Lee Daehwi

3.3K 197 0
                                    

Daehwi memasuki sebuah cafe dengan tas punggung yang masih setia bertengger di punggungnya, ia mengedarkan matanya ke seluruh penjuru cafe lalu menangkap seseorang yang sedang duduk di pojok dan menghadap jendela. Daehwi sedikit berlari, kamudian menutup mata seseorang yang sudah menantinya itu dari belakang

“hai Lee Daehwi” ucapku dengan senyum manis yang terukir di bibirku

Daehwi melepas tangannya dari mataku, mempoutkan bibirnya lalu sedikit menghentakkan kaki saat berjalan menuju tempat duduknya, yakni dihadapanku. Kini kedua tangan nya menyilang di depan dadanya, Daehwi masih enggan menatapku, ia memalingkan wajahnya ke arah luar cafe

“Daehwi-ya, liat apa yang aku bawa”

aku mengeluarkan sesuatu dari tasku, bentuknya tidak besar juga tidak kecil. Namun itu tidak mempan, Daehwi masih enggan menatapku. Ku angkat tanganku memanggil pelayan untuk membawakan pesananku yang kupesan sebelum lelaki didepanku ini datang

Pesanan itu datang, acara ngambek Daehwi pun terganggu, akhirnya Daehwi mau menatapku. Tidak, tidak langsung menatapku, melainkan menatap ice cream yang ada dihadapannya terlebih dahulu baru menatapku, wajah yang asalnya tanpa ekspresi pun menunjukkan perubahan, bibir Daehwi kini mulai melengkung kebawah, menandakan dia akan menangis, namun aku segera menangkup wajahnya

“jangan ngambek lagi ya”

Daehwi mengangguk, ia mengeluarkan ponselnya dari saku seragamnya, memotret ice cream lucu yang berada dihadapannya. Setelah puas memotret Daehwi pun menggeserkan mangkuk ice cream itu ke sisi lain, lalu mengambil hadiah yang ku berikan dan membukanya. Matanya berbinar, bibirnya membentuk senyum yang sangat ku sukai, saat melihat isi dari kotak yang ku berikan, tak henti hentinya ia menyentuh barang itu

“kok bisa dapet? Aku nyari nyari ini ke toko lilin langgananku tapi gak pernah ada lho” ucapnya sembari mengusap kotak berisi lilin berbentuk bunga pemberianku

“aku belinya waktu kemarin pulang ke Indonesia, aku mampir ke Bali karna inget kamu lagi cari lilin itu”

Daehwi beranjak dari duduknya dan menghampiriku di tempat dudukku, lalu memelukku erat, aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah kekasihku itu. Daehwi kembali ke tempat duduknya lalu memakan ice cream yang sedari tadi diabaikannya, yah sudah mulai mencair sih.

Lelaki itu memakan ice cream itu sedikit sedikit, lebih hati hati dan lebih sedikit dibanding aku saat memakannya, saat ice cream daehwi masih setengah, milikku sudah habis tidak bersisa

“aku mau cari barang, temenin ya” ucap Daehwi tanpa mengalihkan pandangannya dari ice cream yang sedang dimakannya

Aku mengangguk tanda setuju, tak sedikitpun ku alihkan pandanganku dari Daehwi, menatapnya lalu tersenyum, kufikir betapa berharganya Daehwi buatku. Daehwi mulai mengoceh mengenai harinya disekolah, raut wajahnya berubah ubah, dari senang, sebal, dan mengejek, aku tertawa dibuatnya, dia mengoceh seperti anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya. Melihatku tertawa lepas, daehwi pun ikut tertawa

“cepet habisin, ini udah mendung, takut hujan”

Daehwi mempercepat sendokan demi sendokan ice cream kedalam mulutnya, lalu beranjak dari duduknya dan tersenyum ceria menatapku, menyodorkan tangannya ke arah tanganku, tanganku meraih tangannya yang kecil itu, kami bergandengan

“ayo pergi”

.

.

.

Satu tahun kemudian, Daehwi lulus dari sekolah menengah atasnya, namun ia membawa kabar sedikit buruk bagi kalian karena Daehwi memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di Los Angeles, tempat masa kecilnya dan itu artinya, kalian akan menjalani Long Distance Relationship. Kamu sedikit kecewa pada keputusan Daehwi, namun Daehwi meyakinkanmu bahwa kalian takkan berpisah hanya karena jarak dan perbedaan waktu, Daehwi menjanjikan untuk selalu menghubungimu seberapapun ia sibuk nantinya dan berakhir pada kamu yang membulatkan keputusanmu bahwa kamu rela mengirim Daehwi ke Los Angeles untuk melanjutkan sekolahnya

Beberapa tahun kemudian...

Sekarang Daehwi sudah berdiri dihadapanku, dengan rambut yang ia biarkan sedikit berantakan, memakai t-shirt polos hitam, kemeja kotak kotak berwarna hitam dan orange, ripped jeans dan sneakers berwarna hitam, tak lupa senyum yang selalu kurindukan pun ia tunjukkan saat ini dihadapanku. Kupandangi Daehwi dari atas sampai ke bawah

"Gausah kayak gitu deh liatinnya, aku tau aku ganteng"

Aku sedikit terkekeh mendengar penuturan Daehwi yang sangat percaya diri itu, kakiku kulangkahkan mendekat pada Daehwi kemudian merangkulkan tanganku pada lengan kirinya

"Ayo, nanti keburu sore jangan kebanyakan muji diri sendiri"

"Nah kan mulai lagi kan" Daehwi kini menyilangkan tangannya di dada sambil sedikit mempoutkan bibirnya

"Nanti aku gak ada bahan buat muji kamu sayang kalo kamunya muji diri sendiri terus"

Pipi Daehwi bersemu, tangan yang asalnya menyilang di dada pun berpindah ke bahu kiriku untuk merangkul tubuhku dan semakin mendekat pada tubuhnya

"I love you (y/n)"

Kini Daehwi mendaratkan bibirnya tepat di keningku, mengecup keningku lebih lama dari biasanya, aku merasakan betapa Daehwi mencintaiku lebih dari apapun. Kupeluk  Daehwi erat

"I love you too Hwi, my prince charming"

Daehwi melepas pelukan kami, kemudian meraih tanganku, digenggamnya dengan erat tanganku itu, dan sedikit diayunkan. Kami berjalan menyusuri pinggiran sungai Han, kupandangi tanganku dan tangan Daehwi yang saling bertautan, aku tersenyum karena memang selalu sebahagia ini jika bersama Daehwi

"Aku mau lamar kamu nanti, kamu gaboleh nolak loh ya kan kamu suka banget sama aku"

Daehwi berkata tanpa menoleh ke arahku, tubuhku menengang. Daehwi yang merasakan perhentian langkahku pun akhirnya membalikan badannya menghadap ke arahku, Daehwi tertawa melihat reaksiku, aku masih mematung sedangkan Daehwi sudah melangkahkan kakinya semakin mendekat pada tubuhku, kemudian mencondongkan kepalanya ke arah telingaku

"(y/n), kan aku bilang nanti, bukan sekarang, kenapa kamu kagetnya sekarang?"

Daehwi mengambil langkah seribu, melangkah mundur namun tubuhnya tetap menghadap ke arahku, wajahku yang sudah berwarna seperti kepiting rebus pun tidak dapat disembunyikan lagi, kubawa kakiku untuk berlari mengejar Daehwi yang sekarang sudah hampir 15 meter jauhnya dihadapanku

"Yaa David Lee! Liat aja ya aku gelitikin sampe nangis nanti!"

aku sibuk berteriak, tanpa peduli orang orang sedang memperhatikanku, sedangkan jauh 15 meter didepanku, Daehwi sudah membentuk lovesign dengan tangannya pada kepalanya

"I LOVE YOU (Y/N)" Daehwi berteriak semampunya, aku melihatnya dari kejauhan hanya bisa tersenyum, kemudian membalas membuat lovesign dengan tangan pada kepalaku

Lee Daehwi, dengan happy virusnya yang selalu membuat moodku kembali baik saat aku berada didekatnya, segala perilakunya selalu berhasil membuatku gemas dan kesal secara bersamaan. Lee Daehwi, lelaki yang sedikit kekanakan namun selalu bersedia berada di sisiku kapanpun aku membutuhkannya. Lee Daehwi, aku dan dia selalu melewati hari dengan happy virus yang Daehwi miliki, sehingga aku tidak pernah sedikitpun merasa sedih atau kesepian saat bersamanya.

WannaOne ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang