GADIS itu terduduk di sebuah kursi yang menghadap jelas sang manusia berbaju jas putih itu. Dia menangis, mencengkram kertas yang ia pegang itu. Air matanya terus mengucur. Mengalir dari pipinya yang chubby itu. Membasahi kertas putih yang ia cengkram sekarang.
"Maafkan saya, nona." ujar lelaki didepannya ini.
"A-Apakah penyakitku bisa disembuhkan?" tanya Jisoo menatap wajah sang dokter.
Dokter itu menghela nafasnya lemah. "Mungkin—"
"Penyakit ini bisa disembuhkan kan, dok? Benar kan?" potong Jisoo. Dokter Jung menghela nafasnya panjang. Mengambil ancang-ancang untuk melanjutkan pembicaraannya ini.
"Sepertinya tidak bisa nona Jisoo."
Rasanya hati Jisoo terbelah menjadi dua. Air matanya makin deras mengucur. Isakannya kembali terdengar.
"BAGAIMANA HIDUPKU, DOKTER? BAGAIMANA AKU BISA MENINGGALKAN IBUKU YANG SEORANG DIRI DISANA, DOKTER?" ucapnya yang semakin sakit hati dengan dirinya ini.
Dokter bermarga Jung itu mengelus lembut punggung anak gadis ini. Seakan memberikan ketenangan pada Jisoo yang dilanda stress itu.
"Nona, tapi itu bisa diredakan dengan kemo."
Jisoo masih kurang percaya. Ia masih menunduk, seakan tidak ingin menatap kembali sang dokter. "Apakah itu bisa menyembuhkan?" tanya Jisoo.
"Kemungkinan kecil bisa, nona." jawab dokter Jung itu.
"Itu kemungkinan kecil, bagaimana dengan kemungkinan besar dokter? Kemungkinan besarnya aku tidak bisa sembuh dari penyakit leukimia ini." ujar gadis itu semakin terisak.
"Tapi, kita tidak tahu nona. Takdir juga bercampur dengan tangan Tuhan. Ini tergantung dengan keajaiban tangan Tuhan. Percayalah." ucap dokter Jung member kepercayaan pada Jisoo.
"Bagaimana? Kamu ingin mengikuti kemo?" tanya lelaki bermarga Jung ini.
Tak ada jawaban. Jisoo masih membeku tak berkutik. "Baiklah." ucapnya.
• • •
Gadis itu tengah menyisir rambutnya dipagi hari ini. Bajunya yang sudah rapi itu telah ia pakai. Dia memakai baju lengan panjang berwarna hitam polos dengan celana jeans agak ketat.
Ditambah lagi rambutnya itu ia biarkan tergerai bebas. Setelah selesai ia segera mengambil handbag nya, berlanjut memakai sepatunya yang berwarna merah muda itu.
"Mau kemana, sayang?"
Oh tidak.
Yoona menemukan Jisoo—anaknya disana.
"Jisoo mau keluar sebentar, Mah." jawab Jisoo tersenyum canggung disana.
"Dengan siapa?"
"Dengan Lisa." jawab Jisoo cepat sehingga ibunya—Yoona mengangguk mengerti.
"Baiklah."
• • •
"Dokter Jung, anneyoung." ujar Jisoo memasuki ruangan dokter itu. Sang dokter menyambut Jisoo dengan senyumannya itu.
"Kamu kesini untuk melakukan kemo kan?" tanya dokter Jung mengawali pembicaraan. "Ne." jawabnya sopan membuat dokter Jung mengangguk pelan.
Ceklek.
Pintu ruangan dojter Jung terbuka. Menampakkan seorang lelaki bongsor itu dengan senyuman kotaknya. Dia menghampiri dokter Jung dan berkata, "Maafkan saya, saya terlambat lagi, tuan." ujarnya membungkuk sembilan puluh derajat.
"Tidak apa-apa."
"Nona Jisoo, ini adalah pemandumu atau bisa dikatakan perawat lelaki yang akan merawatmu ditempat kemo." ujar dokter Jung.
Jisoo masih menatap lelaki ini. Dia terlihat membeku disana. Matanya menjelajahi sudut-sudut ruangan.
"Taehyung, perkenalkan dirimu." lirih dokter Jung itu menatap wajah Taehyung yang kebingungan seakan tidak ingin menatap wajah gadis ini.
"Ah, nanti saja." jawab Taehyung yang dibalas gelengan kepala dari dokter Jung.
"Kalian pergilah ke ruang kemo." ujar dokter Jung mempersilahkan.
"Baiklah," jawab lelaki bongsor itu diakhir kata.
(A/N)
HALO YEOROBUN.
ADA YANG KANGEN DIRIKU TYDAK SIH? HMM.BTW, INI CERITA SAD.
GATAU SIH, KEKNYA GAADA YANG BERMINAT MEMBACA FANFICT VSOO. TAPI, COBA-COBA LAH YA.
YASUDAH, SEMOGA HARIMU MENYENANGKAN. SEE U!
KAMU SEDANG MEMBACA
Leukimia.
Fanfiction[✔] + [Vsoo] Tolong bantu aku untuk menikmati sisa hari-hariku sebelum aku pergi darimu. ©crlyejel | 2018