreshing sebentar napa," Jimin beranjak dan memberimu voucher ke kafe kucing.

"Selamat tidur," ucapmu bangun dan kembali ke kamarmu.

"Selamat tidur," balasnya sebelum pintu itu tertutup.

Dalam kamar, kamu membuka jendela kamarmu mencari angin segar. Merenung. Memikirkan apa yang selanjutnya harus kamu lakukan. Memikirkan perbuatanmu ketika saatnya sudah tiba untuk kalian berpisah.

Crystal || Park Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang