Time to Leave

1.4K 137 3
                                    

Benci hanya itu yang kaurasakan kini.

Kamu melangkah melewati mereka dan ternyata mereka perlahan menghindari kamu.

"Ayo, kembali ke dorm," bisik RM menyuruh mereka masuk. Mereka mengangguk dan menghilang dibalik pintu dorm.

"Oh ya darimana kamu bisa punya pistol?" tanya polisi itu melepas borgolmu sesudah sampai di kantor polisi.

"Menurutmu darimana?" tanyamu balik.

Polisi itu memasang tampang bego.

"Yaa seharusnya kau yang jawab!" balas polisi itu sesudah berapa menit memasang muka seperti orang bego.

"Aku dapat dari orang itu," jawabmu menatap polisi itu dengan sangar.

Gelisah. Takut. Marah. Kesal. Semuanya bercampur aduk. Kau bahkan merasa mual karena memendam semuanya. Ingin rasanya memuntahkan isi perutmu di muka orang yang kau paling benci. Ya. Appamu.

"Kenapa kamu mengambilnya?"

"Pertahanan diri."

"Eh? Maaf tapi apa?"

"Pertahanan diri. Kau tahu aku bukanlah seorang yang lebay sampai harus membawa pistol kemana pun. Aku bisa taekwondo dan instingku juga tajam. Tapi 1 hal yang akan kukatakan. Dia mencoba untuk membunuhku dengan alat ini."

"Nanti akan kupastikan lagi."

Polisi itu memasukan berkas-berkas ke dalam tasnya dan kembali melontarkan pertanyaan.

"(Y/n)-ah, sebenarnya apa gendermu?"

"Haruskah kujawab?"

"Aku tahu kamu seorang perempuan," ucapnya lalu memberimu beberapa foto yang entah dari mana asalnya yang menampilkan foto keluargamu dulu.

Seorang bayi dengan kedua orang tua yang terlihat bahagia ditambah dengan kehadiran seorang anak perempuan dengan rambut hitam sebahu  di tengah memasang senyum lebar. Seolah tidak masalah. Aku tidak apa-apa.

Ini.. menyakitkan.

"Ini dari appamu," polisi itu kembali mengucapkan hal yang kau benci.

"Bakar."

Beberapa detik polisi itu terdiam. Mematung melihat foto itu yang kau tatap dengan liar. Seolah itu adalah hal terburuk yang pernah kau lihat.

Satu kalimat yang ia lontarkan," Kenapa?"

Ada ribuan caci maki yang telah kau lontarkan dalam hati. Tidak ada satu pun yang keluar. Tapi yang keluar hanya, "Entah."

"Hmm. Nanti akan kudatangi lagi untuk penjelesan lebih lengkap. Sekarang kamu boleh pulang dan appamu kuantarkan ke rumah sakit dulu," tanpa basa basi lagi ia pergi mengangkut badan penuh darah itu ke dalam mobilnya dan melaju dengan cepat.

Kamu melangkahkan kakimu menuju dorm.

Kini kamu melirik muka mereka. Semuanya penuh dengan pertanyaan. Baik kamu sendiri maupun mereka.

"(y/n). Kamu. Berbohong ya," ucap Jungkook perlahan.

Kamu memberanikan diri menatap mata mereka.

"Berbohong apa?" tanyamu memiringkan kepalamu lalu memasang sebuah senyuman kecut.

"Bisakah kamu mengaku? Disini sudah ada buktinya (y/n)!!" bentak Suga menggebrak meja dengan keras sontak membuatmu kaget.

"(Y/n)-ah, kenapa?" tanya JHope cemas sekaligus kesal. "Kenapa kamu berbohong tentang diri kamu? Bukankah kita ini keluarga? Setidaknya mengakulah kalau kamu perempuan."

Mendengar itu kamu menundukan kepalamu. Serasa ditampar keras, badanmu bergetar hebat.

Diamlah yang menjadi solusimu sekarang.

RM mencoba mendekatimu. Dalam langkah pertama RM sudah dihentikan oleh PD-nim. Ia menggelengkan kepalanya sambil menarik RM kembali ke tempatnya.

Setengah berbisik kamu berkata, "Mianhaeyo."

"Semua tidak bisa beres dengan maaf (y/n)-ah. Kau sendiri tahu kalau akan ada konser comeback kalian bukan? Bagaimana jika Army tahu? Tidakkah kamu berpikir jauh kedepan?" PD-nim memijit keningnya pelan lalu menghela nafas.

"Aku tidak menyangka akan dibohongi olehmu. Benar-benar tidak menyangka," lanjutnya lagi.

"Mianhae. Jeomal mianhaeyo hyung, PD-nim," kini air matamu medesak keluar membasahi pipimu.

PD-nim hanya mengangguk dan bertanya pada hyungmu apa yang akan dilakukan sesudah ini. Bahkan para Army sudah tau akan hal ini.

"Aku akan keluar dari group," ucapmu membuat RM sontak berteriak kaget.

"Hey! Apa maksudmu!" bentak Suga yang kini sudah tidak memandangmu dongsaengnya.

"Aku akan keluar. Aku tahu diri hyung."

"Oppa," balas Taehyung pendek.

"Ah ya. Maaf oppa."

"Selesaikan comeback kalian dulu dan sesudah itu kau boleh keluar," balas PD-nim membuat RM tidak setuju.

RM benar-benar membelamu habis-habisan. Entah kenapa. Itu hanya membuatmu merasa tertekan.

"Hey, RM oppa. Hentikan. Kumohon. Itu membuatku semakin merasa bersalah."

"Tapi-"

"Sudahlah. Aku akan pergi. Keputusanku sudah bulat. Tolong jangan menghalangiku," ucapmu memaksakan senyummu.

Sesekali kau melirik Jin yang berdiri mematung. Kamu tahu. Dialah yang paling syok disini selain Jimin saat dia bangun nanti. Kamu tidak pernah menutupi apa pun selain gendermu padanya. Sehingga dia selalu percaya padamu.

"Jin oppa. Mianhae."

"Wae?" akhirnya Jin bersuara dengan serak.

"Karena aku adalah pembohong."

"Setelah semua yang kita lalui? Kamu bohong kan?"

"Aku bohong padamu Jin oppa, dan semuanya, jeongmal Mianhae!" kamu membungkuk membiarkan air matamu jatuh membasahi lantai. Kamu benar-benar menyesal. Dari semua hari mengapa harus terjadi sekarang?

"Sudahlah. Semuanya kembali ke kamar kalian. Besok latihan seperti biasa ya termasuk kamu (y/n)-ah," ucap PD-nim lalu memperbolehkan kami beristirahat.

Kamu berlari ke kamarmu. Menumpahkan semua air mata yang tersisa pada bantalmu.

Berakhir sudah. Maaf Jimin..

Crystal || Park Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang